Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Kaitan Antara Gejala Skizofrenia dengan kasus Ibu Membunuh Anak di Bekasi

Views: 52

Solidernews.com – Skizofrenia merupakan gangguan otak dengan karakteristik permasalahan fungsional, rawat diri dan kesulitan membedakan hal yang nyata dan tidak nyata. (Mueser, 2006). Dikutip dari DSM 5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder). Seseorang dapat di diagnosis dengan skizofrenia apabila memenuhi beberapa kriteria. Antara lain: mengalami minimal dua dari gejala yaitu delusi, halusinasi, bicara kacau, perilaku kacau, gejala negatif. Dengan gejala yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari dan dialami setidaknya selama 6 bulan. Serta gejalanya bukan disebabkan gangguan mental lain seperti gangguan bipolar penyalahgunaan Napza.

 

Gejala skizofrenia secara umum meliputi: halusinasi atau mendengar sesuatu yang tidak ada, delusi yaitu memiliki keyakinan atau kecurigaan tidak nyata yang tidak dimiliki orang lain, perilaku abnormal seperti perilaku tidak teratur dengan berkeliaran tanpa tujuan serta berbicara dan tertawa sendiri, ucapan tidak teratur seperti perkataan tidak relavan serta gangguan emsoi yang tidak stabil (WHO, 2019)

 

Kronologi Kasus ibu membunuh anak di bekasi

Kronologi kejadian terjadi pada hari Kamis tanggal 7 Maret 2024 sekitar pukul 10.30. berdasarkan keterangan saksi yang pertama kali ke tempat kejadian perkara (TKP) yaitu NA. saksi mengetuk pintu untuk berkunjung kerumah tersangka. Saksi dibukakan pintu dan masuk dibukakan pintu oleh tersangka. Saksi NA menanyakan keberadaan anak tersangka, namun oleh tersangka dijawab bahwa korban telah menghilang. Saksi NA masuk kerumah dan mengecek lantai 2 rumah tersangka dan menemukan korban tergeletak di atas tempat tidur dalam kondisi berlumuran darah. Setelah kejadian tersebut saksi melaporkan kejadian ini ke sekuriti dan dilaporkan ke Polsek Bekasi Barat.

 

Ibu muda berinisial SNF (26) membunuh anak kandung sendiri berinisial AAMS (5) di salah satu perumahan Burgundy, Kelurahan Harapan Baru Kabupaten Bekasi Utara, Jawa Barat. SNF (26) menikam AAMS (5) ketika tidur hingga tewas. Korban ditusuk sebanyak 20 kali oleh tersangka ketika tertidur menggunakan pisau. Terdapat 18 tusukan pada dadak sebelah kiri, 1 tusukan di lengan dan 1 tusukan di punggung. Di TKP juga terdapat anak AAMS yang masih berumur 1 tahun 7 bulan dan saat ini dititipkan di salah satu panti asuhan di Kota Bekasi.

 

Polisi telah melakukan gelar perkara dengan hasil menetapkan SNF sebagai tersangka berdasarkan bukti yang ditemukan oleh penyidik. Polisi menjerat SNF dengan Pasal 76 C juncto Pasal 80 ayat 3 dan ayat 4 UU Perlindungan anak dan Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

 

Sikap janggal ditunjukan oleh tersangka selama pemeriksaan. SNF tidak menunjukan rasa bersalah meski telah menghabisi anak kandungnya sendiri. Ketika dilakukan pemeriksaan tersangka tertawa dan tidak memiliki ekspresi sedih. Tersangka merasa anak kandungnya masih hidup hal itu menjadi pertanyaan penyidik dan kemudian dilakukan pendalaman serta pemeriksaan psikologis. Setelah dilakukan pemeriksaan psikologis, tersangka memiliki indikasi skizofrenia paranoid.

 

Ada 5 saksi yang terlibat pemeriksaan, 3 diantaranya sekuriti, 1 kerabat tersangka dan 1 saksi suami tersangka yang pertama kali melihat korban. Suami korban yang pada saat terjadinya perkara sedang berada di Medan Sumatera Utara. Suami tersangka menelpon saudaranya untuk mengecek istrinya di rumah karena ketika melakukan panggilan telepon istrinya berkata bahwa anak-anak mereka sudah di surga. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, tersangka mengaku mendapatkan bisikan gaib sehingga menghabisi anak kandungnya.

 

Apa hubungan Skizofrenia dengan kasus pembunuhan?

Skizofrenia kerap kali ditandai dengan halusinasi dan tidak bisa mengontrol pikiran bagi individu dengan skizofrenia. Suami tersangka sudah merasa ada yang janggal dengan istrinya selama 2 bulan. Namun selama itu tidak ada Tindakan yang signifikan dari suaminya karena suaminya sudah 1 tahun tinggal terpisah dari keluarga. Tindakan tak wajar bagi individu dengan skizofrenia merupakan salah satu gejala skizofrenia. Tersangka mengaku mendengar bisikan gaib sebagai motif pembunuhan anaknya yang masih berusia 5 tahun. Skizofrenia memiliki beberapa jenis, yaitu :

  1. Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia ini berupa delusi dan halusinasi. Individu dengan skizofrenia paranoid menunjukkan gejala berupa delusi dan halusinasi. Mereka akan menunjukkan perilaku tidak normal seakan sedang di awasi, sehingga ia kerap melakukan sesuatu hal diluar kebiasaannya. Namun, bagi individu dengan skizofrenia dengan jenis ini masih memiliki fungsi intelektual dan ekspresi yang tergolong normal.

  1. Skizofrenia Katonik

Jenis skizofrenia ini ditandai dengan gangguan pergerakan. Individu dengan skizofrenia cenderung tidak bergerak atau justru bergerak hiperaktif. Pada beberapa kasus ditemukan skizofrenia jenis ini individu dengan skizofrenia tidak mau berbicara sama sekali, atau senang mengulang perkataan orang lain. Individu dengan skizofrenia katonik sering kali tidak memedulikan kebersihan dirinya, serta tidak mampu menyelesaikan aktivitas yang dilakukan.

  1. Skizofrenia Tidak Teratur

Jenis skizofrenia ini merupakan jenis skizofrenia hang kemungkinan kecil untuk disembuhkan. Individu dengan skizofrenia tidak teratur ditandai dengan ucapan dan tingkah laku tidak teratur dan sulit dipahami. Terkadang bisa tertawa tanpa alasan jelas, atau terlihat sibuk dengan persepsi sendiri.

  1. Skizofrenia Diferentiatif

Jenis skizofrenia ini yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan adalah kombinasi dari beragam subtype dari skizofrenia lainnya.

  1. Skizofrenia Residual

Jenis skizofrenia ini menunjukan gejala umum dari skizofrenia seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan berperilaku. Diagnosis skizofrenia residual dapat terjadi ketika satu dari empat jenis skizofrenia lain telah terjadi.

 

Pemeriksaan medis psikolog forensic menyebutkan bahwa tersangka mempunyai indikasi skizofrenia. Adapun jenis skizofrenia yang dialami oleh tersangka adalah skizofrenia paranoid. Gejala yang mencolok dalam skizofrenia paranoid adalah waham primer dan ditandai dengan waham sekunder dan halusinasi. Kondisi ini sering dialami oleh seseorang yang berusia 16-30 tahun. Individu dengan skizofrenia dengan paranoid merasakan gejala seperti merasa diperintah, dikejar dan dikendalikan oleh orang lain.

 

Tersangka mengaku mendengar bisikan gaib yang merupakan salah satu gejala dari skizofrenia paranoid. Mulanya tidak ada rasa bersalah ketika dilakukan pemeriksaan oleh polisi. Namun ketika dilakukan  pemeriksaan oleh psikolog forensic, tersangka menunjukkan rasa bersalah dan meminta maaf.

 

Hal yang bisa dipelajari dari kejadian tersebut adalah, pentingnya memahami ketika gejala awal muncul. Suami tersangka selama 2 bulan terakhir mengetahui hal aneh yang terjadi kepada istrinya. Namun tidak melakukan hal apapun. Bahkan 1 hari sebelum kejadian pembunuhan terjadi, suami tersangka dihubungi oleh petugas keamanan bandara bahwa istrinya akan melakukan perjalanan ke Makkah dengan kedua anaknya tanpa membawa passport dan tiket. Tersangka sudah menunjukkan gejala berbeda, dengan bersikap diluar kebiasaan.

 

Skizofrenia nyata adanya, dengan kasus pembunuhan ini dapat disimpulkan bahwa gangguan mental yang tidak segera ditangani tidak hanya memberikan dampak terhadap diri sendiri melainkan orang lain yang ada disekitar kita seperti keluarga. Jika muncul gejala diluar kebiasaan orang terdekat, segera lakukan pemeriksaan medis. Karena yang mengetahui sikap tidak biasa adalah orang terdekat. individu yang mempunyai indikasi skizofrenia cenderung tidak sadar bahwa ia memiliki suatu gangguan mental tersebut. Perlunya kita memahami keadaan orang terdekat agar kejadian ini tak terulang Kembali.

 

Pemeriksaan lanjutan saat ini masih   dilakukan pihak kepolisian. Untuk mengidentifikasi apakah bener tersangka memiliki gangguan skizofrenia dan ketika melakukan pembunuhan dalam fase skizofrenia paranoid. Saat ini ibu membunuh anak di Bekasi masih dalam pemeriksaan lanjutan dengan menyeluruh. Pihak kepolisian sedang memberikan serangkaian tes kepada tersangka berupa pemeriksaan Riwayat medis serta melakukan wawancara terhadap kerabat terdekat yaitu suami tersangka. Hal ini perlu dilakukan guna menghasilkan sesuatu yang valid dan dapat disimpulkan apakah benar tersangka dalam pengaruh paranoid. Jika tersangka dalam pengaruh skizofrenia paranoid sesuai dengan Pasal 44 KUHP menyatakan : Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.”oleh karena itu pihak kepolisian diharapkan tidak buru buru menyatakan bahwa tersangka memiliki gangguan mental yaitu skizofrenia.[]

 

Penulis   : Emsa

Editor     : Ajiwan

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596. Source: https://wr1ter.com/how-to-cite-a-dsm-5-in-apa

https://www.kompas.tv/nasional/491457/ibu-yang-bunuh-anak-di-bekasi-tertawa-saat-diperiksa-psikolog-forensik-singgung-soal-malingering?page=2

https://www.halodoc.com/artikel/inilah-jenis-jenis-skizofrenia-yang-perlu-diketahui

Mueser, K.T & Gingerich, S (2006). The complete family guide to schizophrenia: Helping your loved one get the most out of lif. New York : Guilford Press

WHO. (2019). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content