Views: 7
Solidernews.com – Berdiri sebagai organisasi yang mendukung, mempertahankan, dan memperjuangkan hak difabel, AKSESable menjunjung nilai kesetaraan. Hal ini dilandasi pada pengalaman Amiruddin selaku salah satu pendiri dari organisasi ini yang merupakan difabel fisik. Ia merasa bahwa pembelaan hak akses dalam segala aspek kehidupan bagi difabel harus terus disuarakan dan direalisasikan.
AKSESable yang kini resmi memploklamirkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat pada 30 Mei 2024, tidak lantas hanya berkutat pada visi & misi, skema kepedulian, dan FGD saja. Mereka sendari awal perjuangannya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas, kesejahteraan, dan akses pada difabel. Amirrudin dan Allan selaku pendiri organisasi ini berupaya membangun kekuatan untuk merealisasikan visi & misi AKSESable, yang diperkuat oleh seluruh anggota antara lain: Ilham, Claresta, Rey Sanjaya, Bulan, Putri, Pandu, Angelica, Nadhira, Felicia, Caniapasis, Vania, Nabilah, Najwa, dan Elizabeth.
Sudah banyak program yang mereka jalankan. Mulai konten edukasi, kegiatan ke-difabelan yang bisa dilihat di instagram @aksesable, dan salah satunya adalah sosialisasi Audiobilitas untuk difabel netra. Agenda sosialisasi audiobilitas atau yang dikenal dengan audio book ini resmi dan telah sukses dilaksanakan pada 25 Juni 2024 di Kopi Egalita Yogyakarta. Berkat kerjasama tim, peserta, dan dukungan dari Irwan (CEO Egalita) acara ini berlangsung dengan meriah.
Lebih Dekat Mengenal AKSESable
Latar belakang berdirinya organisasi ini selain dari kepedulian hak difabel, juga merupakan hasil dari penugasan project dari Young Leaders For Indonesia. Di mana Amiruddin dan Allan merupakan peserta yang mendapatkan beasiswa kepemimpinan dari McKinsey & Company. Dari program beasiswa tersebut, ada dua project penugasan yang berbentuk program individu dan project kelompok. AKSESable terbentuk dari ide dan semangat yang sama antara kedua pendirinya, yaitu Amiruddin dan Allan. Yaitu sama-sama ingin membuat program untuk mengangkat isu Aksesibilitas bagi difabel.
Selain alasan di atas, hal lain yang menguatkan terbentuknya AKSESable adalah pengalaman nyata Amiruddin yang merasa susah mendapatkan dan merasakan akses fasilitas publik. Selain itu, dari Allan juga memiliki kakak yang seorang difabel. Dengan pertemuan rasa tersebut, akhirnya AKSESable terbentuk untuk membela dan memperjuangkan hak akses aksesibilitas pada fasilitas publik dan pelayanan lainnya.
“Latar Belakang berdirinya AKSESable ini juga didasari pada pengalaman saya yang sulit sekali mengakses fasilitas publik, mas. Selain itu, Allan yang juga pendiri organisasi ini, juga memiliki kakak difabel. Jadi, dalam program beasiswa kepemimpinan ini, kebetullan dalam proyek penugasan peribadi kami bertemu dalam satu semangat mengangkat isu aksesibilitas bagi penyandang disabilitas,” jelas Amiruddin pada wawancara 25 Juni 2024 di Kopi Egalita.
Audiobilitas Jadi Bukti Nyata Pemberian Akses Literasi Pada Difabel Netra
Sosialisasi Audiobilitas atau yang juga bisa dipahami sebagai audio book ini dicanangkan oleh AKSESable untuk mewujudkan dan membuktikan secara nyata kepedulian mereka terhadap akses fasilitas literasi bagi difabel netra. Acara yang telah terlaksana pada Selasa, 25 Juni 2024 ini tentunya menjadi angin segar pada difabel netra, khususnya difabel netra Yogyakarta. Sebab hadirnya program dan layanan audio book ini akan menjadi referensi tambahan difabel netra dalam mendapatkan ilmu, informasi, dan kesetaraan pada akses buku.
Irwan selaku penulis, penyair, sekaligus pemilik Kopi Egalita yang juga menjadi tempat terlaksananya agenda ini pun memberikan keterangan, hadirnya audio book yang di inisiasi oleh AKSESable ini menjadi angin segar dan kabar gembira bagi para difabel netra di Indonesia, Khususnya Difabel netra Yogyakarta. Sebab kehadiran audio book yang fleksibel, mudah di akses, dan variasi pilihannya banyak, belum tersedia secara maksimal. Jadi, harapannya kehadiran AKSESable dengan program audiobilitasnya akan semakin memperluas penyebaran audio book ke seluruh Indonesia.
Pada proses demo dari project awal rekaman buku audio ini , para peserta sangat antusias dengan hasil yang dibagikan. Buku yang diputar adalah hasil rekaman dari karya Irwan Dwi Kustanto yang berjudul “Meditasi Kopi” dengan hasil rekaman yang baik. Narator yang membacakan juga variatif, jelas pelafalannya, dan sangat bisa dinikmati kualitas rekamannya. Bagi beberapa peserta yang unik dari audio book ini, ialah adanya penggunaan nada, emosional, dan puitika saat narator membacakan isi buku.
“Jadi, adanya nada, emosional, dan sejenisnya merupakan standar yang kami gunakan. Karena agar para difabel netra tahu, kalau yang dibacakan adalah puisi. Kebetulan buku Meditasi Kopi ini bergenre antologi puisi. Jadi, saya menginteruksikan agar menggunakan rasa dan penjiwaan saat membacakan,” tutur Allan saat ditanya mengenai adanya nada, emosional, dan puitika saat narator membacakan isi buku.
Selain itu, Allan dan Amiruddin juga memberikan keterangan bahwasannya nantinya program audio book ini akan terus dikembangkan. Mulai kerja sama dengan penerbit buku seperti Gramedia, Mizan, dan sejenisnya. Juga adanya website yang akan menjadi portal tersimpannya semua buku. Di dalam website itu juga akan ditanamkan fitur-fitur yang sangat berlandaskan pada aksesibilitas. Agar penggunaan media itu dapat diakses secara mudah oleh difabel netra khususnya. Adanya fitur perekaman online juga akan diupayakan, agar semua orang Indonesia dari sabang sampai merauke yang ingin menyumbang suaranya untuk narator audio book dapat dengan mudah membacakan buku. Sehingga program ini akan terus bisa terlaksana, tidak berhenti ditengah jalan.[]
Reporter: Wachid
Editor : Ajiwan