Views: 11
Solidernews.com. Di tengah transformasi perkotaan yang terus berkembang, membangun lingkungan inklusif dan aksesibel bagi semua warga adalah prioritas. Salah satu aspek penting dari pembangunan kota inklusif adalah rekayasa teknologi, melalui desain arsitektur yang ramah difabel.
Tak hanya mempertimbangkan kebutuhan fisik difabel, tetapi juga memperhitungkan kebutuhan sensorial, kognitif, dan sosial mereka. Dengan memprioritaskan aksesibilitas, dipastikan semua warga dapat menikmati ruang publik, fasilitas, dan layanan kota tanpa hambatan.
Kota-kota di seluruh dunia menghadapi tantangan dalam membangun lingkungan yang dapat diakses oleh semua warga, termasuk difabel. Masalah ini semakin mendesak dengan bertambahnya jumlah penduduk kota dan peningkatan kebutuhan akan infrastruktur, yang mendukung kehidupan yang beragam.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dengan satu atau lebih jenis disabilitas. Mereka sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses fasilitas dan layanan kota. Tantangan utama yang dihadapi oleh difabel adalah aksesibilitas fisik. Yaitu: tangga yang tinggi, trotoar yang tidak rata, dan fasilitas umum yang tidak ramah difabel.
Selain itu, hambatan sensorik, kognitif, dan sosial juga perlu diperhatikan dalam desain kota yang inklusif. Contohnya, informasi aksesibel bagi orang dengan hambatan pendengaran juga penglihatan, harus diwujudkan sedemikian rupa.
Rekayasa teknologi ramah difabel tersebut, telah terwujud pada pembangunan terowongan penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dua tempat ibadah berdampingan ini, terhubung melalui Terowongan Silaturahim. Terletak di sisi timur masjid, terowongan dilengkapi lift pada kedua akses pintu masuknya. Sehingga terowongan penghubung Istoqlal-Katedral itu, ramah bagi lansia dan penyandang disabilitas (difabel).
Lift adalah alat transportasi vertikal, untuk mengangkat atau menurunkan orang dan barang dari satu lantai ke lantai lain dalam suatu bangunan. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi. Memiliki tombol-tombol yang dapat dipilih penggunanya, sesuai lantai tujuan
Direktur PT Waskita Karya Muhammad Hanugroho menuturkan, bahwa terowongan yang dikerjakan selama kurang lebih 10 bulan itu memiliki panjang 28,3 meter, lebar 4,1 meter, serta tinggi 3 meter. Keberadaan lift, memberikan aksesibilitas bagi lansia dan difabel. Sehingga, mereka tidak perlu melewati tangga saat berjalan di dalam terowongan.
Dibangun dengan gaya modern, terowongan ini menonjolkan eksterior menggunakan material transparan. Sehingga, desain Istiqlal dan Katedral tidak terhalang terowongan. Demikian pula sebaliknya, keindahan Katedral bisa tetap terlihat dari Masjid Istiqlal.
Solidernews.com menggarisbawahi, jika rekayasana telnologi dan aristektur ramah difabel dapat diwujudkan pada Istiqlal-Katedral, negara tak bisa berkelit dan menghindar. Menyuguhkan aksesibilitas pada setiap layanan publik, serba mungkin. Tak ada lagi alasan bagi negara, tidak mewujudkan setiap bangunan ramah dan aksesibel bagi semua.
Hanugroho juga menyampaikan, secara fungsional terowongan ini dibangun untuk mobilisasi jamaah dari Istiqlal ke Katedral atau sebaliknya. “Fungsi tersebut sesuai Asta Cita Presiden ke delapan, yaitu memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,” ujar Hanugroho dalam keterangan resmi, Jumat (13/12/2024).
Pembangunan terowongan, dikerjakan pasca renovasi besar Masjid Istiqlal pada 2021. Renovasi tersebut pertama kali dilakukan sejak 42 tahun lalu, Yaitu sejak diresmikannya pada, 22 Februari 1978.
Hanugroho mengungkapkan, perlu waktu sekitar dua tahun untuk merenovasi Istiqlal. Ada beberapa bagian yang direnovasi, di antaranya memperbarui aspek tata pencahayaan yang dilengkapi teknologi kekinian sebagai inovasi bangunan hijau (green building). Adapun anggaran pembangunannya mencapai Rp. 38 miliar.
“Dalam pembangunannya, kami berkomitmen tetap menjaga nilai sejarah dan budaya yang telah melekat pada bangunan Masjid Istiqlal secara keseluruhan,” tutur dia.
Kunjungan Paus Fransiskus
Bangunan ini, lanjut dia, didesain pula dengan konsep ramah lansia dan difabel. “Terowongan Silaturahim berada di sisi timur dari masjid dan difasilitasi dengan lift pada kedua pintu masuknya. Maka lansia serta difabel tidak perlu melewati tangga saat berjalan di dalam terowongan,” tutur Nugroho.
Sebelumnya pada September lalu, Paus Fransiskus turut menyambangi Terowongan Silaturahim dalam kunjungannya ke Istiqlal. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan itu menilai, terowongan tersebut sebagai simbol memperkuat persaudaraan.
Terowongan Silaturahim Istiqlal-Katedral garapan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, telah diresmikan Presiden Prabowo Subianto, Kamis (12/12). Bangunan bawah tanah yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral tersebut menjadi simbol harmoni dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan