Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Foto Ardiansyah, Bulukumba

Cerita dari Bulukumba: Kusta Merubah Jalan Hidupku

Views: 29

Solidernews.com – Sambil menunggu balasan dari kawan baik di Bulukumba, saya siapkan ruang pertemuan melalui zoom sesuai kesepakatan sebelumnya. Ardiyansyah atau biasa dipanggil Ardi mulai merespon pesan saya dengan kata SIAP. Laki-laki berperawakan kuning langsat dengan tinggi 170 cm itu sudah berjanji untuk menyanggupi obrolan melalui online meeting jam 11 WITA. Saat ruang zoom sudah terbuka, saya menyapanya dan menjelaskan maksud dari percakapan saat itu.

“Saya sambil menyalakan rokok ya mbak Fin”, suara Ardi dari zoom.

“Kita pertama kali kenal kan di Cirebon, saat itu saya baru tahu lho kalau kak Ardi OYPMK, bolehkah Kak cerita kembali saat dulunya kena kusta?”, pinta saya.

 

Tentu Ardi sudah paham semua pertanyaan akan mengorek cerita lama bagaimana kusta bisa menjadi bagian cerita hidupnya. Sebutan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) kini melekat di dirinya, namun tanpa ragu Ardi dengan jelas menceritakan kusta hinggap di tubuhnya sejak 2004 diawali dengan tanda bercak putih.

“Saya kira itu alergi, tahun 2006 itu mati rasa mulai menjalar dan lama saya ketahui. Dulu saya menyadari pas naik motor kena knalpot tapi tidak terasa panas”, jelas Ardi.

 

Bagi Ardi mengetahui dirinya terkena kusta setelah periksa di klinik dan pengobatan intensif, saat itu pengobatan yang rutin dirasa tidak cukup untuk bisa mengembalikan percaya diri. Selama proses pengobatan, stigma diri yang melekat menjadi benteng terbesar untuk bisa berbaur dengan masyarakat. Sempat mengurung diri dan tidak mau cerita kepada keluarga hingga 3 bulan, apalagi sebelum terkena kusta Ardi bekerja sebagai honorer dari kecamatan.

 

Keluarga akhirnya tahu karena proses reaksi yang dialami Ardi dengan bengkaknya wajah dan bagian tubuh. Keluarga saat itu sedang berkumpul menjelang hari raya Idul Adha. Ardi menyampaikan kepada keluarga di rumah bahwa dirinya terkena penyakit kusta.  Titik balik yang dirasakan saat itu harus resign bekerja dan menjalankan pengobatan.

“Pengobatan saya lakukan setahun, ya hampir setahun hitungannya dengan dua kali operasi di bagian tangan saya dan selesai pengobatan 2010. Obat yang saya ambil itu di RS di Wahiding”, imbuh Ardi pelan.

 

Sosoknya yang memiliki pengalaman bekerja dan aktif dalam organisasi mampu mengantarkannya menjadi ketua Permata (Persatuan Masyarakat Kusta) Bulukumba. Kiprahnya mengawal dalam eliminasi kusta makin terasa dengan masuknya program Desaku (Desa Ramah Disabilitas dan Kusta) kemitraan NLR Indonesia dengan Permata Bulukumba di desa Bontomangiring. Program Desaku yang sudah berjalan 2,5 tahun ini mendorong desa sadar dan ramah kusta. OYPMK dan disabilitas didukung dan diberdayakan dengan berbagai program, seperti sosialisasi isu kusta, pelatihan peningkatan ekonomi dengan bertani, pembentukan kelompok difabel dan OYPMK tingkat desa.

 

Kesabaran dan semangat Ardi kini berbuah manis, namanya sudah dikenal oleh banyak orang di Bulukumba, bukan hanya sebagai OYPMK namun karena dari kusta lah mampu menjadikan Ardi memiliki banyak pengalaman pekerjaan dan jejaring. Selain menjadi pembicara di level daerah, Ardi juga aktif sebagai pengurus Konsorsium Pelita ( Peduli Disabilitas dan Kusta). Kegiatan yang cukup padat mengharuskannya untuk bepergian ke berbagai wilayah di Indonesia.

“Kalo sekarang itu mbak, saya itu sering ditanya kok kamu sering pergi-pergi ke mana-mana, sebenarnya kerja apa? Kadang kamu ke sini, nanti beda hari beda tempat lagi hehehe”, terang Ardi sambil terkekeh.

 

Pada penutup perbincangan, Ardi memberikan pernyataan kusta merubah hidupnya menjadi sosok saat ini. Tidak ada yang perlu disesali karena sudah terjadi. Saat ini yang bisa dilakukan menjaga kesehatan supaya tetap bugar dan menjalankan apa yang telah menjadi pilihan. Jejaring komunitas Bulukumba yang saat ini berelasi menambah kesibukan selain menjalankan tugas fungsional sebagai ketua Permata Bulukumba.

 

“Ya mau bagaimana lagi kan mbak, tetap kita harus bersyukur”, kata bapak satu anak ini.[]

 

Reporter: Erfina

Editor     : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content