Views: 4
Solidernews.com – Menjadi sosok yang bermanfaat kepada sesama tentunya menjadi hal mulia bagi setiap manusia. Membantu, memberi, dan mengabdikan diri pada misi mulia untuk sesama, tentunya tidak semua manusia bisa. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Ariyani Sri Ramadhani, seorang difabel netra yang bangkit dan mampu berdayakan setiap orang yang bertemu dengannya.
Ariyani, biasa ia dipanggil. Seorang difabel netra yang kini telah berkiprah di banyak hal. Kontribusinya pada difabel, khususnya difabel netra tidak bisa dianggap sepele. Apalagi ia juga berkontribusi pada kehidupan masyarakat nondifabel. Kondisi sebagai difabel netra tidak lantas kemudian membuat sosok Ariyani sebagai manusia yang lemah. Justru, setelah ia mampu bangkit, keadaannya mampu melenting tinggi dan menoreh berbagai prestasi serta pencapaian yang memukau.
Bagaimana kisah perjuangannya? Simak kisahnya di bawah ini!
Mengenal Ariyani Lebih Dekat
Ariyani Sri Ramadhani, itulah nama indah yang diberikan oleh orang tuanya. Terlahir di Jakarta pada 11 Mei 1988, tentu menjadi anugerah bagi Ariyani terlahir dengan nama yang begitu indah dan sarat akan makna. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang kesemuanya adalah perempuan. Masa kecil Ariyani ini berisi dengan keceriaan sebagaimana anak seusianya dikala itu. Lincah, cantik, dan suka masak itulah yang terlihat dari sosok Ariyani.
Masa kecil Ariyani terasa begitu asyik dan seru hingga ia beranjak sekolah. Semua masih berjalan wajar tanpa kendala.
Pada saat kelas tiga SMU di tahun 2006, Ariyani mengalami glaukoma yang membuatnya menjadi seorang difabel netra.
“Sebelumnya aku kira penglihatanku ini menurun karena memang mata lelah dan minus. Eh, ternyata penyebab penurunan penglihatanku ini adalah glaukoma. Glaukomaku ini tipe yang berkabut, jadi di ujian sebelum kelulusan sebenarnya aku udah merasa aneh dengan penglihatanku. Saat ngerjain soal pun deket banget lihatnya. Hingga puncaknya adalah waktu ujian nasional, aku tidak mampu lagi melihat lembar jawaban yang desainya menggunakan warna dasar putih dan kolom jawab berwarna oranye. Akhirnya pihak sekolah mengabari keluarga tentang kondisiku. Mulai saat itulah faseku down, depresi, dan stres,” tutur Ariyani via pesan suara whatsapp.[1]
Namun, pada akhirnya Ariyani menyadari dan membangun pikiran positif. Kemudian di akhir tahun 2008 Ariyani mengenal dan datang ke Yayasan Mitra Netra. Di situlah semangat, kekuatan, dan bara api perjuangan kembali menyala dan berkobar begitu dahsyat.
Mengetahui difabel netra ada yang jadi PNS, pegawai perusahaan, dosen, dan mahasiswa luar negeri mampu kembalikan lagi semangat Ariyani yang sempat meredup.
Dari Belajar Terbitlah Tegar yang Bersinar
Saat di hubungi via daring, Ariyani bercerita kepada solidernews.com tentangkunci ia bisa bangkit dari keterpurukan. Senjata itu adalah “Hobi Belajar” belajar yang tentunya menjadi minat dan bisa meningkatkan kapasitas. Tentunya yang juga makin membuat seorang difabel netra bisa mandiri secara keseluruhan. Ariani memulai kehidupan barunya sebagai difabel dengan dengan belajar online tentang internet marketer di tahun 2007, dan dilanjutkan belajar di Yayasan Mitra Netra.
Dalam prosesnya, Ariyani mempelajari komputer bicara, skill berbahasa asing, dan kursus pre-employment yang pada akhirnya memberikanya karier di sebuah perusahaan bir terkemuka di kawasan Sudirman. Ini tentu menjadi titik pencapaian Ariyani sewaktu menjadi difabel netra, dapat berkerja di perusahaan besar di bilangan Jakarta. Selain itu ia mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang yang bisa mandiri untuk mencukupi kebutuhannya peribadi. Ia juga tidak menyangka kalau karier awalnya adalah berkerja di perusahaan bir di bagian pendataan. Tentu, prestasi Ariyani yang bisa berkerja di sebuah perusahaan ini juga membuat kedua orang tuanya bangga.
Tidak berhenti disitu saja. Ariyani juga pernah belajar berjualan online yaitu kawat gigi (behel) di tahun 2010. Pada bisnis ini ia dibimbing oleh kawan dekatnya sewaktu SMA. Tentu ia merasa antusias saat diberikan kesempatan belajar berbisnis online. Pembelajaran ini ia jalani dari dasar hingga penjualan. Dari hulu ke hilir. Hingga akhirnya ia mampu meraup keuntungan lebih dari 10 juta per-bulan. Jelas, ini fase selanjutnya yang membanggakan, dan sempat menjadi keyakinan kalau bisnis online akan menjadi kerjaan tetapnya.
Keinginan belajar Ariyani tidak lantas padam, meski ia mencapai titik mujur. Ia juga memiliki hobi masak. Jadi, ia banyak mengikuti kelas kursus masak yang nominalnya tidak kecil. Mulai yang dari ratusan ribu hingga jutaan, semua ia ikuti. Kursus Es krim, kue, ayam goreng, hidangan pencuci mulut, kebab, dan masih banyak lagi. Mulai online hingga offline semua ia ikuti dengan hati gembira. Ending dari kelas ini membuatnya berbisnis di dunia kuliner. Pesanan untuk acara kantor, katering, dan sejenisnya akhirnya menjadi kesibukan baru Ariyani.
Mengenai keberlanjutan cita-cita jadi internet marketer, itu terakomodasi dengan Ariyani yang kini juga merupakan talent di SUARISE Indonesia yang merupakan agensi periklanan yang merekrut tenaga difabel netra. Ia berposisi sebagai content writer. Beberapa project sudah ia jalani. Selain itu, ia merasa kepenulisan iklan ini yang menjadi hal yang ia gemari. Karena ia bisa berkerja 90% mandiri tanpa bantuan orang lain. Jadi, perkerjaanya itu dapat digarap sesuai keinginannya.
Dari sekian pengembaraan ilmu itu, Ariyani kini memiliki kesibukan sebagai instruktur komputer di Yayasan Putra Peduli Umat. Selain itu ia juga berhasil membangun 2 buah warung ayam geprek petukangan, punya kedai kopi blind coffee, pengurus di bagian Biro Pemberdayaan perempuan di PERTUNI DKI Jakarta, dan sebagainya. Semua itu merupakan hasil dari ketekunan Ariyani belajar, belajar, dan belajar hingga akhirnya bisa berdaya dan bermanfaat.
“Aku itu emang hobi belajar, mas. Jadi, berbagai kursus aku ikuti. Mulai online dan offline semua aku ikuti. Dari bimbel, kursus keahlian, kursus memasak, dan sebagainnya. Tentunya semua itu ada yang berbayar. Mulai ratusan hingga jutaan semua aku ikuti. Tidak peduli harga. Yang penting aku bisa memuaskan rasa ingin tahuku” jelas Ariyani sambil terkekeh.
Sukses Bagi Ariyani adalah Kontribusi
Mencapai titik yang mulia secara materi dan berbagai aspek, tidak lantas membuat Ariyani lupa diri. Ia terus berupaya untuk menebar kemanfaatan ke sekitarnya. Kepada yang difabel mau pun yang nondifabel semua sama rata. Ia tidak pilih-pilih dalam menebarkan kebaikan. Meski kadang ia juga dikecewakan pada orang yang ia bantu. Dengan Warung Ayam Geprek Petukangan, kedai kopi blind coffee, keahlian memasak, keahlian komputer, dan sebagainya Ariyani kini banyak berkiprah di tengah-tengah masyarakat.
Mulai memperkerjakan orang-orang di sekitarnya, mengajarkan teknik memasak, kegiatan sosial dengan blind coffee, berkerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengangkat isu difabel, dan membantu difabel netra belajar komputer, semua itu ia terabas untuk meraup kepuasan batin. Sebab sebelumnya ia memang puas secara pendapatan dan pencapaian. Tetapi kini ia sadar, bahwasannya kepuasan itu belumlah maksimal. Maka ia kini maksimalkan kepuasan itu yang berwujud kepuasan lahir batin. Dengan membantu semua orang, semampunya, dan semaksimalnya, dengan catatan orang itu mau berubah dan berjuang.
Ariyani yang kini menjadi ibu dari 3 orang anak, bersama sang suami dan keluarganya terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan difabel netra juga. Lewat blind coffee ia buka kelas barista untuk difabel netra, sehingga para difabel netra mampu memiliki keahlian dan sumber pendapatan lain. Dengan dukungan keluarga, para relawan, donatur, dan kesempatan dari Tuhan, kini Ariyani terus mengabdikan dirinya untuk berkontribusi kepada sesama.
“Lewat warung ayam geprek petukangan, blind coffee, dan ilmu yang kumiliki, aku ingin memiliki kontribusi pada sesama, mas. Karena itu merupakan puncak dari kenikmatan hidup yang hakiki. Karena aku ingin selalu bisa bermanfaat kepada siapa pun. Meski kadang ada juga orang yang tidak tahu diri dengan apa yang sudah kuberikan. Tetapi ya, sudahlah. Biar Allah yang akan membalasnya. Cukup aku fokus terus menebar kebaikan yang selalu bisa kuupayakan,” ujar Ariyani menutup cerita.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan Arief
[1] Wawancara dengan Ariyani sri Ramadhani, via daring, pada 28 Juni 2024.