Views: 34
Solidernews.com – Film A Man Called Ottodisutradarai oleh Marc Foster dan rilis pada Maret 2023. Film ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul A Man Called Ove karya Fredrik Backman yang terbit pada 2012. Ini adalah film versi kedua setelah A Man Called Ove dibuat di Swedia tahun 2015.
Otto Anderson diperankan sangat apik oleh Tim Hanks, seorang laki-laki berusia 62 tahun. Kerap dinamai generasi Baby Boomers. yang kerap distigma sebagai generasi yang kaku, disiplin. Saking kakunya, bahkan untuk pilihan merek mobil saja, dia yang American Minded memandang rendah kepada mereka pengguna otomotif selain produk Amerika. Menyebalkan sekali.
Namun gimmick-gimmick itu disampaikan dalam gambar dan adegan lucu sehingga tidak kentara menghakimi.
Otto yang tinggal di Pittsburgh, Pennsylvania menghabiskan usia senja dengan hidup sendiri di kompleks perumahan yang tak terawat lagi oleh pengembang. Karena kompleks perumahan itu sudah lama dan oleh developer hendak dijual lagi. Namun dengan kekeh Otto dan beberapa penghuni yang sudah beranjak tua, bahkan ada yang berpenyakit stroke, dengan sangat kuat mempertahankan rumah mereka, betapa pun sangat tinggi tawaran harganya.
Otto sering memaki-maki sendiri bagaimana fasilitas kompleks perumahan itu tidak akses bagi pengguna kursi roda, sebab semenjak mengalami kecelakaan kereta saat liburan ke luar negeri, mendiang sang istri harus menggunakan kursi roda untuk mengajar.
Meski diceritakan secara implisit bagaimana sang istri yang sangat dicintainya itu menjadi inspirasi bagi murid-muridnya. Ditandai dengan keberadaan tukang koran keliling yang tak lain adalah bekas murid istri Otto, yang masih mengenang kebaikan ibu gurunya yang mau menerima keberagaman seksual yang ada dirinya. Satu-satunya guru di sekolah saat itu yang kemudian mempengaruhi guru yang lain untuk menerima sang murid.
Karakter Otto yang pemarah, sosok yang sangat menyebalkan yang sangat mungkin disebabkan depresi sepeninggal sang istri, beberapa kali memiliki niat untuk bunuh diri.
Berkali-kali ia hendak melakukan upaya bunuh diri tersebut namun selalu digagalkan oleh tetangga baru, pasangan Tomi dan Marisol serta dua anak mereka. Tomi dan Marisol merupakan pasangan yang cerewet, demikian pula anak-anak mereka. Selalu ada saja momen dimana keluarga itu meminta pertolongan kepada Otto. Baik meminjam perabot rumah tangga, sampai ikut menjaga kedua anak mereka. Otto yang sesungguhnya orang baik, mau tidak mau walau dengan terpaksa melakukannya.
Ada interaksi sosial yang baik antara Otto dan keluarga tersebut. Otto tak lagi melanjutkan pikiran bunuh dirinya. Ia merasa sangat dibutuhkan oleh mereka. Ia merasa masih berguna.
Film ini sarat dengan pesan-pesan terkait kesehatan mental : kesepian karena ditinggal oleh pasangan tercinta, trauma pasca kecelakaan yang terus-menerus menghantui dan menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab sang istri menjadi seorang disabilitas, dunia kerja terutama di dunia teknis yang terkesan kaku, manusia-manusia yang selalu lapar akan kekuasaan dan harta (ditunjukkan dengan developer yang ingin menjual komplek perumahan) serta pentingnya manusia untuk bersosialisasi sehingga dalam sosialisasi itu ada kasih sayang.
Aih, film A Man Called Otto banyak dibumbui adegan-adegan lucu nan natural namun diakhiri dengan derai air mata bercampur kebahagiaan. Hal ini mengingatkan kita semua bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Ia harus keluar dari cangkang, bergaul dengan manusia lain, membuka perspektif dan pandangan baru yang kekinian dan mengikuti zaman. Selamat untuk Tom Hanks atas perannya yang ciamik sebagai Otto![]
Penulis: Astuti Parengkuh
Editor : Ajiwan Arief