Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Kasus Semakin Meningkat, Ini Cara Atasi Keinginan Bunuh Diri

Solidernews.com – Tulisan ini mengandung trigger warning. Jika kamu  tidak nyaman dengan isu bunuh diri, maka tolong di-skip saja. Jika kamu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri segera mencari bantuan dengan  menghubungi psikolog atau psikiater. Atau jika kamu  atau orang yang kamu  kenal mengalami peringatan bunuh diri segera hubungi Hotline berikut : 021-500-454.

 

 

Dalam beberapa waktu ini, publik seolah dibuat terhenyak dengan banyaknya pemberitaan terkait kejadian bunuh diri. Masih lekat dalam ingatan kita peristiwa tragedi bunuh diri dalam dua hari berturut-turut di Kota Semarang, sebelumya terjadi pula di Kota Yogyakarta, dan kota lainnya.

 

Aksi bunuh diri dilakukan dua mahasiswi di Kota Semarang terjadi dalam dua hari berturut-turut. Tepat di Hari Kesehatan Mental Dunia, warga Semarang dihebohkan adanya mahasiswi yang melompat dari lantai empat Mall Paragon. Korban berinisial N (20). Ia tergeletak tidak bernyawa di jalur keluar parkiran yang ada di luar gedung. Polisi mendapat laporan sekitar pukul lima sore.

 

 

N diduga bunuh diri dalam peristiwa itu. Di antara barang-barangnya yang ditinggalkannya ada sepucuk surat yang ia tujukan untuk ibunya. Dia meminta maaf karena tidak kuat menjalani hidup dan minta didoakan.

 

Selang satu hari, Rabu (11/10) malam di kawasan Bulusan, Kecamatan Tembalang Semarang, seorang mahasiswi berinisial E (24) juga  ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar kos. Dia meninggalkan beberapa lembar surat.

 

Surat-surat tersebut ditujukan untuk keluarga, kekasih, dan orang yang diduga berada di tempatnya bekerja. Disinyalir permasalahan di pekerjaan juga menjadi salah satu pemicu E diduga nekat mengakhiri hidupnya.

 

Belum lagi publik reda dan lupa akan berita tragedi peristiwa bunuh diri di Semarang, muncul berita yang lebih miris lagi.

 

Dikutip dari kumparan, sebanyak 76 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, menyayat lengan sendiri menggunakan benda tajam.

 

Hal tersebut berdasarkan temuan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magetan yang melakukan screening sebagai kegiatan rutin baru-baru ini.Kepala Dinas Kesehatan Magetan dr. Rohmat Hidayat mengatakan, awalnya petugas menemukan bekas luka sayatan pada lengan salah seorang siswa.

 

Saat mengecek seluruh siswa, ternyata ada sejumlah  76 siswa yang menyayat lengannya sendiri. Ketika ditanya oleh  petugas apa yang menyebabkan lengannya begitu, jawaban mereka ini mengejutkan sekali, mereka sengaja melukai tangannya sendiri dengan benda tajam karena ada permasalahan.

 

Setelah ditanya lebih mendalam, para siswa itu mengaku menyayat tangannya menggunakan benda tajam seperti pecahan kaca, jarum hingga penggaris. Menurut petugas kesehatan temuan itu  mengejutkan semua pihak, sebab peristiwa tersebut menimpa   remaja yang masih duduk di bangku SMP.

 

 

Dikutip dari detik.com, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI drg R Vensya Sitohang M Epid menyebut catatan kasus bunuh diri di tahun 2022, menyentuh 826 orang. Angka ini meningkat 6,37 persen dibandingkan 2018 yakni 772 kasus.

 

Catatan bunuh diri di Indonesia juga relatif jauh lebih tinggi dibandingkan rekor kasus terbanyak Singapura sepanjang 2023 yang sejauh ini tercatat mencapai 476 korban. Sedangkan catatan tahun 2023 datanya masih divalidasi.

 

Masih mengutip detik.com, terpisah, dr Khamelia Malik dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut pencatatan kasus bunuh diri di Indonesia secara riil di lapangan terbilang sulit. Salah satu faktornya dipicu pencatatan kasus berdasarkan rekam medis.

 

Menurutnya, kasus bunuh diri tidak ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga kebanyakan dokter dilema memberikan diagnosis pasti kepada pasien. Agar tetap ditanggung, korban seringkali diberikan keterangan meninggal karena gangguan kejiwaan depresi, dan jenis masalah mental lainnya.

“Kalau kita di RS membuat pencatatan kasus ya, nah pencatatan kasus itu berdasarkan rekam medis, ada kerepotan mengikuti, karena kasus-kasus melukai diri sendiri, atau menyebabkan perlukaan diri itu secara pembiayaan tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” bebernya dalam konferensi pers Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, yang diperingati setiap 10 Oktober.

 

Apa yang Mesti Dilakukan Jika Diri Alami Depresi dan Peringatan Bunuh Diri?

Banyak hal yang bisa dilakukan. jika dirimu mengalami gejala depresi. Lekas mencari pertolongan kepada profesional yakni psikolog dan psikiater adalah satu-satunya jalan. Jangan lagi ditunda sebab depresi akan berjalan memburuk seiring berjalannya waktu. Jika merasakan kesakitan yang amat sangat, cari teman untuk sekadar mengobrol tentu sambil mencari bantuan profesional. Berbicara kepada orang lain terbukti efektif untuk mengurangi rasa stress atau saat dirimu mengalami depresi. Catat beberapa nomor Hotline sebab itu sangat penting bagi dirimu sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan. Jika sudah relatif stabil, cari kegiatan, rutinitas atau hobi baru yang akan mendukungmu untuk melupakan rasa sakit baik yang berwujud trauma atau luka masa lalu yang dibiarkan untuk selalu terbuka.

 

Lalu apa yang mesti dilakukan oleh seseorang  yang berdampingan dengan orang yang mengalami depresi dan berpotensi untuk melakukan aksi bunuh diri. Berlakulah selalu awas dan aware. Pastikan dampingan dalam keadaan pulih dan selalu dalam pengawasan/kontrol psikiater. Jauhkan dari hal-hal pemicu  yang membuatnya tertrigger kemudian mengalami relaps bahkan sesuatu yang membahayakan seperti  upaya-upaya bunuh diri. Orang yang mengalami depresi lalu  berputus asa dan hendak melakukan bunuh diri itu sesungguhnya bukan bermaksud untuk menyakiti dirinya. Ia hanya ingin menyelesaikan. masalah yang dihadapinya.

 

Mungkin dengan mengurangi penggunaan media sosial akan menjadi langkah yang cespleng menghindari depresi agar tidak lebih buruk. Terbukti bahwa pemakaian media sosial sebagai acuan untuk pelarian atau sekadar pelarian menyelesaikan masalah, dengan mencari dan terus mencari. Hal-hal yang menyangkut kesedihan dan keputusasaan akan terus datang sesuai algoritma yang kita kehendaki. Dan ini tentunya tidak baik.

 

Tentu treatment-treatment lainnya juga akan didapat dari profesional, dengan berbagai pendekatan misalnya farmakologi, psikoterapi, psikososial dan lainnya. Maka jika kamu taat menjalaninya, niscaya kamu terhindar dari rasa putus asa. Jangan sakiti dirimu sebab dirimu sangat berharga.[]

 

Reporter: Astuti Parengkuh

Editor        : Ajiwan

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air