Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Difabel Tak Kasat Mata, Berbagai Masalah Sering Meliputinya

Solidernews.com – Ketika membicarakan difabel, maka mayoritas dari kita akan memikirkan orang orang yang menggunakan tongkat, orang-orang yang menggunakan kursi roda, orang-orang yang sebagian dari mereka menggunakan kaki atau tangan palsu agar bisa melakukan mobilitas dengan lebih baik. Sebenarnya itu tidak salah, mereka tanpa diragukan lagi merupakan bagian dari  difabel. Mereka merupakan orang-orang dengan difabel jenis fisik. Namun bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki ciri ciri Fisik tersebut?

 

Contoh dari yang penulis maksud misalnya orang dengan difabel Fisik berupa penyakit kronis seperti orang-orang pasca stroke dimana orang tersebut secara Fisik tidak menampakkan kedifabelan sedikitpun namun secara tenaga mereka mudah kelelahan. Atau orang orang dengan fibromyalgia dimana secara Fisik tubuh mereka terlihat seperti orang biasa dari luar namun mereka merasakan nyeri secara berkepanjangan di sekujur tubuh mereka. Contoh lainnya lagi adalah orang orang dengan multiple sclerosis dimana mereka juga tidak menampakkan ciri-ciri Fisik difabel, namun mereka mengalami gangguan koordinasi gerak tubuh dan gangguan penglihatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain yang sudah disebutkan, masih banyak gangguan kronis lainnya yang belum penulis sebutkan.

 

Bisa juga kelompok yang tidak menampakkan secara fisik ciri-ciri difabelnya ini berasal dari  difabel mental dengan tingkatan yang ringan. Misalnya, orang-orang dengan difabel mental jenis psikososial dengan diagnosis bipolar yang sudah mengonsumsi obat yang cocok sesuai dengan arahan dokter. Atau, orang orang dengan difabel mental jenis perkembangan seperti ADHD yang sudah menemukan cara memaksimalkan dirinya dengan menggabungkan antara pendekatan farmakologi (obat obatan dengan takaran yang tepat dari psikiater) dan pendekatan non farmakologi (pola hidup sehat dari ahli gizi yang benar-benar tau kondisi badan pasiennya tersebut).

 

Kelompok lainnya lagi yang bisa jadi difabelnya tidak menampakkan ciri fisik yaitu sebagian orang orang dengan difabel Sensorik yang terlihat sudah mandiri. Misalnya, tuli yang terjadi karena kecelakaan sehingga menyebabkan daya kemampuan dengarnya menjadi kurang, sebagian dari mereka juga masih bisa mengkamuflase diri mereka untuk seolah-olah tidak menemui masalah apapun dengan membaca gerak bibir, menggunakan alat bantu dengar atau meminta lawan bicara bersuara lebih keras. Contoh lainnya lagi yaitu difabel low vision yang sebagian masih memiliki bentuk mata yang utuh.

 

Semua difabel tersebut bukanlah jenis difabel yang bisa terlihat sekali pandang layaknya difabel jenis daksa. Seringkali difabel mereka tidak terlihat dihadapan orang lainnya. Orang-orang semacam ini disebut dengan Invisible Difability atau difabel tak kasat mata. Lantas, apa yang dimaksud dengan Invisible Difability?

 

Penjelasan Invisible Difability

Sebelum menjelaskan tentang Invisible Difability atau yang Bahasa indonesianya difabel tak kasat mata, maka perlu untuk mengetahui tentang definisi difabel. definisi disabilitas berdasarkan Undang Undang 8 tahun 2016 atau yang lebih suka penulis sebut difabel adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Berdasarkan UU 8 tahun 2016 juga, ada 5 pembagian jenis difabel yaitu Fisik, intelektual, mental, Sensorik dan ganda.

 

Sedangkan definisi Invisible Difability adalah difabel tersembunyi yang sulit dilihat oleh orang lain kecuali pada kondisi tertentu atau pada saat orang yang bersangkutan terbuka dengan kondisi difabelnya atau pada saat orang lain mengetahui kondisi difabel dari orang lain yang berada di sekitar orang dengan difabel tersebut (Matthews, 1994). Jenis Invisible Difability itu bisa muncul dari 5 aneka jenis difabel yang berbeda, bisa dari difabel fisik berupa penyakit kronis (Cook & Clement, 2019), orang orang dengan difabel mental jenis perkembangan dan psikososial (Quinlan, 2014), serta jenis difabel lainnya yang belum disebutkan.

 

Tantangan  yang dihadapi oleh orang orang dengan Invisible Difability

Penulis percaya bahwa baik itu Visible Difability maupun Invisible Difability memiliki tantangan yang berbeda dalam menjalani kehidupan.  Penulis akan mengumpulkan tantangan bagi difabel yang tak kasat mata tersebut dari berbagai sumber yang berbeda. Sumber-sumber yang diambil bisa  bacaan dari internet dan pengalaman dari penulis maupun teman-teman penulis. Untuk bacaan dari internet bisa diambil dari jurnal, buku dan bahan bacaan lainnya. Sedangkan untuk pengalaman penulis akan  diambil dari buku buku dimana penulis sudah berkontribusi disana, dan untuk pengalaman dari teman penulis bisa penulis kumpulkan dari teman satu komunitas atau teman teman lainnya yang namanya akan penulis inisialkan untuk menjaga identitas orang tersebut tetap rahasia.

 

Tantangan pertama yang paling sering dialami oleh  orang dengan Invisible Difability adalah sulitnya pengakuan untuk identitas difabelnya.  invisible difability sering mengalami kesulitan untuk membuktikan dan membuat orang lain percaya bahwa diri mereka memang memiliki difabel. Hal ini tentu memiliki dampak pada individu dengan Invisible Difability. Contohnya, pada saat individu dengan difabel yang terlihat menggunakan tempat duduk khusus untuk difabel, maka orang lain tidak akan bereaksi apapun. Namun pada saat orang dengan Invisible Difability menggunakan fasilitas tersebut, ada kemungkinan yang sangat besar untuk orang lain bereaksi terhadap perilaku individu dengan Invisible Difability. Entah itu mengingatkan bahwa kursi itu hanya untuk “difabel yang sesungguhnya” atau bahkan memarahi secara langsung kemudian mengusirnya (Davis, 2005).

 

Contoh lainnya yang merupakan dampak dari sulitnya orang dengan Invisible Difability untuk membuktikan identitasnya adalah berasal dari cerita teman autis dan ADHD yang bernama  RK yang dimuat di media bandungbergerak. Ia menceritakan bahwa selama proses untuk mendapatkan surat keterangan difabel untuk kebutuhan beasiswa maupun tes PNS, ia mendapatkan kata-kata dari psikiatrinya seperti “kamu kelihatan normal kok, gak kelihatan autis” yang didengarnya secara berulang kali. Kata-kata lain yang RK dapatkan dari psikiatri yang membuktikan bahwa betapa sulitnya individu Invisible Difability membuktikan bahwa dirinya difabel adalah kata kata seperti “Hasilnya bagus, kamu normal dan gak ada masalah. Malah bagus punya pribadi yang rasa tanggung jawabnya kuat. Kamu bukan disabilitas dan saya gak akan buatkan surat keterangan disabilitas untukmu,” kata psikiater tersebut. Intinya, semua upayanya untuk mendapatkan surat keterangan difabel di Bandung berakhir dengan kegagalan. Upaya mendapatkan surat keterangan difabel baru berhasil Ketika RK meminta hal tersebut di RS Jakarta dengan pendampingan dari OMS Jarum Kayu (bandungbergerak, 2023).

Tantangan kedua yang juga cukup sering ditemui pada individu dengan Invisible Difability adalah tantangan yang berkaitan dengan dunia pekerjaan. Penelitian menyebutkan bahwa orang dengan Visible Difability lebih mudah diinginkan untuk memasuki dunia kerja dibandingkan orang dengan Invisible Difability. Sayangnya alasan mengapa hal ini terjadi belum didalami dalam penelitian ini (Gouvier dkk, 2003). Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa Invisible Difability yang mengungkapkan difabelnya di dunia kerja tidak mengalami dampak buruk dari pengungkapannya tersebut dalam jangka waktu yang cepat, namun lama kelamaan mereka mengalami dampak buruk yang terjadi Ketika yang bersangkutan sudah bekerja di tempat yang sama dalam jangka waktu yang lama (Von dkk, 2014).

 

Kata penutup dari penulis

Secara singkat, Invisible Difability memiliki adalah difabel yang tidak langsung terlihat oleh orang lain. Untuk jenis difabel Invisible Difability bisa berasal dari 5 ragam difabel yang berbeda beda yaitu Fisik, Intelektual, Mental dan Sensorik. Tantangan yang dihadapi  Invisible Difability yang dipaparkan dalam tulisan ini menyangkut 2 hal, yaitu tantangan untuk membuktikan dan membuat orang lain percaya akan difabel yang dimiliki dan tantangan yang terkait dengan dunia kerja.[]

 

 

Penulis: Rahmat Fahri Naim

Editor      : Ajiwan

 

Biodata penulis

Rahmat Fahri Naim merupakan individu dengan difabel ganda. Pertama ia memiliki kondisi spektrum autisme. Kedua, ia memiliki kondisi narkolepsi, kondisi yang masuk dalam kategori gangguan  langka atau rare disorder. Saat ini tergabung di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia. Ia memiliki minat untuk mendalami isu isu Invisible Difability atau yang dalam Bahasa Indonesianya disebut difabel tak kasat mata. Penulis bisa dihubungi melalui akun r_fahri_n yaitu id instagramnya.

 

Daftar Pustaka

“Applicants with physical disabilities, as opposed to applicants with cognitive or emotional disabilities, are also rated as more desirable job applicants.’ (Combs & Omvig, 1986; Stone & Sawatzki, 1980) Patterns of Discrimination in Hiring Job Applicants With Disabilities: The Role of Disability Type, Job Complexity, and Public Contact by Gouvier, Sytsma-Jordan and Mayville, 2003

Cook, S. & Clement, K., 2019, ‘Navigating the hidden void: The unique challenges of accommodating library employees with invisible disabilities’, The Journal of Academic Librarianship 45(5), 102007. https://doi.org/10.1016/j.acalib.2019.02.010 1

Davis, A. N. (2005). Invisible disability. Ethics, 116(1), 153- 213.

Gouvier, W. D., Sytsma-Jordan, S., & Mayville, S. (2003). Patterns of discrimination in hiring job applicants with disabilities: The role of disability type, job complexity, and public contact. Rehabilitation Psychology, 48(3), 175–181. https://doi.org/10.1037/0090-5550.48.3.175

https://bandungbergerak.id/article/detail/15273/perjalanan-panjang-mendapatkan-surat-keterangan-disabilitas-bagi-orang-dengan-autisme-dan-adhd-dewasa

Matthews, Cynthia K. 1994. To tell or not to tell: The management of privacy boundaries by the invisibly disabled. Paper presented at the annual meeting of the Western States Communication Association. San Jose, CA

Quinlan, M. (2014). Encyclopedia of health communication. Charlotte: Thousand Oaks

von Schrader, Sarah, Valerie Malzer, and Susanne Bruyère. 2014. ‘Perspectives on Disability Disclosure: The Importance of Employer Practices and Workplace Climate.’ Employee Responsibilities & Rights Journal 26(4): 237–255. DOI: https://doi.org/10.1007/s10672-013-9227-9

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air