Views: 64
Solidernews.com – Dalam upaya mendukung pemberdayaan difabel dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, Pusat Pengembangan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Solo, sebagai sub mitra PR Yakkum melalui Program Dignity Inklusi, mengadakan Workshop Ketenagakerjaan Inklusif bagi difabel. Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu hotel di Kebumen pada hari Rabu, 6 November 2024.
Workshop ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai hambatan yang dihadapi difabel dalam dunia kerja serta mencari solusi yang relevan dan efektif. Selama diskusi, peserta diajak untuk merumuskan rekomendasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kebijakan dan praktik ketenagakerjaan yang lebih inklusif.
Program Dignity Inklusi, yang digagas oleh PR Yakkum, berfokus pada peningkatan kesadaran dan penerimaan inklusi sosial bagi difabel di Indonesia. PPRBM Solo, sebagai sub mitra, turut berperan dalam menciptakan berbagai kegiatan yang mendukung inklusi dan pemberdayaan difabel, salah satunya adalah workshop ini.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak antara lain komunitas difabel setempat, perwakilan pemerintah desa, OPD (Organisasi Pemerintah Daerah), BLK (Balai Latihan Kerja) dan perwakilan badan usaha. Sunarman Sukamto selaku narasumber dari PPRBM Solo menyampaikan bahwa tujuan diadakan kegiatan workshop ketenagakerjaan memiliki dua tujuan, tujuan umum supaya ULD (Unit Layanan Disabilitas) Ketenagakerjaan dapat berperan dan berfungsi sebagaimana mandat peraturan pemerintahan dari pusat sekaligus untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi ULD di Kebumen. Tujuan khususnya ada partisipasi antar sektor dari ULD dengan Dinas Pendidikan atau Dinas Sosial, serta ada partisipasi bermakna dari perwakilan difabel baik dari difabel netra, difabel fisik, termasuk juga ODPP (Orang Dengan Disabilitas Psikososial)
“Hambatan dan kesulitan dapat dicari solusi bersama sehingga ada aksi nyata dari ULD mulai dari sosialisasi, perekrutan, pelatihan penempatan dan pemantauan. ULD Ketenagakerjaan tidak hanya dibentuk secara kelembagaan dan fungsi bisa dirasakan oleh difabel di Kebumen”, terang Sunarman.
Adapun dalam proses workshop terdapat beberapa temuan hambatan antara lain integrasi data dari tenaga difabel, terbatasnya sarana prasarana untuk mendukung pelatihan yang ramah difabel, kurikulum yang digunakan masih standar non difabel, minimnya pengalaman instruktur tentang isu difabel.
“Usulan yang disampaikan untuk menyelesaikan hambatan tersebut yakni memanfaatkan peran pendamping dari difabel agar bisa membantu instruktur, kemudian usulan yang ditujukan kepada ULD untuk membuat pedoman teknis dari perekrutan hingga pelatihan dengan kurikulum yang sesuai, serta integrasi data yang dimiliki Pemda agar bisa diakses oleh ULD sehingga by name by address jelas”, jelas Sunarman.
Workshop ini diharapkan tidak hanya menghasilkan rekomendasi nyata tetapi juga menjadi langkah awal bagi berbagai pihak untuk meningkatkan komitmen mereka terhadap ketenagakerjaan inklusif di Kebumen.[]
Reporter: Erfina Cahya
Editor : Ajiwan