Views: 25
Solidernews.com, Yogyakarta. SENI! Dapat menjadi ruang mewujudkan mimpi siapa saja, menaklukkan dunia. Tanpa kecuali difabel. Seni juga dapat menjadi media untuk membongkar sekat ekslusif, mewujudkan kesetaraan.
Di Yogyakarta, memberi ruang setara berkarya seni rupa untuk difabel, diberikan Jogja Disability Arts (JDA). Organisasi seni inklusif, terbuka bagi seniman difabel maupun non-difabel. Menjunjung nilai kesetaraan dan kemanusiaan, menjadi prinsip yang diusung dan dipertahankan.
Organisasi yang spesifik bergerak pada dunia seni ini, telah membuktikannya. Para personilnya telah berkesempatan mengikuti pameran di daerah, nasional, maupun internasioanl. JDA juga berkolaborasi dengan seniman sekaligus organisasi seni manca negara, Inggris satu di antaranya.
JDA memiliki even pameran dua tahunan, Jogja International Disability Arts Bienalle (JIDAB). JIDAB#1 dihelat pada Oktober 2021. JIDAB#2 pada Oktober 2023. JIDAB#3 akan digelar tahun depan, Oktober 2025. Pada setiap penyelenggaraannya, pameran berskala internasional ini melibatkan para difabel seniman dari dalam dan luar negeri.
Kiprah Organisasi seni bagi satu-satunya di Indonesia ini, sampai ke telinga Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (Wanmen HAM) Mugiyanto Sipin. Kamis (19/12/2024) malam, Wamen HAM yang juga aktivis 98 itu, mengadendakan kunjunganannya ke JDA.
“Sebagai Wamen HAM, saya sengaja datang berkunjung ke Jogja Disability Arts (JDA). Karena, di sini saya melihat ada anak atau orang-orang kreatif. Mereka penyandang disabilitas, tetapi kreatif. JDA ini nampaknya memang menyediakan ruang bagi kawan-kawan disabilitas yang kreatif. Yang punya kemampuan melukis, bermusik, mural, dan sebagainya. Menurut saya, ini luar biasa. Saya berharap Kemen Ham dapat bekerja sama pada masa mendatang,” ujarnya.
Bagi mas Wamen, demikian Wamen HAM biasa disapa, hak difabel adalah hak asasi manusia. “Disability right is humanity right,” tandas Wamen. Hak asasi yang bersifat universal. Berlaku untuk semua orang, tanpa memandang kedifabelan, ras, jenis kelamin, usia, atau karakteristik pribadi lainnya. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut, tidak dapat diberikan atau diambil dari seseorang.
Lanjutnya, “Kemanusiaan, ini sangat dekat dengan pekerjaan kami. Dan orang dengan disabilitas harus mendapatkan kesempatan dan ruang yang sama untuk berekspresi. Kalau di sini ya ekspresi seni. Jadi teman-teman disabilitas harus kita berikan ruang seluas-luasnya. Dan, negara harus turut memfasilitasi,” imbuh Mas Wamen.
Kementerian kami akan memainstreamkan (mengarusutamakan) ke Kementerian dan Lembaga. Karena hal itu menjadi tugas dan fungsi Kementerian HAM itu, kata dia. Kemudian memainstreamkan HAM, ke pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), termausk private sektor. Supaya program-program dan kebijakan, inline (sejalan) dengan prinsip dan norma HAM yang sudah diadopsi di Indonesia.
Dukungan diselipkan
Pada kesempatan menerima kunjungan Wamen HAM, Ketua JDA Sukri Budidharma (Butong) menginformasikan karya-karya yang dipajang di ruang pamer (galeri) Equalitera Artspace. Galeri yang sekaligus menjadi kantor (basecamp) Jogja Disability Arts.
Kunjungan yang berlangsung lebih kurang dua jam itu, juga diterima Dewan Pembina JDA Nano Warsono dan Direktur JIDAB FX Rudy Gunawan. Dalam obrolan santai, Mas Wamen menyampaikan rencananya yang akan men-support penyelenggaraan JIDAB#3, pada tahun depan. Rencana Kementerian HAM memberikan dukungan diselipkan dalam kunjungan singkatnya. Menikmati snack dan berbincang santai, menyudahi kunjungan Mas Wamen malam itu.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan