Views: 11
Solidernews.com, Bantul. Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria, S.Fil., M.Sc., M.B.A, akan membuka Pameran “Akar Rasa Setara”, pada Selasa 30 September 2024, Pukul: 15.00-17.30 WIB. Sebuah pameran yang diselenggarakan dalam rangka Soft launching Equalitera Artspace. Helatan seni yang diinisiasi Yayasan Jogja Disability Arts (JDA), dengan dukungan KEMENDIKBUD, melalui Dana Indonesiana.
Pameran dibuka untuk umum, mulai 30 September – 14 Oktober 2024, setiap hari pada 10.00 – 20.00 WIB. Bertempat di Yayasan Jogja Disability Arts (JDA) – EQUALITERA ARTSPACE, Jalan Ringroad Barat, Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Akar Rasa Setara, merupakan gabungan dari tiga kata yang dijadikan menjadi satu frasa. Akar dimaksudkan sumber dari sebuah keadaan, Rasa merupakan estetika khas Indonesia Bahasa/citra artistik didefinisikan sebagai rasa. Akar Rasa Setara, dimaknai sebagai tradisi, adat istiadat, kearifan lokal, dan kebiasaan sehari-hari masyarakat Nusantara, yang disadari atau tidak, memiliki spirit kesetaraan atau inklusivitas.
Menurut Ketua JDA Sukri Budidjarma (Butong), spirit inklusivitas tercermin dalam beberapa hal. Di antaranya, gotong royong yang tumbuh di masyarakat, abdi dalem Polowijan di Keraton yang memposisikan pentingnya keberadaan disabilitas, serta, Punakawan dalam cerita pewayangan.
“Akar Rasa Setara, merupakan ruang pertemuan inklusif para pelaku seni dengan latar belakang yang berbeda-beda. Khususnya, mempertemukan seniman disabilitas dan non disabiltas dalam sebuah pameran bersama. Sehingga dapat menjalin komunikasi dan bertukar pengalaman melalui karya seni,” ujar Butong.
Pameran Akar Rasa Setara diikuti 35 seniman dan 4 komunitas/kelompok. Mereka adalah: Alfian Rahmadani, Anfield Wibowo, Antino Restu Aji, Apud Budianto, Bernard Wora Wari, Ddienopop, Dwi Putro, Edi Priyanto, Eri Saktiawan, Herman Priyono, Jajang Kawentar, Kireina Jud Aisyah, Mahendra Pampam, Nasirun, Oky Rey Montha, Putu Sutawijaya, Raden Roro Pramayasti Hamid, Ratih Alsaira, Riki Antoni, Rofitasari Rahayu, Salasatul Hidayah, Siam Candra Artista, Supriyono, Suwarno Wisetrotomo, Theresia Agustina Sitompul, Ugo Untoro, Wiji Astuti, Win Dwi Laksono, Winda Karunadhita, Yaksa Agus, Yanal Desmond, Yaya Maria, Yogi Suganda Siregar, Yuni Darlena, Zakka Nurul Giffani Hadi. Komunitas adalah Para Rupa, Pawiyatan, POTADS, PRISM Project
Pengisi Acara
Pameran akan dimeriahkan dengan penampilan Kelompok Musik: GANDANA. Kelompok musik kolaboratif yang beranggotakan enam personil. Nanang Garuda (biola), Frans (gitar), Kholis (difabel fisik) pada bas, Malik (drum), Aat dan Reza keduanya tottaly blind sebagai vokalis sekaligus fluid (seruling). GANDANA lahir dan dibidani Yayasan Joga Disability Arts (JDA) pada akhir 2023.
Gandana berasal dari kata Ganda Guna. Memaknai alat bantu disabilitas dengan fungsi (guna) lainnya. Karenanya, kelompok musik ini memodifikasi berbagai alat bantu difabel menjadi alat musik. Kursi roda menjadi drum. Krug menjadi bas, gitar, biola. Dan tongkat putih menjadi seruling. GANDANA telah merilis album perdana bertajuk On the Map, pada Juni 2024.
Artspace Equalitera Artspace
Equalitera diambil dari kata Equality (setara) dan terra, yang berarti tanah atau bumi, tempat hidup. Sedang Litera, diambil dari literasi. Dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan dalam aktivitas tertentu. Equalitera, diartikan sebagai tempat hidupnya pengetahuan dan ketrampilan yang mengedepankan kesetaraan.
Adapun, peran dan tujuan yang hendak dicapai Equalitera artspace di antranya: menjadi ruang presentasi seni yang layak bagi disabilitas pelaku seni, menjadi ruang pertemuan dan kolaborasi gagasan, serta kreativitas antara pelaku seni disabiltas dengan non disabilitas.
Equalitera dapat menjadi ruang edukasi seni yang inklusif, menjadi wadah pengembangan karier disabilitas pelaku seni, equalitera turut berperan mewujudkan ekosistem seni yang inklusif, serta melakukan pewacanaan dan pengarsipan berbagai kegiatan seni disabilitas.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan