Views: 8
Usulan Rencana Aksi Nasional terkait HKSR yang Inklusif pada Musyawar
Solidernews.com – Menurut data angka kematian ibu di Indonesia 193 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini semakin naik ke wilayah Indonesia bagian Timur. Sedangkan target SDGs yakni target menurunkan angka 70 per 100 ribu kelahiran hidup. Dengan angka kematian bayi 16, per 100 ribu kelahiran bayi hidup. Target angka penurunan bayi di SDGs adalah 12 per 100 ribu kelahiran hidup dan Indonesia memiliki waktu tinggal 6 tahun lagi.
Berbagai permasalahan layanan kesehatan masih sering dihadapi terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) salah satunya terkait layanan
kontrasepsi, perlunya penyediaan alat kontrasepsi di semua ragam di fasilitas kesehatan primer dan keterjangkauan biaya kontrasepsi yang menyisakan problem karena masih didominasi perempuan hingga mencapai 80,35% tetapi laki-laki baru 2,65%.
Lalu kaitannya dengan penyakit tidak menular khususnya kanker serviks dan payudara sebagaimana diketahui penyakit kanker penyebab tertinggi kematian pada perempuan. Tetapi hanya dua kanker ini yang bisa dideteksi sejak dini. Sayangnya angka deteksi dini kanker serviks data dari BPJS hanya 9,3 % untuk tes IVA sedangkan Sadanis 4,8 %.
Terkait kesehatan reproduksi remaja belum optimal. Layanan posyandu di desa belum semua aktif sedang pemahaman remaja juga masih minim, masih belum menyentuh ke sekolah-sekolah termasuk kepada remaja difabel.
Lalu problem layanan kesehatan yang inklusif belum merata hingga daerah terpencil. Pelosok termasuk kepulauan dan daerah dengan masyarakat adat. Terkait layanan kesehatan yang belum aksesibel bagi difabel. Sebanyak 59% difabel belum mengakses jaminan layanan kesehatan. Apa faktor penyebabnya? Pengusung melihat beberapa sebab : masih banyak ibu hamil belum memeriksakan kehamilan minimal 4 kali kunjungan dan masih minim yang menerima kunjungan nifas lengkap, masih lemahnya pemeriksaan kesehatan sebagai syarat calon pengantin dan skrining awal,
masih minimnya pengetahuan terkait difabilitas dan masih minim pengetahuan asesmen dan layanan bagi anak berkebutuhan khusus, sedikit tenaga kesehataan yang memahami standar layanan yang aksesibel bagi difabel dan masih minimnya komitmen anggaran dan dukungan program, belum ada layanan asesmen dan terapi bagi ABK yang tersedia di puskesmas.
Maka pengusung memberikan paparan rencana aksi berupa :1. Program perencanaan kehamilan dan penguatan skrining kehamilan sebelum dan awal kehamilan, 2. Penambahan dokter spesialis OBGYN dan anak terutama di daerah yang tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak (AKA).3. Penambahan sarana dan prasarana sarana Neonatal Intensif Care Unit (NICU) aksesibel di pusat layanan promer,4. Pelatihan NICU bagi tenaga kesehatan dan penambahan fasilitas kesehatan layanan NICU.5. Penyediaan sarana kontrasepsi yang sesuai kondisi tubuh. 6. Penambahan sarana edukasi bagi ibu dan suami terkait kontrasepsi., 7. Sosialisasi layanan deteksi dini kanker secara reguler dan jemput bola ke komunitas., 8. Pemberian vaksin HPV pada remaja secara gratis di semua daerah., 9. Sosialisasi layanan posyandu di komunitas, penyediaan edukasi remaja dan di sekolah dari semua kelompok.
Sedangkan RAN Kesehatan inklusif berupa : 1. Penambahan tenaga kesehatan di kepulauan dan 3 T dan program beasiswa kesehatan bagai masyarakat di pelosok atau di kepulauan., 2. Penambahan sarana dan prasarana kesehatan di pelosok atau Kepulauan serta penambahan jam layanan., 3. Integrasi layanan praktik bidan swasta di desa dengan layanan BPJS., 4. Penguatan layanan kehamilan yang tidak diinginkan., 5. Perbaikan fasilitas kesehatan desa jadi program prioritas anggaran desa.,6. Penyediaan layanan kesehatan mental dan penambahan psikolog di puskesmas. ,7. Mendorong implementasi standar layanan kesehatan aksesibel bagi difabel.,8. Pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang layanan kesehatan yang aksesibel.[]
Penulis: Astuti
Editor : Ajiwan
ah Perempuan Nasional 2024