Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Kantor pusat disabilitas yang ramai dengan pendaftar yang mengikuti asesmen kedua dan foto

Universitas Hasanuddin Gelar Asesmen Kedua Jalur Afirmasi Difabel dengan Semangat Inklusif

Views: 7

Solidernews.com – Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali membuka penerimaan mahasiswa baru melalui jalur afirmasi difabel dengan menggelar asesmen tahap kedua pada Rabu (11/6/2025). Sebanyak 15 bakal calon mahasiswa difabel yang lolos dari tahap pertama mengikuti proses asesmen ini dengan penuh semangat, didampingi oleh orang tua dan wali mereka masing-masing. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Pusdis Unhas) ini menjadi bukti komitmen Unhas dalam menyediakan ruang pendidikan yang inklusif dan ramah bagi difabel.

Dalam pelaksanaan asesmen, fasilitas pendukung seperti relawan juru bahasa isyarat, pendamping mobilitas, serta aksesibilitas ruangan telah disiapkan secara optimal oleh Pusdis Unhas. Kehadiran perwakilan dari berbagai fakultas, termasuk para dekan dan wakil dekan, menambah semangat dan dukungan bagi para calon mahasiswa difabel.

Dr. Ishak Salim, S.I.P, MA, dalam sambutan pembukaan acara menyampaikan harapannya, “Bersama kita harus berdoa, semoga kuota untuk jalur afirmasi difabel bisa ditambah dan seluruh bakal calon mahasiswa difabel yang sangat bersemangat dapat menjadi mahasiswa Universitas Hasanuddin.”

Foto bersama setelah asesmen kedua. Camadif, madif, orangtua camadif dan staf pusdis

Diketahui, dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini Unhas telah menerima sebanyak 14 orang mahasiswa melalui jalur afirmasi difabel. Tahun ini, kuota bagi mahasiswa jalur afirmasi difabel yang tersedia adalah sebanyak 10 kursi yang diperebutkan oleh 38 pendaftar. Asesmen pertama yang berlangsung sebelumnya telah menggugurkan sebanyak 23 pendaftar.

Pusat Disabilitas Unhas sendiri, selama ini telah menyediakan berbagai layanan pendukung yang menyeluruh, mulai dari pendampingan antar-jemput, pendampingan teman isyarat, hingga pendampingan belajar. Selain itu, upaya audit aksesibilitas kampus dan pembangunan infrastruktur yang lebih inklusif terus digalakkan, disertai pembahasan perumusan kurikulum adaptif yang mampu menjawab kebutuhan belajar mahasiswa difabel. Meski demikian, Icha Muswira Hamka, Sekretaris Pusat Disabilitas Unhas, mengakui bahwa perjalanan menuju kampus yang benar-benar inklusif masih panjang. “Unhas belum sempurna. Masih banyak yang belum akses. Tapi kita terus berusaha,” ujarnya dengan penuh optimisme.

Kehadiran orang tua calon mahasiswa juga menghadirkan kisah haru dan inspiratif. Salah seorang orang tua mengungkapkan bahwa sebelumnya ia ragu anaknya yang tidak bisa mendengar dan berbicara dapat mengenyam pendidikan tinggi. Namun, setelah mendampingi putrinya mengikuti asesmen tahap kedua di Pusdis Unhas, ia mulai memahami berbagai teknologi bantu dan metode pembelajaran yang tersedia. “Dulu saya tidak percaya anak saya bisa belajar, tapi sekarang mimpi-mimpi yang dulu terasa mustahil, terlihat mungkin untuk diwujudkan,” ujarnya.

Asesmen kedua yang berlangsung akrab dan kekeluargaan, memang menjadi fokus utama Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin. Diharapkan dengan proses seleksi yang ramah dan kualitatif, bukan kuantitatif seperti umumnya dapat merangkum cerita-cerita yang biasanya tidak dihitung dalam seleksi penerimaan mahasiswa. Cerita haru lainnya datang dari pesan yang dikirim oleh salah satu orang tua bakal calon mahasiswa difabel yang dititipkan oleh sepupu yang datang menggantikan sebagai wali. Orang tua calon mahasiswa difabel tersebut sangat bangga melihat proses putrinya yang akhirnya berani menempuh jarak jauh, Ambon Makassar dengan mandiri untuk memperjuangkan kesempatan berkuliah di Universitas Hasanuddin. Ia sangat terharu atas langkah-langkah besar yang diambil putrinya dan berharap, segala hal baik akan mendatangi mereka.

Sementara itu, Lukman, salah satu calon mahasiswa difabel, mengungkapkan alasan memilih Unhas. “Saya memilih Universitas Hasanuddin bukan hanya karena ada jalur afirmasinya. Saat UTBK, saya juga memilih Unhas. Tapi yang membuat saya yakin adalah keberadaan Pusdis yang terasa seperti rumah tempat berkumpulnya keluarga. Selain itu, Unhas juga adalah kampus bergengsi dan terbaik di luar Pulau Jawa,” ujarnya penuh keyakinan.

Dengan pelaksanaan asesmen ini, Unhas menegaskan peranannya sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berkomitmen mewujudkan pendidikan tinggi yang inklusif dan merata bagi semua kalangan, terutama bagi masyarakat difabel. Harapan besar pun tercurah agar akses dan fasilitas bagi difabel terus diperbaiki sehingga semakin banyak mahasiswa difabel dapat menggapai cita-citanya di kampus ini.[]

 

Reporter: Nabila May Sweetha

Editor       : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

berlangganan solidernews.com

Tidak ingin ketinggalan berita atau informasi seputar isu difabel. Ikuti update terkini melalui aplikasi saluran Whatsapp yang anda miliki. 

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content