Views: 34
Solidernews.com, Yogyakarta. UNIVERSITAS Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Memperkuat diri sebagai kampus inklusif, dengan membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa kecuali difabel. Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, komitmen tersebut dikukuhkan. Peresmian Unit Layanan Disabilitas (ULD) oleh Rektor UAJY Dr. G. Sri Nurhartanto, S.H., LL.M., dan Talkshow Pengembangan Kampus Inklusif, menandai secara resmi perhelatan tersebut. Kegiatan diselenggarakan di Ruang Diskusi Lantai Basement Kampus II UAJY, Selasa (3/12/2024).
“Inklusivitas bukan sekedar konsep, melainkan kebutuhan. Tak sekedar akses fisik, tapi transformasi pendidikan itu sendiri. Menggunakan kata inklusif, artinya UAJY terbuka untuk siapa saja,” Rektor UAJY mengawali sambutannya.
Menegaskan kembali komitmen kampusnya, Sri Nurhartanto mengatakan, persoalan inklusivitas, telah diatur melalui Kemeterian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek). Dipelopori Fakultas Sosial dan Politik (Sospol), UAJY terbuka untuk calon mahasiswa difabel.
Memaknai nilai inklusif
Dosen Ilmu Komunikasi yang juga Tim Pembentuk ULD Alexander Beny Pramudyanto, pada kesempatan tersebut memaparkan perjalanan pembentukan ULD. Tim telah bekerja sejak Maret 2024, kata dia. Dilatarbelakangi visi misi UAJY, maka inklusivitas terhadap beragam kemampuan (ability) ini dikembangkan.
Menjadi kampus unggul, inklusif, humanis, berintegritas, merupakan nilai-nilai yang menjadi visi UAJY. Yakni, dengan memberi sumbangan pada kualitas kehidupan yang lebih baik, melalui pelayanan dalam cahaya kebenaran.
Adapun nilai inklusif, dimaknai: UAJY terbuka untuk pengembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan dan semua orang. Dari berbagai suku, ras, agama, nasionalitas, budaya, gender, maupun golongan, untuk terlibat dalam karya pendidikan yang diselenggarakan UAJY.
Beny juga menyampaikan, meski ULD diinisiai pada Maret 2024, sejatinya telah menerima mahasiswa difabel sejak 2016. Kini, sebanyak 13 mahasiswa pada berbagai program studi, menempuh pendidikan di kampus UAJY. Jumlah tersebut terdiri dari: 6 mahasiswa tuli, 1 low vision, 1 difabel fisik, 1 lemah tangan, 1 lemah otot, 1 mahasiswa dengan lupus, 1 bipolar, dan 1 mahasiswa lambat belajar.
Pendidikan inklusi di lingkungan perguruan tinggi. Tak lain menjadi satu langkah memperkuat pondasi inklusif, di antara warga kampus. Tak sekedar memberikan peluang belajar kepada individu dengan kebutuhan spesifik, tentunya. Namun, sebuah transformasi terhadap sistem pendidikan itu sendiri.
Selain mencipta budaya inklusif, sistem pendidikan inklusi akan mendorong proses pembelajaran inovatif dan adaptif. Sehingga berbagai aspek sosial kemanusiaan akan lahir dan ditumbuhkan. Kesetaraan dihadirkan, kesenjangan sosial diminimalisir, hambatan sosial dan individual tereleminasi. Dengan begitu, mahasiswa siap menghadapi multi realita kehidupan sosial bermasyarakat.
Beasiswa untuk difabel
Pada kesempatan berbincang dengan solidernews.com, Rektor UAJY menyampaian beberapa pernyataan. Pertama, terkait sosialisasi inklusivitas. “Dengan diresmikannya ULD ini, tentunya kami akan sampaikan ke masyarakat, melalui berbagai media yang dimiliki UAJY. Baik melalui website, juga jaringan yang dimiliki Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PSHAM) dan teman-teman lain. Supaya jumlah difabel yang melanjuitkan di UAJY semakin terbuka,” ujarnya.
Kedua, seputar komitmen Atma Jaya melakukan layanan terhadap difabel. Sri Nurhatanto mengatakan, “Kami menyadari keterbatasan kami. Tapi yang penting niat dan semangat teman-teman untuk terus berkembang. Dan membuka diri terhadap saudara disabilitas. Supaya nantinya UAJY mampu melakukan pelayanan yang lebih baik bagi sesama,” tandasnya.
Ketiga, terkait beasiswa bagi mahasiswa difabel. Dalam hal ini, UAJY juga berkomitmen memberikan beasiswa pada berbagai jalur. “Kami akan membuka selebar-lebarnya beasiswa bagi mahasiswa difabel. UAJY tidak mengutamakan mereka yang punya duit. Ada yang kuliah dengan nol rupiah, dari masuk sampai lulus. Di sini ada juga beasiswa dari alumni. Semua pengumuman beasiswa bisa diikuti melalui website UAJY,” pungkas Sri Nurhartanto.
Peran penting teknologi
Sebagai pelopor inklusivitas, Dosen Prodi Sosiologi, Bambang Kusumo Prihandono, awalnya mengaku kaget, mengetahui adanya mahasiswa tuli di prodinya. Pengalaman tersebut, menjadi titik balik bagaimana prodinya, menyelesaikan persoalan yang menjadi tanggung jawab bersama.
“Ketika ada mahasiswa tuli, yang dilihat bukan kami para dosen. Tapi apa kebutuhan mahasiswa tersebut. Dengan demikian, kami semua justru menemukan jalan keluar, dengan belajar dari mahasiswa tersebut.” ungkapnya.
Bagi Bambang, rekayasa teknologi adalah keharusan untuk menghadirkan aksesibilitas. Bisa menjadi tools atau faktor, yang bisa dikolaborasikan, kata dia. Bahkan diceritakannya, bahwa dosen teknik industri telah mengembangkan presisi. Yakni membuat kaki tiruan, menjadi lebih nyaman dan presisi bagi pemakainya.
Teknologi itu bisa menjadi sahabat kita, ujar Bambang. Bisa menghilangkan hambatan bersama. Untuk itu, Bambang juga mendorong adanya riset dan pengembangan.
“ULD menjadi titik berangkat, untuk membangun kampus dan masyarakat menjadi lebih inklusi. Ini salah satu start awal yang akan menggerakkan. Semakin membesar, masyarakat kita akan lebih inklusif dan setara.[]
Reporter: Sri Hartaningsih Wijaya
Editor : Ajiwan