Views: 6
Solidernews.com – Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar tahap akhir seleksi mahasiswa baru jalur afirmasi difabel dalam bentuk wawancara langsung pada Jumat, 20 Juni 2025. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Rektorat Unhas dan diikuti oleh 12 calon mahasiswa difabel dari berbagai ragam kondisi dan latar belakang.
Sebelum tiba pada tahapan ini, para peserta telah melalui dua fase asesmen, yakni asesmen tahap pertama dan kedua, yang dilakukan secara bertahap oleh Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Pusdis Unhas). Dari asesmen tahap kedua, setiap peserta yang dinyatakan lolos memperoleh sertifikat resmi dari Pusdis yang menjadi syarat untuk mengikuti wawancara akhir.
Berbeda dari tahapan sebelumnya yang dikelola oleh Pusdis, wawancara kali ini berada sepenuhnya di bawah tanggung jawab direktur pendidikan. Para dekan dan kepala program studi jurusan yang dipilih oleh calon mahasiswa difabel hadir secara langsung sebagai pewawancara.
Dr. Sakina Nadir, S.I.P., M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Politik, menilai proses ini sebagai bagian penting dari penyaringan yang adil dan kooperatif. Menurutnya, wawancara memberikan ruang bagi para dosen untuk memahami lebih dalam potensi dan motivasi peserta.
“Untuk jalur mandiri difabel ini, kami di Departemen Ilmu Politik menyediakan satu kursi dan kami memang menyatakan diri menerima difabel. Tahapan wawancara langsung membuat kami selaku calon dosen para mahasiswa afirmasi difabel dapat menentukan dan menimbang lebih menyeluruh terkait dengan kemampuan mereka,” jelasnya.
Salah satu calon mahasiswa difabel, Andi Aisya, yang tidak dapat hadir secara fisik karena pemulihan operasi, tetap diberikan kesempatan mengikuti wawancara secara daring melalui platform Zoom. Mekanisme ini dimungkinkan mengingat alasan kektidak hadiran yang kuat dan skor tinggi pada asesmen tahap pertama dan kedua. Di Unhas, perbaikan terus terjadi dan pemahaman mengenai kondisi-kondisi khusus, misal proses pengobatan yang dijalani seumur hidup oleh difabel ragam tertentu, sudah mulai menjadi pertimbangan dalam membuat metode-metode yang adaktif.
Dukungan terhadap jalur afirmasi ini juga datang dari keluarga peserta. Salah satu orang tua calon mahasiswa difabel yang turut hadir di lokasi wawancara menyatakan harapan dan rasa syukurnya.
“Anak saya sangat semangat untuk kuliah ya, karena melihat teman-temannya juga sudah ada yang kuliah. Tapi sayangnya belum banyak kampus yang ingin menerima difabel dengan ragam mental intelektual untuk berkuliah. Unhas ini satu-satunya yang kami dapat di Makassar, dan kami sangat berharap, anak kami bisa kuliah di sini” ungkapnya saat diwawancarai oleh Solidernews.
Suci, salah satu calon mahasiswa difabel yang mendaftar di Program Studi Hukum, turut membagikan pengalamannya. Ia menyampaikan rasa senangnya dapat mencapai tahap ini dan menyatakan bahwa proses wawancara berlangsung dengan baik dan tidak diskriminatif. Suci merasa, dukungan dari Pusat Disabilitas dan perlakuan yang diterimanya selama ini membuatnya merasa nyaman dan aman.
“Saya senang sekali bisa sampai ke tahap ini. Apapun hasilnya nanti, saya siap menerima,” tuturnya.
Tahapan wawancara berlangsung akomodatif dan santai. Sebelumnya, para peserta diarahkan untuk menunggu di ruang rapat lantai 7 rektorat Universitas Hasanuddin. Direktur Pendidikan menyediakan ruang tunggu yang nyaman, dilengkapi dengan cemilan, televisi, mencahayaan yang lembut dan bentuk ruang yang artistik untuk menjaga stabilitas mental peserta, dan memastikan peserta merasa nyaman selama menunggu sesi wawancara.
Wawancara yang dilakukan face to face bersama dekan dan atau kepala prodi pun berlangsung ramah dan santai, menghindari intonasi dan gestur introgatif. Pada akhirnya, tahapan wawancara yang sekaligus merampungkan proses penerimaan mahasiswa jalur afirmasi difabel ini menjadi ruang pembelajaran. Bukan hanya kepada Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin, tetapi juga seluruh dosen yang terlibat pada hari itu. Tentang keberagaman dan cara-cara berbeda yang harus ditempuh dalam berupaya memberi pendidikan yang lebih inklusif.[]
Reporter: Nabila May
Editor : Ajiwan