Views: 2
Solidernews.com, Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada Sabtu (26/4), bertempat di Perpustakaan UGM. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan kelancaran proses UTBK, khususnya bagi calon mahasiswa difabel, serta menjaga integritas ujian.
Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M. Hum., DEA., selaku Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, dalam paparannya menyatakan bahwa tugas pendampingan untuk peserta UTBK dari kalangan difabel diserahkan kepada Unit Layanan Disabilitas.
“Kami ingin memastikan bahwa semua calon mahasiswa difabel mendapatkan pendampingan yang layak selama mengikuti UTBK. Ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk memberikan akses setara bagi semua,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Wening juga menegaskan bahwa penyediaan alat tulis seperti pensil dan kertas disiapkan langsung oleh UGM. Kebijakan ini bertujuan untuk meminimalisir potensi kecurangan selama ujian berlangsung. Ia menambahkan jika adanya monitoring dan evaluasi serta pendampingan ini dilakukan untuk menjaga integritas setiap peserta ujian.
Sementara itu, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, menyoroti tantangan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. “Teknologi yang semakin canggih membuka berbagai peluang praktik kecurangan. Oleh karena itu, kita harus cepat, adaptif, dan tetap menjaga integritas,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya negara, dalam hal ini pemerintah, untuk memperbaharui regulasi teknologi agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebagai bentuk konkret pencegahan risiko, UGM mengantisipasi penggunaan perangkat kecil yang mungkin disalahgunakan untuk berbuat curang.
Dalam aspek teknis pendampingan, Wuri Handayani menjelaskan bahwa ULD bekerja sama dengan UKM Peduli Difabel untuk menyediakan tenaga pendamping yang berasal dari anggota UKM. “Kemarin teman-teman mahasiswa sudah kami bekali tentang teknis serta etika pendampingan peserta difabel,” terang Wuri.
Ia mengungkapkan bahwa tahun ini terdapat empat peserta difabel yang akan mengikuti UTBK di UGM, terdiri dari tiga peserta tuli dan satu peserta dengan difabel fisik. Wuri juga menjelaskan langkah mitigasi yang diambil ULD terhadap potensi penyalahgunaan alat bantu dengar. Dari tiga peserta tuli, satu di antaranya tidak dapat melampirkan surat keterangan dokter yang valid.
“Kami tidak mengklasifikasikan yang bersangkutan sebagai peserta difabel karena ia mengaku hanya salah satu telinga saja yang memiliki hambatan pendengaran. Sementara telinga lainnya masih bisa mendengar jelas sehingga kami tempatkan bersama peserta non-difabel,” ujar Wuri.
Sementara dua peserta tuli lainnya ditempatkan secara terpisah untuk memudahkan pengawasan dan diperkenankan menggunakan alat bantu dengar. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir risiko kecurangan tanpa melanggar hak-hak mereka untuk menggunakan alat bantu dengar.
Selain itu, ULD UGM juga merespon adanya laporan mendadak tentang seorang peserta pascaoperasi yang mengalami kesulitan berjalan jauh. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, UGM menyiapkan fasilitas kursi roda serta mengatur lokasi ujian peserta tersebut di Fakultas MIPA yang lebih mudah diakses.
Menurut keterangan Wuri, mekanisme pendampingan serupa akan diterapkan pada jalur seleksi lainnya, termasuk UM CBT. Terakhir ia menekankan kepada semua calon mahasiswa agar tidak perlu khawatir untuk mendaftar ke UGM. “Dari proses seleksinya saja, teman-teman sudah difasilitasi sesuai kebutuhan difabelnya,” pungkasnya.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan