Views: 36
Solidernews.com – Pada 23-24 Agustus 2024, Tim Blind Judo NPC DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) melakukan kunjungan ke Tim Blind Judo NPC Papua yang sedang menjalani latihan intensif di GOR Toraja, Solo. Kunjungan ini merupakan bagian dari persiapan menjelang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Solo 2024, ajang kompetisi atlet difabel terbesar di Indonesia.
Selama kunjungan tersebut, kedua tim mengadakan tryout bersama. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat kemampuan teknik dan strategi dalam pertandingan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi kesempatan bagi para atlet untuk saling berbagi pengalaman dan membangun mental juara sebelum menghadapi kompetisi yang lebih besar.
Tim Blind Judo NPC DIY disambut dengan hangat oleh Tim Blind Judo NPC Papua. Mereka bersama-sama menggelar sesi latihan yang fokus pada peningkatan teknik melalui *uchikomi* (latihan repetisi teknik dasar), serta simulasi pertandingan (*randori*) untuk memperkuat kondisi fisik dan mental. Sinergi antara kedua tim ini diharapkan dapat meningkatkan peluang mereka dalam meraih medali di Peparnas Solo 2024.
Selain sesi latihan, acara ini juga diisi dengan diskusi strategi dan evaluasi bersama. Para atlet dan pelatih berbagi pandangan mengenai teknik yang efektif serta cara mengatasi tantangan saat bertanding. Semangat kebersamaan dan persaudaraan terjalin erat antara kedua tim, memperkuat komitmen mereka untuk memberikan yang terbaik di ajang Peparnas.
Peparnas Solo 2024 diharapkan bukan hanya menjadi ajang kompetisi bagi atlet difabel, tetapi juga momen untuk menunjukkan bahwa semangat olahraga dapat mempersatukan bangsa. Kunjungan dan tryout ini adalah salah satu bentuk nyata persiapan yang dilakukan para atlet dalam meraih prestasi terbaik di ajang bergengsi tersebut.
Pandangan dari Atlet dan Pelatih
Koordinator Pelatih Blind Judo NPC DIY, Fuad, menyampaikan bahwa tryout ini sangat bermanfaat bagi mental para atlet. ” Tryout ini dalam setiap waktu ya. Setiap kali ada tim. Mau cabor apapun. Tryout ini sangat bermanfaat. Selain untuk pertama kali menguatkan mental para paraatlet. Itu tujuan utamanya. Padahal keuntungan-keuntungan selanjutnya kita jadi mengakrabkan antarprovinsi ya. Dari NPC DIY, NPC Papua, NPC Jawa Tengah juga dulu. Ini kan, walaupun kita musuh dalam matras ya bertanding, tapi jadi temen di luar. Itu indahnya olahraga itu. Semua cabor saya bilangin. Makanya, ketemu di sini tryout, mengetes sampai mana sih kita level dengan provinsi lain, iya kan. Kan kita jadi ketemu sahabat baru. Habis itu, kita juga. Atlet ini mereka levelnya seberapa. Kan, jadi kalau kerasa, oh ternyata saya kurang. Mereka kan nambah. Nah, yang tuan rumah yang kedatangan. Oh tamunya segini, itu juga harus nambah. Sama-sama, kan,” terangnya.
Lalu, ketika Fuad ditanya tentang rintangan dan tantangan mengajari atlet difabel netra, menurutnya sama saja dengan yang umum. Bagi Fuad, “kita yang umum, saya juga ngajarin yang umum. Setiap orang kan punya kepribadian yang berbeda-beda. Di blind, walaupun blind maksudnya netra, cara ngajarinnya setiap orang juga beda-beda,” tambahnya.
Menurut Fuad, sebagai pelatih ia mengamati sikap atlet pada saat di matras, kemudian didekati secara personal.
“Umum kayak gitu, blind juga kayak gitu,” ungkapnya.
“Cuman yang membedakan di blind, kalau pas di matras ya ketika kita mengajari tekhnik dengan meraba. Itu aja,” lanjutnya.
Pesan-pesan Fuad di akhir wawancara
“Kalau ada kesempatan, jangan meragukan diri. ambil aja. Ini banyak positifnya. Maaf kalau saya ngomong gini ya. Jadi netra itu bukan suatu kekurangan. Itu malah suatu kelebihan. Saya banyak belajar dari atlet netra,” jelasnya.
Fuad juga menganjurkan supaya aktif bertanya ke NPC Kabupaten masing-masing.
“insya Allah. Saya muslim. Jadi, kalau bisa berprestasi, kita bisa membahagiakan keluarga. Iya, kan. Mengangkat derajat mereka. Apalagi yang dicari. Uang nyusul, aku ngomong gitu. Ngangkat derajat keluarga itu, itu utama buat saya. Jangan pikir nggak-nggak. Prosesnya capek, nggak apa-apa, biasa. Kalau prosesnya enak-enak, nggak ada namanya itu latihan, ya. Itu aja. Untuk semuanya yang netra seluruh dunia. Kalian bisa. Tergantung nanti cabornya mau manapun juga. Ini jalan yang positif, bagus olahraga ini,” pungkasnya.
Dita Yudha, atlet Blind Judo NPC DIY, mengungkapkan antusiasmenya dalam tryout ini.
“Ya. Kalau menurutku sangat berkesan. Sangat bermanfaat banget. Terutama buat aku pribadi karena yang jelas dapat pengalaman baru, dapat ilmu baru, dapat teman baru, begitu,” ujarnya.
“Terus saling belajar, terus bisa ganti-ganti partner untuk uchikominya atau untuk sparingnya, gitu. Di Yogya kan juga sama teman-teman awas juga latihannya. Ya, walaupun pernah sparing sama teman awas di Yogya, tapi tetep beda juga, pernah sparing sama teman-teman yang di dojo Papua sana, begitu. Dan aku lebih seneng aja sih, gitu,” tambahnya.
“Suasananya rame, saling menyemangati, saling mensupport, terus saling belajar lah, gitu. Saling berbagi ilmu. Nah, di sana aku seneng banget seperti itu. Dan semangatnya teman-teman di sana tuh sangat-sangat-sangat luar biasa, gitu. Itu sangat bermanfaat bagi aku. Semangatnya teman-teman tuh, karena aku juga jadi ikut-ikutan, gitu. Ikut-ikutan semangat. Tahu teman-teman pada semangat, gitu. Terus pernah sharing sama teman yang di Papua, tim Papua. Itu walaupun ada satu dua teman yang nggak semangat, jangan pernah kita terus ikut nggak semangat, kayak gitu . yang penting diri kita sendiri. Keluarkan semangatnya kita, keluarkan powernya kita, gitu,” ungkapnya antusias.
Sementara itu, Endang Lestari, pelatih kepala Blind Judo NPC Papua, menjelaskan bahwa manfaat tryout ini penting untuk mengukur kemampuan tim serta membiasakan atlet bertanding dengan lawan dari daerah lain. ” Manfaat tryout ya ada dua. Kalau orangnya yang datang ke tempat kita, itu satu: mereka kan yang datang ke sini. Berarti mereka yang pengen mengukur kemampuan mereka, kan.
Yang kedua, bagi mereka, mereka melihat latihannya selama ini sama apa dengan di sini atau dia mau belajar. Apa ininya, perbedaannya. Cara dia melatih di daerahnya sama di tempat kita. Dari situ, dia mencari ilmunya di situ,” jelasnya.
“Bagi kita, tryout itu gunanya untuk apa: satu juga sama, mengukur kemampuan kita. Kedua, pun mentalitas. Supaya kamu terbiasa ini, bertanding dengan musuhnya. Dengan orang yang beda dengan daerah sendiri. Karena beda. Kalau selama ini latihan kamu kan sama teman-teman. Jadi mentalitasmu, mungkin ah, temen aja. Jadi, nggak ada greget untuk wah aku harus jadi menang, aku harus jadi juara. Tapi, kalau dengan orang lain, kamu ingin membuktikan, oh ini loh aku pengen gimana kemampuanku. Aku harus bisa,” paparnya lagi.
Atlet Blind Judo NPC Papua, Defi Agustina, juga merasakan manfaat dari tryout ini.
“Secara umum ya ini ya. 1. Kita lebih bisa mengenal banyak orang, kan. Itu secara umumnya. Kedua. Kita lebih bisa tahu teknik-teknik mereka sih, gitu,” ungkapnya.
Kunjungan ini bukan hanya tentang persiapan fisik, tetapi juga membangun persahabatan dan mental juara. Para atlet dan pelatih dari kedua tim berharap Peparnas Solo 2024 menjadi ajang yang membawa kebanggaan bagi mereka serta mengangkat semangat dan derajat para atlet disabilitas di seluruh Indonesia.[]
Reporter: Andi Syam
Editor : Ajiwan