Views: 3
Solidernews.com, Yogyakarta— Mengesankan, mindblowing, dan bermakna. Itulah sederet kekaguman saya pada Exhibition Tour bagi difabel pada pagelaran Festival Seni Kontemporer Artjog 2024 yang bertema “Motif: Ramalan” di Jogja national Museum. Tour difabel tersebut sudah terlaksana dengan sukses di tanggal 5 Juli 2024, dengan peserta pertama yaitu kawan-kawan difabel netra yang dibantu oleh Love Artjog. Tentu Exhibition Tour bagi difabel ini dibuka secara gratis di setiap hari jumat sampai 1 september 2024 nanti dan terbuka untuk seluruh ragam difabel.
Sebuah pengkondisian yang begitu memukau yang diprakarsai oleh Love Artjog, selaku pusat pelayanan difabel (PLD) Artjog. Mulai relawan yang sigap, galery sitter yang interaktif, dan pelayanan tour yang berjalan sedemikian rapi, menjadi poin penting pada Exhibition Tour difabel di Artjog 2024. Yang mana semangat inklusif pada pagelaran karya seni sungguh begitu terasa di atmosfer Artjog 2024.
Dibalik kesuksesan tour untuk difabel tersebut, tentunya banyak persiapan, penkondisian, dan berbagaimacam negosiasi dengan para seniman. Agar para difabel dapat menikmati pajangan master piece dari para seniman. Nah, berikut kisah dan potret dibalik layar, Love Artjog menyiapkan pelayanan yang maksimal, agar para pengunjung difabel dapat lebih dekat menikmati indahnya karya seni.
“Kami dan Artjog pada akhirnya menyadari kalau aksesibilitas di gedung Jogja National Museum ini masih belum terkondisi. Apa lagi fasilitas lift yang belum ada. Karena yang ada di lapangan adalah tangga manual. Jadi, pada akhirnya di rapat besar yang berisikan tim love artjog, artjog, suporting staf, tim lapangan, dan para talent lainnya, akhirnya menyepakati untuk kitalah yang menjadi akses para difabel menikmati karya seni yang ada. Seperti fasilitas teman bisik, tim untuk mengangkat pengunjung difabel fisik, juru bahasa isyarat, dan sebagainya. Hal itu kami lakukan tentu dengan mengadakan workshop seharian full, tentang difabel,” Jelas Broto, selaku penanggung jawab Love Artjog saat diwawancara pada 9 Juli 2024.
Memberikan Workshop Tentang Kondisi Difabel
Pada wawancara yang dilakukan solidernews.com kepada Broto (penanggung jawab love artjog), beliau memberikan keterangan mengenai persiapan pelayanan bagi pengunjung difabel. Salah satunya adalah mengadakan workshop mengenai keadaan difabel. Meliputi cara berinteraksi, pembekalan pelayanan, dan edukasi aksesibilitas. Bahkan para relawan dan galery sitter yang berjumlah kurang lebih 60 orang, diberikan training untuk merasakan kondisi sebagai difabel.
Para talent relawan dan galery sitter serta suporting staf diberikan sebuah edukasi untuk merasakan kondisi difabel dengan cara simulasi menjadi difabel. Sewaktu merasakan menjadi difabel netra maka para peserta akan di ajak berkeliling museum dengan kondisi mata tertutup. Untuk merasakan sebagai difabel fisik, maka para talent didudukkan di kursi roda, dan diajak berkeliling di tempat pameran. Serta ketika pada bagian sahabat tuli, teman-teman relawan dan galery sitter ditutup telinganya sehingga tidak dapat mendengar kebisingan sekitar, lantas diajak berkeliling bangunan 3 lantai di JNM.
“Fungsi mengapa kita memberikan training dan simulasi kondisi difabel kepada para talent ialah untuk merasakan kondisi difabel secara langsung. Selain itu memberikan pengalaman bagaimana para difabel itu sewaktu berjalan-jalan dan beraktivitas. Juga untuk memaksimalkan dari segi emosional, psikologi, dan pengalaman empiris. Karena yang diberikan tidak hanya teori saja, diharapkan pelayanan, interaksi, dan komunikasi dari galery sitter dan relawan yang hadir itu bisa lebih baik,” jelas Broto pada wawancara via daring pada 9 Juli 2024.
Menghadirkan Praktisi dan Perwakilan Difabel untuk memberikan Edukasi
Pada workshop dan training yang dilakukan Love Artjog dibawah komando Broto, tentu mereka tidak memberikan edukasi sebatas awang-awang atau lewat imajinasi. Melainkan mereka benar-benar melibatkan para pelaku dan pengkaji kedifabelan. Selain itu juga menggandeng pihak-pihak difabel sebagai perwakilan untuk berbicara, berdiskusi, dan sharing tentang berinteraksi, komunikasi, dan melayani difabel. Sehingga workshop yang dijalani itu benar-benar diupayakan sesuai pada kondisi yang di alami difabel.
Pemateri Workshop yang dihadirkan seperti Yudha Wira Jaya dari teater braile, Sholeh dari SAPDA, Rekan tuli, dan Broto sendiri selaku relawan yang sudah menemani difabel sejak 2004. Mereka memformulasikan cara agar para galery siter, relawan, dan suporting staf memiliki awareness yang lebih dalam saat menghadapi pengunjung difabel. Hal itu meliputi cara berinteraksi, berkomunikasi, simulasi merasakan keadaan sebagai difabel, dan cara memberikan informasi pada pengunjung difabel. Workshop ini dilakukan sebelum Artjog resmi dibuka pada 28 Juni 2024.
“Saya memberikan penjelasan bagaimana para talent artjog 2024 menghadapi pengunjung difabel netra, mas. Seperti kalau bersalaman itu menyentuh punggung tangan si difabel, bila ingin berbicara menyapa terlebih dahulu, cara menggandeng difabel netra sewaktu di tempat yang luas dan sewaktu melewati lorong sempit,” jelas Yudha selaku perwakilan teater braile saat bercerita tentang workshop yang ia hadiri.
“Selain itu, saya juga memberikan pembekalan secara moril. Seperti jangan canggung, hilangkan rasa sungkan, dan pandanglah difabel sebagai sahabat selayaknya para relawan dan galery sitter berinteraksi dengan sahabatnya di luar sana. Tentu hal-hal tadi sudah disertai pembekalan dan edukasi yang diberikan,” imbuhnya pada wawancara via daring, pada 10 Juli 2024.[]
Reporter: Wachid
Editor : Ajiwan