Views: 9
Solidernews.com, Yogyakarta – Senin (21/10), di bawah panasnya udara siang Jogja yang menyelimuti kampus kerakyatan. Disalah satu sudut Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, tepatnya di Sansiro. Hiruk pikuk orang terdengar menggema dimana-mana, saat itu adalah perhelatan Pasar sepaHAM yang merupakan kolaborasi riset antara FISIPOL UGM dan program INKLUSI dibeberapa wilayah di Indonesia.
Dalam rangkaian acara itu, terdapat kegiatan menarik yaitu Tour Susur Inklusif, sebuah program yang berfokus pada pengenalan berbagai sarana aksesibilitas di lingkungan kampus. Nindias Nurhalika, salah seorang panitia acara dan asisten peneliti di Sejalin FISIPOL, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan ruang kampus yang lebih inklusif bagi semua.
Ia sedikit menceritakan bahwa tahun lalu pihaknya melakukan riset inklusi sosial di tiga provinsi yaitu Aceh, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. “Setelah riset tersebut selesai, kami melakukan kegiatan diseminasi, salah satunya lewat acara ini, Tur Susur Inklusif,” tandasnya.
Dalam kegiatan susur tersebut, para peserta yang berasal dari mahasiswa di UGM dan luar UGM tampak antusias mengikuti. Mereka diajak berkeliling FISIPOL untuk melihat mengenai aksesibilitas yang disediakan mulai dari tempat parkir difabel, ubin pemandu, ramp, hingga toilet difabel. Nindias berharap kegiatan ini dapat memperkuat komitmen fakultas dalam menyediakan ruang yang lebih ramah bagi semua orang, termasuk difabel.
Muhammad Irsyad, mahasiswa Fisipol yang juga seorang difabel netra, menuturkan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran terkait aksesibilitas difabel di kampus. Tak hanya berguna bagi peserta yang mengikuti saja karena lewat kegiatan ini mereka dapat lebih mengenal aksesibilitas. Pihak Fisipol secara tak langsung juga mendapat manfaatnya lewat berbagai masukan yang disampaikan peserta selama prosesi kegiatan tour.
“Saya bisa merasakan banyak hal yang masih perlu dibenahi di kampus ini, seperti lift yang tidak ada braille dan fitur suara, ramp yang terlalu curam, guiding block yang belum merata, hingga toilet difabel yang tidak sesuai standar sehingga menyulitkan mobilitas,” ungkapnya.
Selain itu, Riani Wulan Sujarivvani, mahasiswa Fakultas Pertanian yang merupakan seorang autis, juga membagikan pengalamannya. Saat kegiatan, ia bersama mahasiswa lainnya secara sukarela mengikuti simulasi menjadi difabel netra dengan ditutup matanya dengan kain.
“Jujur, ini pengalaman yang luar biasa. Saya benar-benar merasakan bagaimana sulitnya berjalan tanpa melihat. Sulit dibayangkan bagaimana teman-teman netra menghadapi tantangan ini setiap hari selama hidupnya,” ujarnya.
Acara ini juga didokumentasikan secara menyeluruh, baik dalam bentuk foto, video, maupun audio. Nindias menjelaskan bahwa dokumentasi tersebut akan dijadikan arsip dan rencananya akan diserahkan kepada pihak berwenang di Fisipol untuk mendorong adanya perubahan nyata di masa depan. “Visi kami adalah agar semangat inklusi ini tidak berhenti hanya pada acara hari ini, melainkan terus berlanjut dengan adanya komitmen konkret dari pihak kampus,” pungkasnya.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan