Views: 27
Solidernews.com – Ditengah penyelenggaraan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), pemerintah memberikan kesempatan bagi putra putri bangsa untuk mendaftar. Hal ini tentu menjadi peluang bagi siapapun yang ingin mengabdi pada negara dan mencari pekerjaan. Tak terkecuali difabel, mereka berhak mendapatkan berbagai peluang lapangan kerja yang ditawarkan pemerintah.
Pemerintah memberikan kesempatan melalui kuota formasi disabilitas, agar dapat menjadi salah satu pintu bagi difabel dalam memperoleh kesempatan yang besar untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia yang inklusi, serta sebagai akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Salah satu rangkaian tahapan seleksi CPNS yakni Seleksi kopetensi Dasar (SKD) yang dilaksanakan secara luring dengan menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT) yang ditetapkan oleh badan kepegawaian negara melalui peraturan Nomor 5 2024. BKN juga memberikan standar prosedur operasional bagi peserta yang mengikuti test dalam SKD CPNS ini, yang berlaku bagi siapa pun, termasuk peserta difabel.
Pelaksanaan Test Apakah Sudah Sesuai Kebutuhan?
BKN provinsi Yogyakarta sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan SKD CPNS berupaya mengakomodasi aksesibilitas bagi difabel untuk mengikuti test dengan menyiapkan tempat di Grand Pacific Hall dengan mempersiapkan petugas dan volunteer yang akan membantu mengarahkannya. Ardina salah satu peserta dengan lowvision pada wawancara 14 November 2024 menceritakan pengalamannya mengikuti test SKD CPNS “Pada saat melakukan survei tidak ada petugas yang mengetahui bahwa saya seorang disabilitas, disitu saya kesulitan untuk mencari petugas dari BKN untuk menanyakan sistematika testnya yang akan dilakukan.” Tutur Dina.
Setelah bertemu dengan petugas dari BKN, mereka malah baru tahu apabila ada peserta difabel yang akan mengikuti test. “karena pihak BKN sudah menghubungi instansi terkait tentang peserta test disabilitas, namun belum ada balasan katanya.”
Lebih lanjut Dina bercerita tentang pelayanannya “secara garis besar pelayanannya sudah bagus, mulai dari awal saat aku datang hari H test menuju administrasi, pengecekan barang bawaan sampai menuju test.” Tuturnya saat dihubungi melalui whatsapp.
Hal berbeda dialami oleh Bayu Aji Firmansyah sebagai peserta difabel netra netra totally blind yang tidak melakukan survei melainkan mengirimkan e-mail pihak BKN dan instansi yang ia lamar. “saya tidak melakukan survei tapi saya email di instansi yang di lamar dan pihak BKN tentang sistematika pelaksanaan test bagi peserta disabilitas” tegas Bayu.
“alhamdulillahnya kedua pihak yang saya email membalas dengan jawaban yang sama, artinya kedua pihak membaca email saya sebagai peserta disabilitas dan menjawab dengan baiki”. Tutur Bayu pada wawancara 16 November 2024. Selain itu Bayu menjelaskan bahwa pihak BKN responsif ketika ada difabel yang datang ke lokasi test pada saat hari pelaksanaan. “saya turun dari motor yang mengantarkan saya, langsung disambut dengan baik oleh petugas dan mengantarkan ke ruang tunggu, kemudian diberitahu tempat registrasi, loker penyimpanan barang, ruang test sampai detail kecil seperti menawari kekamar mandi atau tidak.” Tegas Bayu.
Apakah sudah sesuai SOP?
Dalam melayani peserta difabel, khususnya netra perlu standar operasional prosedur membacakan soal testnya, misal pada soal bahasa yang memerlukan tanda baca, kalimat kesatu kedua dan seterusnya, matematika tanda kurang dari, lebih dari, dan lain-lain. Apabila tidak mengetahui maka akan menghambat dalam mereka mengerjakan testnya, karena terdapat tiga model test yakni TWK, TIU, dan TKP.
“jadi saya yang membacakan ada dua, awalnya enak-enak saja, semua yang ada di layar dibacakan termasuk tanda baca, kalimatnya, dan tentunya soalnya. Tutur Dina. “namun setelah pembaca ada sesuatu hal diganti dengan pembaca lain, nah disitu tidak membacakan tanda baca” lebih lanjut Dina menjelaskan kesulitan ketika tidak dibacakan tanda bacanya dalam mengerjakan tipe soal TWK, karena banyak soal yang meminta memperbaiki kalimatnya.
“jujur kesulitan pada saat mengerjakan soal TWK, karena beberapa soal meminta perbaiki kalimat yang terdapat pada paragraf, contohnya perbaiki kalimat kesatu dari paragraf diatas, pilihannya A. Hilangkan tanda koma dan lain-lain, padahal tanda bacanya saja tidak dibacakan” tutur Dina melalui whatsapp. Sementara itu, Bayu menjelaskan bahwa ia sampai berganti pembaca empat kali, karena ada yang kecapekan, ada urusan, sampai izin kebelakang. “saya ganti pembaca empat kali, mbok ya kalau ada disabilitas yang minta dibacakan pihak instansi menyiapkan pembaca dengan benar dan jelas, karena dapat mengganggu kosentrasi saya, selain itu dapat mengganggu saya dalam mengerjakan soal apalagi kita dikejar oleh waktu. Ujar Bayu melalui pesan suara.
“ditambah pada saat mengerjakan soal TWK bagian bahasa Indonesia, tanda koma, tanda titik tidak dibacakan, nah bagaimana bisa menjawab soal! Malah tanda koma dan titik dibacakan saat mengerjakan soal tersebut, padahal gak terlalu penting itu. Jadi heran saya, sebenarnya sudah ada panduan SOP dalam membacakan disabilitas khususnya netra belum ya!” tegas Bayu.
Terakhir Dina dan Bayu berharap agar pihak BKN di seleksi CPNS berikutnya sudah menyiapkan dua pilihan menggunakan pembaca layar atau dibacakan, agar peserta difabel netra yang mengikuti seleksi tidak terhambat lagi. Karena difabel netra ada yang lebih nyaman dibacakan, ada juga yang lebih nyaman membaca sendiri.”kan disabilitas netra itu kebutuhannya beda-beda, ada yang suka dibacakan, ada yang suka membaca sendiri, kalau saya jujur lebih nyaman dibacakan” tutur Dina.
Lain halnya dengan Bayu, ia lebih nyaman untuk membaca sendiri soal pada saat test “biar disabilitas netra tidak terhambat dalam mengikuti test hanya karena kesalahan non teknis, saya lebih nyaman membaca sendiri sih, lebih enak mengeksplor butir soal sendiri. Lagian aplikasi CAT aksesibel kok dengan pembaca layar, saya pernah mengikuti try out dan akses-akses saja tu” Tambah Bayu.
Mereka berpesan, semoga kasus ini bisa menjadi evaluasi bagi BKN untuk menyediakan dua pilihan. Pihak BKN bisa berkolaborasi dengan pihak penyelenggara SBMPTN yang sukses mengadakan seleksi menggunakan pembaca layar bagi difabel netra.[]
Reporter: Muhammad Rifki Yanuardi
Editor : Ajiwan