Views: 9
Solidernews.com – Regis Machdy, seorang praktisi dan penulis juga guru, lulusan S2 Glasgow, Inggris, pernah menulis buku di tahun 2019 berjudul “Loving the Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia”. Regis adalah Co founder Pijar Psikologi. Dalam buku tersebut ia memasukkan tentang zodiak, genetik, budaya dan juga simptom serta tentang spiritualitas dan religiusitas. Tak lupa ia menulis pengalaman hidup juga referensi-referensinya. Ia pernah didiagnosa memiliki distimia, ADHD, dan ADD. Ia juga pernah menjalani terapi seperti CBT, Breathe, yoga, spiritualitas, meditasi baik yang ada di Jawa maupun Bali.
Regis yang mengaku memiliki highly ambisius akhirnya pernah merasa capek, akhirnya ia melakukan terapi-terapi seperti di atas.
Tak hanya terapi-terapi tersebut, Regis juga mengeksplorasi drama. Seiring ia lakukan terapi, ia jadi tahu berbagai emosi dan ia masih melakukan konseling online dengan psikolog dan dengan psikolog terakhir sudah cocok selama empat tahun ini. Baginya, konseling ini wajib. Belakangan ia juga melakukan konsultasi nutrition, dan nge-gym. Regis juga butuh untuk dipandu karena ia seorang konsumen sehingga ia butuh konseling.
Saat ini banyak orang mengalami masalah gangguan mental. Lantas apa saja yang harus diketahui untuk mendapatkan dukungan? Menurut pengalaman Regis, dulu meski mahasiswa psikologi ia merasa lemah di biang tersebut. Hal itu ia sadari sejak dari remaja. Ia tidak bisa menerjemahkan apa yang sebenarnya terjadi ketika marah-marah setiap hari lantas juga menangis. Ia bahkan pernah menonjok speedometer sampai pecah. Akhirnya ia sadar perlu diterapi karena sudah ke arah destruktif. Ini artinya siapa pun bisa terpapar masalah kesehatan mental, baik itu mahasiswa ilmu psikologi atau bukan. Artinya, belum tentu yang berkecimpung di psikologi pun bisa sadar. Maka di masyarakat harus dibagikan pemahaman bahwa penting di usia apa pun latar belakang apa pun, terpelajar atau tidak terkait kesehatan mental.
Apakah ada selebaran yang berbunyi “Bagaimana perasaanmu hari ini?”
Bagaimana peran lingkungan terhadap kesehatan mental ini menurut Regis sangat penting di saat banyak yang menghina dan menghujat di medsos dengan sangat mudahnya. Regis mengakui pernah cut off keluarga selama setahun. “Tetapi sekarang baik. Mereka support. Saya dikasih makan. Mereka nganterin ke mana-mana. Saya pernah alami kecelakaan dan mereka terus ada,”ungkap Regis. Ia juga memahami bagaimana di Indonesia ada culture diferensiasi dan angka toxic maskulinitas tinggi. Perempuan tiga kali alami lebih besar kerentanan depresi dan gangguan mood. tetapi realita angka bunuh diri pada laki-laki lebih tinggi.
Di Thailand menurut Regis culture berbeda. Di sana anak laki-laki generasi Z lebih approach.
Regis juga mencoba melakukan terapi komplementer. Ia menjalani terapi psiko drama di UK dengan group terapi. Ia bisa mendapat inside dan dapat feedback. “Oke kalau kamu adalah Regis bagaimana solusinya, lantas diperagakan oleh teman-teman saya dalam bentuk drama, ” terang Regis. Pada saat diagnosis ADHD, Ia juga meminum antidepresan, jadi ketahuan depresi karena ADHD. Dan ia mengkonsumsi obat.
Selain itu ia melakukan pula plasebo terapi, sebagai konsumen, menurutnya kalau plasebo menyembuhkannya maka ia pilih. “Saya dibantu ustaz dan pastor. Kalau memang itu cocok. Justru psikolog bisa kolaborasi, ” ungkap Regis.
Kembali ke identitas atau diagnosa, menurutnya jika trauma ada di dalam tubuh, diiterapi CBT (perilaku kognitif) saja tidak cukup. Maka Yoga juga penting. Ada yoga yang related dengan depresi. Selain dance adalah yoga, ada pula akupuntur. Ada pula meditasi mindfulness tetapi harus dicatat menurut Regis, ada orang-orang yang memang tidak bisa diajak meditasi.
Menurut Regis, ia memiliki support sistem yang baik. Ia gampang sekali sakit dan sekarang mencoba untuk hidup sehat. Ia membikin siomay sendiri tanpa tepung. Sayur warna warni. Balance makanan sehat, sebab perut dan otak itu terhubung. Ia menyukai makanan sehat warna warni, baca buku, mengikuti influencer psikolog, dan psikiater.
“Kadang orang (dengan disabilitas psikososial) butuh koneksi saja dengan orang lain. Ini artinya terapi itu juga bisa ada di komunitas sebab supportnya berkelanjutan dan efeknya lebih bagus, ” Imbuh Regis.
Saat ini ia tengah bergiat dansa Africa sebab menurutnya gerakannya sangat hidup karena latar belakang mereka yang resistensi. “Gerakannya banyak shaking, supportnya kuat dan ini yang saya sebut unconditional terapi. “pungkas Regis dalam talkshow yang digelar CICP UGM, Jumat (18/10).[]
Reporter: Astuti
Editor : Ajiwan