Views: 7
Solidernews.com – Membina, mengedukasi, dan menjaga mutu kesehatan masyarakat merupakan salah satu pengabdian yang di lakukan oleh Academy Health System (AHS) UGM dengan institusi kesehatan mereka, seperti RSUP. DR. Sardjito, RSA UGM, dan beberapa rumah sakit lain. Salah satunya adalah mendukung dan membina tentang sektor pariwisata yang ada di masyarakat.
Salah satu bentuk dukungan AHS UGM dalam sektor pariwisata ialah melalui project kolaboratif antara pengusaha kopi dan komunitas difabel netra yang bertujuan menciptakan produk kopi berkualitas tinggi dengan semangat inklusi sosial. Program ini mendukung sektor pariwisata dengan memperkenalkan Kopi Inklusif sebagai bagian dari pengalaman wisata yang holistik dengan sisi edukatif. Hal ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dimiliki AHS UGM.
Menanggapi hal tersebut, AHS UGM berkolaborasi dengan Yayasan Dria Manunggal Indonesia dengan mengadakan Talkshow yang bertajuk “Inovasi Kopi Inklusif Bersama Komunitas Tuna Netra dalam Mendukung Health Tourism” yang diramaikan oleh kolaborasi Mahasiswa Pertukaran UGM Serta UMKM Dewi Pinang, pada Sabtu, 29 Juni 2024 di Kopi Egalita, Yogyakarta.
“Jadi kolaborasi ini merupakan hal yang harus dilakukan dan merupakan bentuk dukungan kami kepada komunitas difabel netra Yayasan Dria Manunggal bersama Kopi Egalita. Mendengar aspirasi, dan salah satu bentuknya adalah mempertemukan komunitas difabel netra dengan pengusaha kopi seperti mas Wisnu yang mengelola Kopi macan. Dari pertemuan ini tentunya akan ada pertukaran ide, yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan difabel netra lewat bisnis kopi,” ujar Widyandana selaku pemateri di bidang Kolaborasi Interprofessional Education (IPE).
Wujud Kepedulian Terhadap Pasien yang Kehilangan Penglihatan
Tidak hanya berhenti sebagai wujud pengabdian saja. Dalam materi yang disampaikan Irwan (CEO Kopi Egalita) Hadirnya AHS UGM beserta seluruh rekan yang hadir, merupakan wujud kepedulian kepada difabel netra. Selain itu, juga bisa menjadi solusi pada pasien yang kehilangan penglihatan dengan memiliki jaringan yang bisa membimbing dan membantu pemulihan mental. Jadi, saat pasien dari dokter mata yang kehilangan penglihatan, bisa memiliki harapan dengan program dari AHS. Salah satunya seperti yang dilakukan pada agenda siang ini.
Irwan mengakui hadirnya rekan AHS UGM yang mau menyapa, berdiskusi, dan membantu Kopi Egalita untuk bertemu dengan pengusaha kopi seperti Imam Wisnu Birowo, selaku pemilik dan pengelola Kopi Macan, Kasihan, Bantul, merupakan bentuk keberlanjutan pengabdian AHS UGM dalam melayani masyarakat. Jadi, dari pasien yang kehilangan penglihatan seperti dirinya, tidak lantas dibiarkan kehilangan arah begitu saja. Melainkan ada bimbingan, edukasi, dan kolaborasi yang dapat meningkatkan taraf kesejahteraan dan derajat difabel netra.
“dengan hadirnya sahabat AHS, seperti kawan-kawan yang hadir hari ini, para akademisi seperti professor, doktor, dan sebagainya merupakan wujud kedekatan dan kepedulian pada kami. Saya di sentuh tanganya, dijabat hangat, diajak diskusi, dipertemukan dengan komunitas kopi lainnya, diajak ikut pameran kopi di event AHS UGM, tentunya menjadi obat dari saya yang seumpama limbah. Sebab saya merupakan limbah dokter mata yang belum tersentuh dan terkelola. Jadi, adanya event hari ini menjadi bukti limbah dokter tadi bisa kembali diolah menjadi wujud manusia baru yang berdaya,” ujar Irwan pada sesi materinya.
Difabel Netra Tidak menjadi Kendala Berbisnis Kopi
Selain hal di atas, diskusi yang diadakan juga adalah tentang prospek difabel netra mengelola bisnis kopi. Dari berbagai sesi materi yang diadakan AHS UGM, pada bagian Irwan yang memaparkan “Potensi Inklusi Sosial bagi Tuna Netra dalam Industri Kopi”, menegaskan kalau difabel netra itu bisa ikut andil dalam kontestasi bisnis kopi.
Hal itu dijelaskan Irwan melalui analogi, betapa besar sekali produksi kopi di Indonesia. Bahkan Indonesia juga merupakan penghasil kopi terbesar ke-3 di dunia, Setelah Brazil dan Vietnam. Salah satunya Irwan pernah membaca sekitar 700 ton kopi di expor ke luar negeri. Belum ditambah aktivitas kopi yang di tingkat nasional. Bisa di bayangkan bila satu kilo itu di hargai 100.000, masak dari sekian banyak uang itu, difabel netra tidak boleh mengambil. Maka dari itu akhirnya ia bersama Yayasan Dria Manunggal Indonesia mendirikan Kedai Kopi Egalita, yang sudah setahun berdiri dan eksis hingga kini.
“Saya memandang Pak Irwan sebagai individu yang sama dengan kita yang bisa melihat. Jadi, bukan persoalan pemberdayaan lagi. Karena tidak lantas kita yang bisa melihat itu lebih berdaya dari mereka yang tidak bisa melihat. Melainkan kita tingkatkan kolaborasi yang sudah disampaikan oleh pemateri sebelumnya, sebagai wujud perkembangan bersama-sama,” ujar Wisnu selaku pemateri Manajemen Kedai Kopi dan Pelayanan Pelanggan—Sekaligus pengelola kopi macan.
“Saya mendirikan komunitas kopi nusantara itu juga bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi yang lebih besar. Dan, tentu Pak Irwan ini merupakan contoh figur yang konsisten dalam meraih mimpi dengan segala keterbatasannya. Beliau sangat patut untuk kita jadikan contoh pribadi dalam meraih mimpi. Dengan Egalita yang kini berdiri, saya dengan senang hati membuka ruang untuk kolaborasi dengan siapa pun, terkhusus komunitas difabel netra ini,” imbuh Wisnu.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan Arief