Views: 7
Solidernews.com – Berkembangnya teknologi terus membawa berbagai dampak. Entah positif pun ada juga negatifnya. Ya, itu sudah menjadi konsekuensi sistem polaritas semesta. Dimana ada baik pasti juga ada buruknya. Namun, kali ini solidernews ingin sampaikan betapa teknologi sangat membantu difabel, khususnya difabel netra di kehidupan sehari-hari.
Salah satu teknologi modern yang digunakan oleh difabel netra adalah sistem pembaca layar atau juga dikenal sebagai screen reader. Di smart phone android itu bernama talk back, di gawai I phone bernama voiceover, dan di perangkat pc atau laptop itu bernama screen reader/pembaca layar. Karena menggunakan gawaiberarti berurusan dengan hal berbau visual, maka hadirnya sistem pembaca layar (Screen Reader), akhirnya sangat membantu dalam menggunakan gawai tersebut. Apa sih maksudnya? Yuk, simak artikel di bawah ini!
Sejarah kemunculan teknologi Screen Reader
Dikutip dari artikel Becky Gibson yang berjudul “A Brief History of Screen Readers”, menjelaskan bahwa mulanya sistem screen reader ini diciptakan oleh Jim Thatcher (seorang pelopor aksesibilitas) dan para peneliti dari IBM (International Business Machines Corporation) pada tahun 1986. Awal kemunculan sistem ini, penggunaanya masih terbatas pada Sistem Operasi Desktop (DOS) berbasis teks. Baru masuk pada generasi ke-2, screen reader kembali dikembangkan untuk sistem operasi grafis seperti Windows 95 dan IBM OS/2. Sistem ini terus dikembangkan hingga hari ini, sehingga semakin memudahkan para difabel netra untuk bekerja dan sekolah maupun aktivitas lainnya.
Sebenarnya pengembang dari screen reader sendiri ada beberapa kalangan. Seperti android dengan mesin talk back, Voice Over untuk Apple, windows narator untuk produk yang menggunakan OS windows, dan lain-lain.
Namun untuk penggunaan desktop-laptop, user difabel netra di Indonesia lebih banyak menggunakan screen reader JAWS (Job Access With Speech) yang dikembangkan oleh Freedom Scientific dan NVDA (Nonvisual Desktop Access) yang merupakan pembaca layar sumber terbuka gratis untuk Windows.
Screen Reader JAWS sendiri dipelopori oleh Ted Henter yang dirilis pada sekitar 1987-1989. Pembaca layar ini muncul karena posisi Henter yang mengalami gangguan visual karena insiden kecelakaan pada tahun 1978. Pasca kecelakaan itu, Henter pun melakukan operasi karena matanya yang terkena pecahan kaca mobil sewaktu kecelakaan. Ia tidak mengira pada operasi keduanya, akhirnya matanya tidak lagi berfungsi.
Semenjak itu Henter berkonsultasi dengan divisi yang melayani difabel netra di Florida. Dari konselor tersebut, akhirnya Henter mengetahui kalau difabel netra juga tengah melakukan pengembangan pada teknologi komputer, dengan memogram aplikasi pembaca layar. Selaku orang yang lulus dengan gelar teknik mesin dari University of Florida, membuat Henter pun terpacu untuk belajar pemograman komputer.
Hingga suatu hari Henter tengah melakukan perjalanan bisnis dan tugas untuk pergi ke Chicago untuk melatih pelanggan terkenal yaitu Bill Joyce yang juga seorang pengusaha besar, untuk mengajarinya menggunakan pembaca layar. Karena Bill juga mengalami sebuah kecelakaan kerja yang menyebabkan penglihatannya hilang. Akhirnya mereka menjadi teman akrab dan mendirikan perusahaan Henter Joyce, kemudian mengembangkan ide-ide Henter dalam proyeknya dalam bidang pembaca layar. Pada 1997 mereka mematenkan produk pembaca layar untuk DOS. Dimana ini menjadi cikal bakal awal dari JAWS, yang eksis hingga kini.
Sementara, NVDA Sendiri dipelopori oleh Michael Curran dan James The, semenjak tahun 2006 menggunakan fondasi program python. Saat mengembangkan program ini, mereka berdua menggunakan dasar berpikir: “mengapa tidak kita sediakan pembaca layar yang gratis?” karena mereka berdua adalah difabel netra yang berprofesi sebagai programer dan memiliki kesukaan pada teknologi. Hingga, akhirnya proyek NVDA ini di mulai pada 2006, lantas setahun kemudian Mozilla mendekati keduanya dan mendanai Curran untuk menghadiri CSUN Assistive Technology Conference, konferensi terbesar yang diselenggarakan oleh Center on Disabilities di California State University, Northridge.
Dari pertemuan di Northridge yang dilakukan Michael Curran dan James, mereka menemukan orang-orang dari seluruh dunia yang memiliki visi misi yang sama. Maka sebagai difabel netra yang memiliki kapasitas dan sudah ada prototipe NVDA, akhirnya terciptalah sebuah NV Access yang berbentuk organisasi nirlaba untuk menjalankan proyek NVDA. Hingga di tahun 2019 popularitas dari NVDA menyaingi JAWS yang menjadi pionir pembaca layar yang memiliki kualitas bagus dari berbagai aspek. Tentu dengan akses gratis.
Beberapa tahun setelah diperkenalkan, NVDA menjadi salah satu pembaca layar paling populer yang tersedia. Karena NVDA banyak digunakan dalam pengujian aksesibilitas digital. Sesuai pada survei yang dirilis WebAIM (Web Accessibility In Mind), mengenai pengguna pembaca layar pada tahun 2021, menunjukkan data bahwa NVDA adalah pembaca layar paling populer kedua untuk penggunaan desktop-laptot, nomor ke dua setelah JAWS, atau Job Access With Speech.
Berkelana dengan Gawai menggunakan screen reader
Pada tahun 2019, penulis mulai belajar menggunakan screen reader ini untuk menunjang studi. Hal ini disebapkan penglihatan saya yang semakin menurun. Basic dasar dari pengoperasian sistem ini adalah bernavigasi menggunakan suara dengan perintah dari keyboard. Jadi, semua hal yang ada di layar komputer akan dibacakan oleh screen reader, mulai membacakan ikon soft where, setting, mau pun fitur-fitur. Semua itu saya lakukan dengan keyboard. Maka dari itu penguasaan mengetik 10 jari wajib bagi para difabel netra yang ingin menggunakan sistem ini. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai short cut yang memerlukan kombinasi keyboard untuk semakin mempercepat perkerjaan. Sedangkan pada smart phone itu menggunakan konsep swip (usap) kanan dan kiri.
Mulai dari Talk Back, JAWS, NVDA, Voice Over, dan windows narator pernah saya gunakan. Namun, saya lebih cocok menggunakan NVDA untuk mengoperasikan laptop atau komputer, karena soft where-nya yang gratis dan terus bisa dikembangkan dan selalu bisa dipasankan addon/fitur tambahan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk smart phone saya sampai kini masih menggunakan talk back yang kemudian penbaca layar ini saya instal vocalizer tambahan dari google play store yaitu vocalizer tts.
Mungkin bagi para pembaca sekalian masih bingung. Untuk mempermudah, silakan buka komputer anda yang sistem operasinya menggunakan windows 10 ke atas, lantas buka lembar kerja word. Setelah terbuka, tekan tombol windows + enter. Maka nanti akan keluar screen reader windows narator. Coba ketik huruf ataupun kata. Maka dengan otomatis, screen reader akan membacakan apa yang ada di lembar kerja. Misal belum terbaca, coba tekan tombol navigasi (tombol di komputer yang gambar panah atas, bawah, kiri, dan kanan, yang terletak di bagian kanan bawah keyboard) atas dan bawah. Untuk meng-non aktifkan, tinggal tekan lagi tombol windows + enter.
Berkat sistem screen reader ini saya sangat terbantu saat menjalankan keseharian. Apalagi kini yang sedang berkuliah, berbagai tugas alhamdulillah bisa dikerjakan dengan mandiri. Memang awalnya cukup bingung dengan suara yang keluar, tetapi lama-kelamaan terbiasa, dan sudah seperti kekasih sendiri yang dengan setia membacakan apa pun aktivitas saya di laptop. Entah browsing di internet, berkerja, menulis, dan lain-lain.[]
Penulis: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan
Sumber Referensi
Gibson, B. (2021, januari 06). A Brief History of Screen Readers. Retrieved from https://knowbility.org/blog/2021/a-brief-history-of-screen-readers/.
Han, S. (2022, Juli 14). The hidden history of screen readers. Retrieved from https://www.theverge.com/23203911/screen-readers-history-blind-henter-curran-teh-nvda/.
registered charity NV Access, N. (2022, Januari 28). NVDA Screen Reader: An Overview for Developers and Content Creators. Retrieved from https://www.boia.org/blog/nvda-screen-reader-an-overview-for-developers-and-content-creators/.