Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Taman Faith, menyuarakan tentang keragaman Budaya dan Literasi di Kota Sorong

Views: 8

Solidernews.com – Kota Sorong sebagai kota minyak yang terletak di ujung barat Papua Barat Daya, Indonesia, dikenal dengan keindahan alam dan keragaman budayanya. Sebagai gerbang utama ke Raja Ampat, kota ini menawarkan kombinasi unik antara kehidupan modern dan pesona alam yang membelalakan kedua mata yang dijamin masih asri.

Banyak warga kota yang masih menganggap Papua itu layaknya hutan, tetapi tidak benar. Contohnya Sorong, disini sudah selayaknya kota-kota besar lainnya, karena pusat perekonomian di Papua salah satunya di Sorong. Dengan kesibukan kota Sorong yang terus berkembang, di pusat kota Sorong masih ada tempat yang bagus untuk dikunjungi sekadar untuk membunuh waktu menunggu sunset yang tenggelam, ya tepatnya di Taman Faith. Terletak di sekitar Lampu Merah Kuda Laut, akses menuju taman ini cukup mudah. Sebelum melewati Hotel Belagri, belok kanan di tanjakan dan langsung menuju Taman Faith.

Bagi para pemburu senja, Taman Faith akan menjadi pilihan yang sangat eksotis untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih atau keluarga. Disaat berkunjung ke Kota Sorong, jangan sampai lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke tempat wisata baru yang dikenal dengan nama Taman Faith Bukit Sorpus. Ditaman ini, mata anda akan disuguhi dengan pemandangan yang sangat memanjakan mata anda. Pemandangan yang menakjubkan seperti barisan bukit yang hijau, laut dan jika anda beruntung anda juga akan disuguhi sunset yang sangat indah.

Untuk menuju tempat wisata ini, anda tidak perlu cemas atau berpikir mengenai biaya dan jauhnya lokasi wisata. Karena untuk menuju lokasi wisata, anda akan melewati jalanan yang sudah ramai penduduk dan bagus. Tempat wisata ini berlokasi di pusat kota, sangat cocok untuk anda yang ingin sejenak menghilangkan rasa jenuh dari hingar bingar kota

Taman ini memiliki beberapa spot foto yang Instagramable dengan udaranya yang sejuk saat berada di atas, menjadi pilihan muda-mudi untuk puas ber swafoto. Biaya tiket masuk cukup murah, anda hanya perlu membayar Rp. 15.000 perorang anda sudah bisa menikmati semuanya. Tapi sayang saat ini belum ada fasilitas umum seperti toliet dan tempat parkir, jadi bagi anda yang ingin berkunjung untuk mencari inisiatif sendiri jika ingin memarkirkan kendaraan anda.

Untuk dapat tiba di lokasi wisata ini, anda bisa menggunakan Sepeda Motor atau Mobil. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 20 menit lewat belakang sorpus atau lewat sebelah hotel Belagri Kota Sorong.

Taman Faith ini merupakan hasil inisiatif para muda-mudi Sorong dalam melihat potensi wisata di Kota Sorong. Tentunya menjadi kebanggaan bagi warga Sorong yang memiliki aset kekayaan alam yang indah ini. Dengan begini hendaknya pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama untuk menunjukan wisata alam lain yang belum terekspose di Kota Sorong, sebagai upaya meningkatkan perekonomian warga setempat. Selain itu, taman faith juga sudah menuju ruang inklusi karena sudah lumayan akses untuk teman-teman yang memakai tongkat, kursi roda, difabel netra sudah bisa akses kesana dengan tempat yang sangat memanjakan mata, untuk teman difabel netra bisa merasakan angin sepoi-sepoi ketika matahari sudah ingin meninggalkan peraduan, terlebih beberapa kali tempat ini sudah mengadakan pertemuan atau kelas bahasa isyarat. Semoga kedepannya taman faith bisa lebih akses lagi untuk kawan-kawan difabel.

Menurut Maria, salah satu penggagas dari taman Faith ada beberapa kegiatan yang sering di lakukan salah satunya Filosofi Menoken;

“Di Taman Faith, ada beberapa kegiatan salah satunya adalah Menoken bukan berarti kami melakukan merajut benang atau akar kayu. Tetapi yang dimaksud adalah filosofi menoken. Selain kegiatan menoken, kami juga sudah pernah mengadakan kelas berbahasa isyarat dengan kawan-kawan tuli, kami sangat terbuka untuk semua kalangan, agar tempat ini bisa dinikmati semua kalangan.” Ucap Maria.

 

Menoken adalah sebuah alat tradisional yang digunakan oleh masyarakat adat di Papua, khususnya oleh suku-suku di Papua Barat. Menoken, seringkali terbuat dari kayu atau bahan alami lainnya, digunakan dalam berbagai kegiatan budaya, terutama dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Filosofi dari menoken ini, seperti banyak benda adat lainnya, sangat dalam dan berkaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat Papua.

Secara umum, filosofi menoken bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:

  1. Simbol Keseimbangan dan Keharmonisan

Menoken, sebagai alat yang sering digunakan dalam upacara adat atau kegiatan sehari-hari, menggambarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur. Keharmonisan antara manusia dan alam, serta hubungan dengan kekuatan-kekuatan spiritual, adalah prinsip dasar dalam budaya banyak suku di Papua. Menoken berfungsi tidak hanya sebagai alat praktis, tetapi juga sebagai simbol yang menyatukan dunia fisik dengan dunia spiritual.

  1. Keberlanjutan Tradisi dan Identitas Budaya

Menoken adalah salah satu simbol dari keberlanjutan budaya. Dalam banyak budaya Papua, terutama di daerah pedalaman, menoken dipandang sebagai alat yang menghubungkan generasi muda dengan tradisi leluhur. Dalam hal ini, menoken tidak hanya berfungsi sebagai benda yang digunakan untuk upacara, tetapi juga sebagai bagian dari pendidikan budaya. Penggunaan menoken mengajarkan nilai-nilai tradisional, termasuk persatuangotong royong, dan rasa hormat terhadap leluhur.

  1. Ritual dan Spiritualitas

Menoken sering terlibat dalam kegiatan ritual yang berkaitan dengan kepercayaan dan spiritualitas. Dalam konteks ini, menoken bisa dipandang sebagai alat yang memiliki kekuatan mistis atau dianggap memiliki energi spiritual. Keberadaannya dalam upacara adat bisa dilihat sebagai media yang memungkinkan komunikasi antara dunia manusia dengan dunia roh. Ritual yang melibatkan menoken bisa berhubungan dengan persembahanperdamaian, atau permohonan untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup.

  1. Keterkaitan dengan Alam dan Sumber Daya Alam

Menoken, yang sering terbuat dari bahan alami seperti kayu atau bambu, memiliki filosofi yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam. Pemilihan bahan untuk membuat menoken menunjukkan rasa hormat terhadap alam dan sumber daya alam. Filosofi ini mengajarkan untuk memanfaatkan alam dengan bijaksana, menjaga kelestariannya, serta menghargai hasil-hasil alam yang diberikan.

  1. Alat Komunikasi dan Penyampaian Pesan

Selain fungsinya dalam upacara, menoken dalam beberapa budaya Papua juga dapat berfungsi sebagai alat komunikasi, baik dalam arti literal maupun simbolis. Dalam hal ini, menoken digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan adat atau ajaran-ajaran moral dari generasi ke generasi.

  1. Simbol Persatuan dalam Masyarakat

Menoken juga berfungsi sebagai alat yang menyatukan masyarakat dalam upacara atau perayaan. Dalam banyak kasus, orang-orang dari berbagai suku atau komunitas di Papua akan berkumpul untuk menggunakan menoken dalam sebuah kegiatan bersama. Ini menjadi simbol dari persatuan dan kerjasama yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesimpulan

Filosofi menoken berakar pada keterhubungan antara manusia, alam, dan roh leluhur, serta nilai-nilai tradisional seperti keseimbanganharmonipersatuan dan transparan. Lebih dari sekedar alat, menoken mencerminkan pandangan hidup yang menghargai alam, warisan budaya, dan hubungan sosial dalam komunitas. Bagi masyarakat Papua, menoken adalah lambang dari keberlanjutan budayakekuatan spiritual, dan identitas bersama.[]

 

Penulis : Irfan Ramdhani

Editor   : Ajiwan

 

 

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content