Views: 35
Solidernews.com, Jakarta – Kalah dalam pertandingan, tak selalu harus menjadi penyesalan atau kekecewaan. Dari balik kekalahan, sesungguhnya ada banyak proses pembelajaran. Demikian Jogja Amputee Football Club (JAMP FC) mensikapi kekalahannya, melawan permainan Persas-Surabaya dan Persam-Madura, pada Turnamen Piala Menpora 2023.
Pelatih JAMP FC, Suwartoyo, mengatakan bahwa tidak ada yang perlu disesali usai anak asuhnya kalah dari Persas-Surabaya pada laga perdana, dan Persam-Madura pada laga kedua. Ucapan selamat justru disampaikan oleh pelatih. “Sebagai klub yang baru terbentuk dan baru dua bulan latihan, JAMP FC sudah berani bertanding saja adalah satu poin,” ujar Suwartoyo dalam pengarahan lapangan, seusai pertandingan, Minggu (26/11).
Lanjutnya, kita butuh waktu untuk menyamai permainan klub lain. Dari turnamen kali ini, kita dapat banyak pembelajaran. Satu di antaranya, di daerah, harus menyiapkan sedemikian rupa. Intensitas latihan, rutinitas, kedisiplinan, mempersiapkan fisik dan mental. Sehingga, pada laga tahun depan, JAMP FC sudah menjadi klub yang lebih siap berlaga,” ujar Suwartoyo.
Demikian pula dengan Sofwan Djamil, tim fisioterapis dan medis PSAI. Turnamen kali ini adalah eksistensi pertama JAMP FC. Sebagai kali pertama berlaga, kalah adalah biasa. Banyak catatan pertandingan dari awal sampai akhir, untuk menjadi pelajaran. Catatan demi catatan, yang perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti.
Ucapan terima kasih pun meluncur dari Ketua PSAI DIY, I Made Sudana. Bli Made, demikian sapaan akrabnya, mengapresiasi perjuangan teamnya. “Ini pelajaran luar biasa. Kita mulai mempunyai pengalaman yang berguna untuk even berikutnya,” ujarnya.
“PSAI DIY selanjutnya akan mempersiapkan secara maksimal, kebutuhan latihan baik fisik dan mental. Kita tidak sedang mencari menang atau kalah. Kita sedang menuji mental. Alhamdulilah teman-teman siap. Yang penting sehat semua,” imbuh Bli Made.
Para pemain bicara
Pun demikian dengan para pemainnya. Mereka mensikapi hasil turnamen tanpa goal tersebut sebagai pengalaman berharga sekaligus pembelajaran. Kurang jam sehingga tidak bisa mengimbangi permainan lawan, kondisi ini diakui oleh seluruh pemain dan official JAMP FC.
“Perlu persiapan dan pematangan fisik. “Dari segi latihan teman-teman kurang, demikian pula dengan jam terbang pertandingan. Persiapan itu sangat penting. Namun, apapun yang terjadi di lapangan itu harus diterima dengan wajar,” Nur Hasan Kamaludin, pemain asal Pekalongan menyampaikan pandangannya.
Saya percaya dan yakin, teman-teman bisa. JAMP FC tidak bisa hanya seperti ini. Pada masa mendatang, kita harus memformat klub ini akan menjadi seperti apa. Kini, bisa mengikuti even tanpa kendala apa pun, itu lebih dari yang diharapkankan team. Kesempatan laga perdana itu, diharapkan bisa menarik minat anak muda Jogja dan sekitarnya, bergabung dan memperkuat PSAI DIY.
“Jogja dan Jawa Tengah banyak pemain yang bagus dan potensial. Ini asset yang harus dijaga, dioptimalkan. Jangan sampai diambil klub dari luar Jogja. Karena di Jogja sudah ada wadahnya, yaitu PSAI dengan JAMP FC-nya. Wadah yang bener dan mempunyai pelatih,’ tandas Kamal.
“Terlebih, pada tahun depan akan ada piala Asia. Secara tahunan, Turnamen Kemenpora pun terus akan digulirkan. Harapan saya, tahun depan lebih ada pematangan dan pemantapan. Meski dimulainya tertinggal, asal disiplin latihan, jangan kendor, fisik dijaga, pola bergaul dijaga, tak ada yang tidak mungkin. Semua prestasi itu tergantung diri kita. Mau kerja keras atau tidak? Kerja sama itu juga penting. Sepak bola ini permainan team, jadi tidak bisa bermain individual,” ujar pemain muda itu.
Bagi Kamal, semua masukan harus diterima dengan suka cita. Jujur, pola bermain kita sangat jauh dari ekspektasi sesungguhnya. Yang dibayangkan tidak ada di lapangan. Semua itu kita harus bekerja. Ketika berlatih sudah ada pola. Melihat arah bola itu penting. Tapi, tak hanya bola saja yang perlu diperhatikan. Melainkan posisi kawan dan lawan. Sehingga bisa menerapkan pola permainan.
Demikian pula Widi Nuryanto. Pemain asal Kulonprogo ini mengatakan, bahwa even pertama itu menjadi even yang sangat berarti. Sebagai media belajar. Satu catatan, bahwa turnamen tersebut, akan menjadi moment menarik minat bibit-bibit baru pemain sepak bola amputasi di DIY.
“Semoga ini bisa memancing anak-anak muda mau bergabung, tertarik menjadi pemain. Lebih dari itu, turnamen tersebut menjadi ajang mencari pengalaman, untuk dikembangkan di Yogyakarta. Setidaknya dengan even ini kita dapat pengalaman yang sebelumnya belum pernah dimiliki,” harapan Widi.
Sedang Sukoco memaknainya sebagai pengalaman pertama yang sangat berarti. Dengan bertanding jadi paham aturan pertandingan, paham sistem kompetisinya, bagaimana pembentukan tim. Selama ini kita masih buta, masih meraba-raba. Kami juga jadi tahu peta kekuatan lawan.
Dari alat saja, kanadian dalam hal ini, PSAI sangat memperihatinkan, sambung Sukirman. Selama pertandingan, pasti saja ada kanadian yang patah. Kurang lebih dalam dua kali berlaga, 7 kanadian yang patah. Menurut pelatih dari PSAI Pusat, lanjut dia, penyesuaian menggunakan kanadian sendiri, minimal empat bulan. DIY, lagi-lagi baru 2 bulan. Pun demikian dengan teknik bermain belum menguasai.
Demikian pula dari sisi fisik. Pemain lain sudah berlatih sejak 2-3 tahun. Sedang JAMP FC belum genap 2 bulan latihan, pun hanya satu minggu satu kali. Terlebih, di tiap-tiap klub lawan, terdapat para pemain yang sudah tergabung sebagai Timnas INAF Garuda. Jadi, bisa berlaga melawan mereka itu, betul-betul sebuah pelajaran berharga,” kata Sukirman.
Apresiasi Ketum PSAI
Pada kesempatan wawancara seusai pertandingan, Ketua Umum PSAI Pusat Yudi Yahya menanggapi dua kali permainan JAMP FC. Katanya, setiap klub butuh proses. Jogja baru terbentuk tahun ini. Secara pembinaan juga belum maksimal. Baru dua bulan ini. Butuh support dalam hal pembinaan, perlu diintensifkan lagi latihan.
Kalau dilihat dari potensi, beberapa pemain muda Jogja ini agar lebih difokuskan ke regenerasi pemain, demikian saran Ketum PSAI Pusat. ”Setahu saya di Jogja para pemain amputasi yang muda banyak. Turnamen ini bisa jadi momen. Dari segi teknis bisa meng-hire atau mengajak team pelatih yang lebih profesional. Kalua fisioterapis dan medis, sudah sangat baik. Karena sudah masuk tim nasional,” ucap Yudi Yahya.
Apresiasi pun diberikan Ketua Umum PSAI Pusat itu. Menurut dia, dari sisi semangat para pemain JAMP FC sangat luar biasa. “Team dari Jogja begitu percaya diri dan berani memanfaatkan moment Piala Menpora. Klub-klub lain, ada pemain nasional, tapi masih kurang percaya diri. Sekali lagi kepercayaan diri pemain atau team JAMP FC, luar biasa tahun ini,” ujar Yudi.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief