Views: 24
Solidernews.com. DUNIA. Beragam kisah inspiratif tentang orang-orang yang berhasil mengubah dunia, mewarnai. Inovasi dan ide-ide kreatif, berhasil menghadirkan perubahan. Kisah-kisah yang tak sekedar menjadi bahan bacaan. Namun, dapat dipelajari dan dijadikan inspirasi.
Di antara orang-orang yang mampu mengubah dunia tersebut, di antara mereka adalah orang dengan disabilitas (difabel). Sebagaimana orang pada umumnya, kedisabilitasan yang menyertai, tidak menghambat mereka melakukan aktivitas. Bahkan mampu menciptakan karya inovatif, dan menginspirasi dunia.
Beberapa tokoh difabel yang telah menginspirasi tersebut, diantaranya: (1) Thomas Alva Edison. Dia, adalah penemu lampu pijar pertama di dunia. Pria asal Amerika Serikat ini pernah mengalami keterbatasan mental. Yakni, mengalami gangguan fokus belajar.
Sehingga, pada usia 12 tahun, Thomas belum bisa membaca. Namun, meski dengan kemampuan berbeda tersebut, dia mampu mengubah dinia. Karena temuan yang membawa perubahan bagi dunia, ia menjadi seorang pengusaha dan ilmuwan, yang dicatat dunia.
(2) Isaac Newton (Inggris). Ilmuwan asal Inggris ini, menemukan teori gravitasi. Dia, adalah seorang yang hidup dengan autism. Salah satu bagian dari difabel mental.
Hambatan dalam berbicara, berdampak pada Isaac Newton mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Di tengah hambatan yang menyertai, ia adalah seorang fisikawan dan matematikawan. Karena teori gravitasi bumi-nya, dia dicatat sebagai pemikir dunia.
(3) Miana Bryant (Amerika Serikat). Ia adalah seorang perempuan dengan gangguan mental. Lahir dan dibesarkan di Prince George County, Maryland, Amerika Serikat. Ia mengalami difabel mental di usia remaja. Saat itu dia mengalami depresi dan kecemasan selama hidupnya.
Namun begitu, ia berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi. Sehingga ia mendapat gelar Bachelor of Arts di Psikologi, Universitas Carolina Timur, Amerika Serikat.
Ia kemudian membangun The Mental Elephant. Yaitu, sebuah organisasi yang berfokus mempromosikan kesehatan mental yang positif ke seluruh dunia.
(4) Stephen Hawking. Dia adalah sosok difabel yang sangat populer karena kejeniusannya. Stephen Hawking merupakan seorang fisikawan cerdas. Pria berkursi roda itu telah memperoleh banyak penghargaan.
Salah satu penghargaan yang pernah diterima oleh Hawking adalah lifetime achievement dari Pontifical Academy of Sciences. Hawking sendiri merupakan difabel fisik.
Hawking mengalami amyotrophic lateral sclerosis. Penyakit neuron motorik yang membatasi geraknya. Namun, hambatan fisik tidak membatasi Hawking untuk tetap membagikan ilmu dan pengetahuannya bagi orang lain.
(5) Nick Vujicic. Pria ini terlahir tanpa lengan dan kaki. Seorang penginjil dan motivator dari Australia. Pria ini pernah beberapa kali datang ke Indonesia untuk menjadi motivator di berbagai acara.
Nick sendiri merupakan difabel fisik karena Tetra-amelia Syndrome yang membuat bagian tubuh untuk bergeraknya tidak bisa tumbuh. Hidup tanpa kaki dan tangan membuat Nick menjadi korban bullying sejak di masa sekolah.
Akan tetapi, bullying yang ia terima justru tidak menyurutkan niatnya untuk menyelesaikan studi hingga sarjana, dan menjadi motivator. Bahkan, kini ia mendirikan organisasi nirlaba yang berfokus pada pengembangan difabel agar mereka bisa hidup mandiri.
(6) Abdurrahman Wahid. Dia adalah presiden keempat Indonesia. Gus Dur, demikian biasa dipanggil. Dia juga mendapat julukan sebagai “Bapak Pluralisme”. Salah satu tokoh yang sangat menginspirasi. Gus Dur pernah mengalami glaucoma, yang membatasi kemampuan penglihatannya.
Keterbatasan fisik yang dimiliki, tidak membuat Gus Dur patah arang. Ia juga berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Keputusan besar yang dilakukannya di antaramya, keberaniannya mengakui agama Khonghucu. Berikutnya, mengizinkan perayaan hari raya imlek bagi masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa.
(7) Frida Kahlo. Adalah seorang seniman yang terkenal pada awal 1900-an. Ia dikenal sebagai pelukis berbakat dari Meksiko. Dia adalah difabel fisik. Ketika memasuki usia 6 tahun, ia terserang virus polio. Akibatnya, kaki kanannya lebih kecil.
Tak hanya itu, spina bifida juga dialaminya. Yaitu, kelainan bawaan yang mempengaruhi tulang belakang dan perkembangan kaki. Hambatan fisik tidak menjadi penghalang bagi Frida berkarya seni rupa. Ia dikenal dunia, sebagai pelukis kebanggan di Meksiko dan dunia.
(8) Stevie Wonder. Bagi yang lahir di era tahun tujuh puluhan, tak asing di telinga ketika mendengar namanya. I Just Called to Say I Love You, ialah salah satu lagu yang dipopulerkannya pada 1984. Lagu ini pertama kali ditampilkan dalam fulm komedi The Woman in Red, bersama dua lagu Wonder lainnya.
Penyanyi legendaris di blantika musik internasional ini selalu mengenakan kacamata hitam. Mengapa? karena ia merupakan penyanyi tuna netra kelas dunia. Wonder lahir dalam kondisi buta.
Menariknya, meskipun Wonder tidak mampu melihat, ia menciptakan begitu banyak lagu hits. Bahkan, tembang-tembang yang dibawakan tidak pernah lekang oleh zaman. Wonder, dia menjadi seorang penyanyi yang dicintai di dunia.
(9) Hana Madness (Indonesia). Memiliki nama asli Hana Alfikih. Dia adalah seorang perempuan dengan disabilitas mental. Ia hidup dengan bipolar disorder. Yakni, kondisi gangguan yang membuat perubahan suasana hati yang tidak bisa dikontrol.
Sehingga pada waktu tertentu dirinya tidak dapat mengatur emosi dengan baik. Sebagai seorang doodle art (seniman corat-coret), karyanya sudah dipamerkan di berbagai negara.
Tak hanya berprestasi di dunia seni. Perempuan kelahiran Oktober 1992 ini, juga mengadvokasi terkait kesehatan mental. Ia pernah menjadi perwakilan Indonesia. Tepatnya, dalam pameran ruang karya seni bagi penyandang disabilitas, Unlimited Festival di London, Inggris.
(10) Marlee Matlin. Tidak ada yang menyangka bahwa aktris cantik Marlee Matlin adalah seorang tuli. Matlin mengalami gangguan pendengaran sejak usianya 18 bulan, karena koklea genetis.
Hidup sebagai tuli, tidak menghalangi kebebasannya berekspresi. Pada 2023, Matlin menjadi aktris pemenang Academy Award dan Golden Globe Award untuk perannya dalam film “Children If a Lesser God”.[]
Penulis: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan