Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Soft Launching Buku “Suara-Suara Sunyi: Kisah Kelompok Minoritas di Pusaran Politik Indonesia,” Wujud Kepedulian AJI Yogyakarta pada Kelompok Minoritas

Views: 16

Solidernews.com – Perjalanan bangsa Indonesia terus bergulir dengan berbagai dinamikanya. Hal itu tentunya didasari pada keunikan bangsa ini yang memiliki kemajemukan pada komunitas masyarakatnya. Mulai soal kultur, sistim sosial, budaya, bahasa, dan sebagainya. Dari hal itu, banyak terjadi berbagai kisah dan problematika yang menghiasi kehidupan masyarakat. Tidak terkecuali kelompok minoritas yang ada di Indonesia.

Salah satu aspek yang terus menjadi isu yang harus dikawal ialah posisi kelompok masyarakat minoritas pada pusaran politik di Indonesia. Mereka kerap dan rentan sekali terdiskriminasi menjelang tahun kontestasi politik. Termasuk pada pemilu di 2024. Minoritas gender, suku, ras, kepercayaan, dan orientasi seksual adalah mereka yang rentan terdiskriminasi saat tahun politik.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) Solo, ada 18 laporan diskriminasi terhadap minoritas gender sepanjang 2022. Jumlah kasus serupa meningkat 89 persen pada 2023, yaitu 34 laporan kasus diskriminasi terhadap kelompok rentan tersebut. Tidak berhenti di situ saja, masyarakat minoritas agama dan kepercayaan juga rentan saat tahun politik. Kelompok Ahmadiyah di Kota Depok sampai saat ini masih terbelenggu dengan Peraturan Wali Kota No. 9 Tahun 2011 tentang Larangan Kegiatan Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kota Depok. Perda itu seolah menjadi legitimasi untuk membangun narasi kebencian terhadap Ahmadiyah di Kota Depok.

Meninjau hal-hal di atas, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Yogyakarta membuat sebuah buku yang memotret berbagai diskriminasi yang dialami kelompok minoritas dalam buku berjudul “Suara-Suara Sunyi: Kisah Kelompok Minoritas di Pusaran Politik Indonesia”. Ada 15 jurnalis dari berbagai media massa yang mencoba memaparkan beragam kisah tentang kelompok minoritas di beberapa daerah Indonesia. Tak hanya bercerita tentang konflik, beberapa jurnalis juga memaparkan bentuk-bentuk praktik baik yang selama ini diusahakan oleh kelompok minoritas agar diskriminasi yang dialami itu dapat dimitigasi dan dicegah dengan baik.

Berlokasi di Grand Keisha Hotel, Jalan Afandi, CondongCatur, Sleman, Yogyakarta, acara ini digelar bersama jaringan AJI Indonesia. Berbagai jurnalis, Media, dan aktifis turut mengikuti agenda soft launching ini yang diadakan pada Sabtu, 9 November 2024 pukul 09.30 WIB.

Januardi Husin selaku Ketua AJI Yogyakarta mengemukakan permulaan projek buku “Suara-Suara Sunyi: Kisah Kelompok Minoritas di Pusaran Politik Indonesia” ini merupakan sebuah kegiatan yang sudah berjalan setahun. Semua merupakan hasil liputan rekan-rekan jurnalis yang tergabung bersama AJI Yogyakarta. Sumber narasi yang dikemukkakan pun merupakan liputan hasil lapangan. Mulai dari daerah Aceh, Solo, Bandung, dan berbagai daerah lainnya, yang secara cakupan itu lebih luas daripada proyek buku serupa yang disusun di tahun 2022.

“Buku ini ingin menggambarkan bentuk-bentuk kerentanan dan diskriminasi yang dialami kelompok minoritas dalam arus politik Indonesia. Harapannya dengan adanya buku ini, kesadaran akan keberagaman itu bisa makin ditingkatkan. Selain itu, dapat menjadi potret buku yang menyuarakan isu diskriminasi terhadap kelompok minoritas,” tutur Januardi pada sambutannya.

 

Diskusi isi Konten Buku

Pada agenda ini ada tiga pemateri yang dihadirkan. Pertama, Salah satu penulis dan editor buku Suara-Suara Sunyi: Kisah Kelompok Minoritas di Pusaran Politik Indonesia Pito Agustin. Kedua, Ketua Program Studi Agama dan Lintas Budaya UGM, Samsul Maarif. Ketiga, Ketua Palang Putih Nusantara (PPN), Suroso yang membawakan materi tentang Penghayat Kepercayaan di Indonesia.

Agenda ini bertujuan untuk Menambah wawasan peserta terkait berbagai fenomena yang terjadi pada kelompok minoritas di tahun politik, Meningkatkan kepekaan peserta pada konflik dan permasalahan yang dirasakan kelompok minoritas, serta Memberi perspektif yang kuat pada para peserta dalam melihat peristiwa yang terjadi pada kelompok minoritas dan politik elektoral. Semua itu telah terangkum rapi dalam empat bab pada isi buku yang segera diterbitkan oleh AJI Yogyakarta.

“Buku ini telah masuk ke penerbit. Kemungkinan seminggu ke depan buku ini sudah selesai dicetak,” tutur Januardi.

Pito Agustin selaku pemateri I, menyampaikan bahwasannya isi dari buku ini merupakan hasil dari kumpulan hasil liputan rekan-rekan jurnalis yang tersebar dari berbagai wilayah di Indonesia. Berbagai kisah dan potret diskriminasi telah diraciknya kedalam susunan buku yang padu dan runut pembahasannya. Mulai dinamikanya, latar belakang penyebab masalah, dan berbagai niat dan aksi baik dari kelompok minoritas untuk mengurangi dan meminimalisir diskriminasi yang menimpa mereka.

“Isu ini harus kita angkat dengan baik. Sebab saudara kita ini merupakan warga negara yang juga berhak mendapatkan hak politiknya. Dengan mengetahui berbagai potret kisah yang telah dikumpulkan dari lima belas jurnalis, kiranya bisa menjadi gambaran tentang tantangan yang di alami saudara kita ini,” tutur Pito.

Dalam sesi selanjutnya Suroso juga mengungkapkan berbagai dinamika dan masalah yang dihadapi masyarakat yang menganut Penghayat Kepercayaan. Mulai soal hak politik, akses pendidikan untuk muatan Agama Penghayat Kepercayaan, stigma sosial, hingga berbagai upaya advokasi yang ia lakukan bersama rekan-rekannya untuk membela hak-hak kelompok masyarakat Ppenganut Kepercayaan. Semua itu sudah ada dalam isi buku yang akan diterbitkan AJI Yogyakarta.

“Salah satu saudara kami juga ada yang disabilitas. Ia terlahir dengan kondisi tangan sebatas siku. Tapi, saya selalu menekankan kalau selalu menerima dengan lapang dada dan menemani prosesnya. Hingga akhirnya kini anak perempuan tersebut menjadi atlet lari dan mendapatkan kemudahan untuk sekolah di Semarang,” tutur Suroso saat ditanya Penganut Kepercayaan yang difabel.

Samsul Maarif juga menegaskan pentingnya menerima keberagaman. Ia berpendapat kalau politik identitas sering menjadi pemicu terjadinya diskriminasi pada kelompok minoritas. Namun, meski begitu berbagai upaya advokasi, perjuangan kesetaraan, dan usaha mendapatkan posisi setara dengan masyarakat lain harus terus dilakukan. Salah satunya dengan membuat karya jurnalis yang dapat mewakili suara-suara saudara minoritas dengan baik dan tanpa lelah.

“Kita bisa bersinergi bersama. Selain itu, saya mengucapkan terimakasih pada rekan-rekan AJI Yogyakarta yang telah memroduksi buku Suara-Suara Sunyi: Kisah Kelompok Minoritas di Pusaran Politik Indonesia dengan begitu baik, lugas, dan indah secara penyusunan isi kontennya. Semoga ini menjadi upaya baik untuk selalu mendukung saudara kita,” tutur Samsul.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content