Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Siswo Hadi Purnomo, Guru Difabel Netra yang Tak Pernah Padam Semangatnya untuk Terus Mengajar

Views: 48

Solidernews.com – Hari Guru Nasional yang dipereingati setiap tanggal 25 November selalu menjadi momen istimewa bagi Siswo Hadi Purnomo, S.Pd atau yang akrab disapa Pak Sis. Seorang guru  yang mengajar di UPT SD Negeri 14 Gresik. Meski harus menjalani kehidupannya sebagai difabel netra akibat kehilangan penglihatannya karena glukoma sejak 2011, sinar pengabdian Pak Sis tetap terang. Ia adalah teladan nyata bahwa dedikasi seorang pendidik tak pernah redup meski dihadang berbagai keterbatasan.

Dalam wawancara via telepon dengan Solidernews, Pak Sis berbagi perjalanan hidup dan perjuangannya sebagai seorang pendidik yang terus bertahan meski kerap menghadapi diskriminasi karena kondisinya sebagai difabel netra.

“Saya sudah mulai mengajar sejak tahun 1997 di beberapa sekolah dasar di Kota Surabaya. Saat itu sebenarnya saya sudah mengalami disabilitas namun karena masih memiliki sisa penglihatan atau lebih dikenal dengan low vision jadi saya terlihat seperti nondifabel pada umumnya sehingga saya waktu itu dapat diterima mengajar tanpa menemui sebuah kesulitan. Sejak tahun 2001 saya dimutasi mengajar di daerah Gersik Jawa Timur sampai pada akhirnya Tahun 2005 saya berlabuh di UPT SD Negeri 14 Gresik. Namun, perjalanan saya berubah total pada 2011, ketika saya benar-benar kehilangan sisa penglihatan,” cerita  Sis, mengenang titik balik dalam hidupnya.

Saat kehilangan penglihatan, Sis sempat merasa terpuruk. Namun, dorongan dari keluarga, kolega, dan semangat mendidik murid-muridnya membuatnya bangkit. “Awalnya memang terasa berat, terlebih saya mengajar anak-anak SD yang mereka semua adalah anak-anak non-disabilitas tapi saya sadar, mengajar adalah panggilan hidup saya. Jika saya menyerah, siapa yang akan mendidik anak-anak ini?” ujarnya penuh keyakinan.

Sis mengaku harus mempelajari berbagai teknik baru untuk menyesuaikan metode mengajarnya. Ia memanfaatkan teknologi berbasis suara dan alat bantu baca digital. Ia juga menghafal suara murid-muridnya untuk memastikan interaksi tetap personal. “Murid saya harus merasa dihargai, meski saya tak bisa melihat mereka secara langsung,” tambahnya.

Meski semangatnya membara, perjalanan Pak Sis tak selalu mulus. Di tengah perjuangannya untuk beradaptasi, ia juga harus menghadapi perlakuan diskriminatif dari pihak tertentu yang meragukan kemampuannya. Beberapa orang mempertanyakan bagaimana seorang guru difabel netra dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, ada momen ketika hak-haknya sebagai guru, seperti hak tunjangan dan tambahan penghasilan sebagai seorang guru  sempat terhambat selama beberapa tahun karena kondisinya.

Namun, titik balik dalam hidup Pak Sis terjadi ketika ia bergabung dengan Ikatan Guru Tunanetra Inklusif (IGTI), sebuah organisasi yang menjadi wadah bagi guru-guru difabel netra untuk saling mendukung dan memperjuangkan kesetaraan di dunia pendidikan. Melalui IGTI, Pak Sis mendapatkan berbagai pendampingan, termasuk bantuan hukum dan advokasi untuk menghadapi diskriminasi yang ia alami.

“IGTI banyak membantu saya, terutama saat saya merasa terpojok dan saat saya tidak tahu harus meminta bantuan kemana waktu itu sementara segala prosedur sudah saya usahakan tetapi belum menemui titik terang. Hingga kemudian saya mengenal IGTI sebuah organisasi guru difabel netra yang para anggotanya merupakan pengajar di sekolah umum seperti saya. Saya tidak hanya mendapatkan dukungan moral, tetapi juga bimbingan dalam memahami hak-hak saya sebagai guru. Mereka menunjukkan bahwa saya tidak sendiri,” ungkapnya.

Berbagai upaya yang dilakukan IGTI akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2022, hak-hak Pak Sis sebagai guru kembali dipenuhi, termasuk akses terhadap tunjangan yang sebelumnya terhenti. Ia menganggap pencapaian itu bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga kemenangan bagi para guru difabel netra lain yang mungkin menghadapi situasi serupa.

“Saya sangat bersyukur karena bisa dipertemukan dengan orang-orang yang tepat sehingga saya bisa belajar banyak hal dengan mereka dan ini tentu bisa membuat saya mempunyai wawasan yang lebih luas serta dapat berperan serta dalam menyuarakan inklusifitas di tengah masyarakat khususnya dalam ruang pendidikan.”

Pak Sis menitipkan pesan penuh makna bagi para guru muda dan calon pendidik yang akan mengisi masa depan pendidikan Indonesia.

“Kepada para guru muda, jangan pernah takut pada keterbatasan, baik itu fisik, sosial, maupun hambatan lainnya. Guru adalah pelita bagi murid-muridnya. Tugas kita bukan hanya menyampaikan pelajaran, tetapi juga menanamkan semangat dan keyakinan hidup, serta jangan bosan-bosan meng-ubdate skill diri agar tidak tertinggal oleh zaman yang cepat berubah, seperti tema hari guru tahun ini “guru hebat Indonesia kuat”. Jika saya yang hidup dalam kegelapan bisa terus mengajar, saya yakin kalian bisa lebih dari itu. Teruslah belajar, berkembang, dan jadi inspirasi bagi anak-anak yang kalian bimbing.”

Pak Sis juga menambahkan harapannya untuk dunia pendidikan di masa depan. “Saya berharap, pendidikan kita semakin inklusif. Jangan ada lagi diskriminasi terhadap guru atau murid, apapun kondisinya. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkontribusi.”

Semangat dan dedikasi Siswo Hadi Purnomo adalah pengingat bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa yang harus dijalankan dengan ketulusan dan pengabdian. Bergabungnya ia dengan IGTI tidak hanya membantunya melewati masa sulit, tetapi juga memberinya ruang untuk menjadi inspirasi bagi orang lain.

Di tengah kegelapan,  Sis tetap menerangi jalan bagi generasi penerus bangsa. Kisahnya menjadi simbol bahwa perjuangan dan tekad mampu mengalahkan segala keterbatasan, dan bahwa cahaya pengabdian seorang guru sejati tak akan pernah padam.

 

Penulis ; Harisandy

Editor      : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content