Views: 3
Solidernews.com – “Pelatihannya cukup menyenangkan, Tante. Saya juga jadi bertambah teman, ada yang masih duduk di bangku SMP dan ada yang kuliah. Wawasanku jadi bertambah luas tentang disabilitas “jawab Elfram, remaja dengan spektrum autis saat menjawab pertanyaan penulis.
Latar belakang Elfram, memang sudah bergiat di isu autism awareness bersama ibunya sejak 10 tahun lalu. Hampir setiap tahun mereka merayakannya dengan melakukan kampanye dan advokasi. Bahkan tidak di perayaan saja tetapi di setiap perjumpaan.
Ibunda Elfram memiliki Sanggar Kreativitas Anak Istimewa (SKAI) yang mewadahi anak-anak dengan spektrum autis serta anak difabel lainnya. “Harapanku sih, ke depan, dunia, khususnya Indonesia mau menerima anak-anak autis dan difabel,”tegas siswa kelas 12 sebuah SMK Negeri di Surakarta yang saat ini sedang bersiap melaksanakan program magang di sebuah hotel. Elfram remaja autis mandiri, sebab ia sudah dilatih berkreativitas sejak dini oleh ibunya. Kala SMP ibunya sudah mendirikan booth sebagai media Elfram berjualan makanan dan minuman.
Penulis juga mewawancarai Neri, remaja nondifabel yang sebentar lagi akan memasuki dunia perkuliahan. Neri menceritakan pengalamannya ikut camp, menurutnya sangat seru, karena di situlah ia memiliki pengalaman baru, wawasan baru, dan menemukan proses yang sebelumnya belum pernah ia lalui. Sekolah Kader Difabel Muda buat Neri juga menjadi lebih mengerti dan memahami tentang isu-isu difabel di masyarakat serta pemerintah, artinya mulai memahami apa yang mereka butuhkan dan bagaimana, serta pengertian tentang isu-isu difabel.Selain itu sangat menyenangkan karena adanya kebersamaan.
Neri memiliki harapan untuk semuanya agar masyarakat bisa memahami tentang isu difabel dengan cara di mensosialisasikan dan diberikan pengertian. Selain itu untuk pemerintah ia berharap ada keadilan untuk seluruh warga negara Indonesia, dan harus memberikan tempat yang inklusif dan aksesibel di semua tempat, utamanya saat ini dalam bidang pendidikan.
Pengakuan Selvi, remaja perempuan difabel nyaris sama dengan yang di atas. Kesan mengikuti camp adalah senang sekali sebab bisa menambah semangat dan percaya diri, serta memantikkan gagasan-gagasan yang baru. Terutama untuk kaum muda, yang pertama bisa menambah ilmu dan pengetahuan, memperluas relasi jaringan, tidak hanya ilmu tetapi juga diajari praktik langsung. Sehingga lebih mengena dan mudah dipahami.
Selvi berharap bisa menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama pelatihan, bisa berkontribusi untuk membangun inklusivitas dalam memperjuangkan hak-hak teman-teman difabel, dan dapat berdampak untuk sesama.
Manfaatnya dari kegiatan youth camp ini, terutama untuk kaum muda, yang pertama bisa menambah ilmu dan pengetahuan, memperluas relasi jaringan, tidak hanya ilmu tetapi juga diajari praktik langsung. Sehingga lebih mengena dan mudah dipahami
Untuk gerakan difabel ke depannya Selvi berharap bisa lebih meluas lagi, memperjuangkan difabel apa saja tanpa membeda-bedakan. Jadi agar tidak ada diskriminasi berlapis. Serta perjuangan mereka bisa lebih diterima dan didukung oleh semua pihak.
Inilah Alasan Diselenggarakannya Camp Difabel Muda
Melihat tujuan bangsa Indonesia, untuk mewujudkan Indonesia Inklusi 2030 adalah harapan bersama. Berlatar seperti itulah kemudian Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Solo, sebuah NGO dengan isu difabel dan inklusivitas kemudian berpandangan bahwa perlu untuk mempersiapkan aktor gerakan baru dan menjadi sesuatu hal yang jadi prioritas. Tentunya, dalam mencetak kader tersebut harus dimulai dari gerakan di level daerah.
Kesempatan untuk melakukan kaderisasi tersebut saat ini masih terbuka lebar. Terkhusus melalui Program Prioritaskan Anak Disabilitas Indonesia (PADI) yang didukung oleh Yaysan NLR Indonesia dan Liliane Fonds yang diimplementasikan oleh PPRBM Solo dengan memberikan wujud nyata dukungan kaderisasi aktivis difabel. Dukungan tersebut diwujudkan dalam Sekolah Kader Difabel Muda Soloraya, yang melibatkan peran remaja inklusif di wilayah Soloraya dan diselenggarakan pertengahan Juli 2024 di Klaten, Jawa Tengah.
Sekolah Kader Difabel Muda bertujuan untuk melahirkan kader difabel muda yang memiliki kapasitas dan kemampuan dalam melakukan advokassi, selain itu untuk mengembangkan pengetahuan advokasi berkelanjutan dan membangun kekuatan gerakan difabel di Soloraya yang berkomitmen mewujudkan masyarakat inklusif.
Kepada solidernews.com, Isti Anggoro, Manajer Program PPRBM Solo menyatakan hasil yang diharapkan adalah tercetaknya kader difabel muda yang memiliki kapasitas dan kemampuan dalam melakukan advokasi dan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan advokasi pemenuhan hak difabel (kebijakan, program,anggaran). Terakhir adalah lahirnya kekuatan baru gerakan difabel di Soloraya yang yang mendukung upaya mewujudkan masyarakat inklusif.[]
Reporter: Puji Astuti
Editor : Ajiwan