Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Sekolah Gradiasi 2024 : Cetak Generasi Inklusi

Views: 15

Solidernews.com – Partisipasi politik adalah hak mendasar semua orang termasuk bagi masyarakat difabel. Realita menunjukkan bahwa akses terhadap ruang politik di Indonesia masih dipenuhi berbagai tantangan, seperti minimnya akses yang ramah difabel, kurangnya pemahaman difabel akan hak politiknya, bahkan lingkungan yang tidak kooperatif dengan peran difabel di dunia politik.

SIGAB (Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia) dan PRY (Pusat Rehabilitasi Yakkum) percaya bahwa meningkatkan partisipasi politik kawan difabel dapat dimulai dengan pendidikan inklusif. Pada tanggal 29 November – 3 Desember 2024, koleborasi lembaga tersebut mengadakan Sekolah Gradiasi (Gerakan Advokasi Difabel Indonesia Inklusif) di kantor PRY Sleman, Yogyakarta. Gradiasi yang telah memasuki batch 9 ini merupakan sebuah inisiatif monumental dalam rangka   memperjuangkan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan di Indonesia.

Program yang diikuti oleh difabel atau penggiat isu difabel di seluruh Indonesia, menjadi wujud nyata dari komitmen bersama untuk menciptakan ruang belajar yang merangkul semua individu tanpa memandang perbedaan kemampuan, latar belakang, atau kebutuhan khusus. Sekolah Gradiasi hadir sebagai ruang edukasi, diskusi, dan kolaborasi untuk meningkatkan pemahaman, kapasitas, dan kemampuan masyarakat difabel.

Tahun ini Gradiasi mengambil tema Mewujudkan Hak Politik dan Membangun Keterlibatan Politik Penyandang Disabilitas yang dirancang untuk mempertegas bahwa keterlibatan politik difabel  bukan hanya soal akses, tetapi juga tentang pengakuan penuh atas hak mereka sebagai bagian dari warga negara.

 

Solidernews.com sempat melihat proses langsung pelatihan Gradiasi di hari ketiga. Diskusi yang terpimpin oleh fasilitator yang mumpuni di bidang difabel dan politik, membuat momentum tersebut sangat pas sekali momentum Gradiasi diadakan berdekatan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember 2024. Sempat ingatan saya muncul pada tahun 2019 sebagai peserta Gradiasi Batch 1 yang diadakan di Lendah, Kulonprogo, betapa berharganya mendapat pengetahuan isu difabel langsung dari narasumbernya yang bukan kaleng-kaleng. Benar-benar ‘ndaging’ (istilah untuk mengungkapkan materi yang bernas).

Dalam sesi istirahat pelatihan Gradiasi hari ketiga, saya sempat mengobrol beberapa saat dengan Omri Nikodemus Neno salah satu peserta dari Permata (Perhimpunan Mandiri Kusta) NTT. Omri sapaannya sangat ramah dan berbinar selama obrolan kami berlangsung.

“Sebenarnya ini masih kurang lama, kalau bisa sesi malam itu ada materi sehingga full, tapi ini juga sudah baik karena saya juga senang dengan hal politik”, ujar Omri sembari terkekeh.

Dari penuturan Omri saya jadi tahu bahwa kesempatan seperti Gradiasi tidak pernah ada di NTT. Awalnya Omri khawatir tidak bisa hadir karena terhalang biaya penerbangan NTT ke Yogyakarta yang cukup mahal di akhir tahun. Untunglah, ada support dari SIGAB karena Permata NTT kini menjadi bagian Mitra dari Program GOOD (Gerakan Optimalisasi Organisasi Difabel) yang diadakan oleh SIGAB.

“eee…..seneng betul saya bisa hadir di sini”, terang Omri sumringah.

Sepulang kembali ke NTT, Omri akan menularkan pengetahuan dari sekolah Gradiasi kepada teman-temannya baik di jaringan kusta atau jaringan di isu difabel yang lain.

“Pentinglah ini buat kami, Mbak. Banyak sekali difabel yang tidak tahu akan hak politiknya”, jelas Omri.

Dari cerita Omri, saya membandingkan sekolah Gradiasi yang saya ikuti beberapa waktu silam. Pembedanya adalah materi dan konten yang disampaikan walaupun ada sebagian besar kesamaannya. Titik pembedanya tentu pada tujuan dari Gradiasi tema politik yakni para peserta untuk memiliki pengetahuan tentang hak-hak politik penyandang disabilitas, termasuk hak untuk memilih, dipilih, dan terlibat aktif dalam proses demokrasi.

Sebagian  besar peserta adalah difabel dari berbagai ragam, Gradiasi mencoba menguatkan kesadaran dan kepercayaan warga difabel sebagai agen perubahan di sistem perpolitikan. Harapan untuk peserta tentu mereka mampu mendorong kebijakan yang inklusif dalam mengadvokasi pemerintah, partai politik, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan kebijakan dan praktik politik yang ramah disabilitas.

Sekolah Gradiasi disiapkan sebagai ruang belajar yang aman dan nyaman bagi seluruh peserta karena concern di isu-isu inklusi sosial dan hak asasi manusia. Para peserta diajak untuk mendalami isu-isu krusial seperti kebijakan inklusif, advokasi hak difabel, strategi komunikasi politik, hingga pengembangan jaringan. Program sekolah Gradiasi yang telah dirancang kurikulum dan materinya sudah. Dengan kurikulum yang didesain kolaboratif dan inklusif.

Sekolah Gradiasi bukan hanya untuk belajar, tetapi juga ruang untuk memperkuat solidaritas antar peserta difabel yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Kekuatan jaringan akan sangat dibutuhkan dalam memperjuangkan inklusivitas, maka dari Gradiasi para peserta dapat saling memberikan informasi yang penting dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Sejauh ini difabel seringkali menghadapi hambatan dalam mengakses pendidikan politik dan advokasi, baik karena kurangnya fasilitas yang mendukung maupun minimnya pelibatan mereka dalam proses politik. Alumini Sekolah Gradiasi atau Gradiator diharapkan mampu menjadi solusi di wilayahnya untuk menjembatani kesenjangan tersebut, dengan fokus utama pada pemberdayaan difabel.

Sejak diinisiasi, sekolah Gradiasi telah melahirkan alumni yang kini menjadi aktivis atau pemimpin organisasi. Misalnya, salah satu lulusan yang saya kenal mampu mendobrak stigma bahwa perempuan difabel bisa menyandang gelar sarjana, Stella Roita namanyan. Ada lagi Elmi Sirimau yang kini memiliki kemampuan menjadi staff Garamin yang mampu mendorong difabel desa dampingannya. Tentu yang dilakukan para pendiri sekolah Gradiasi yakni menciptakan dan menyiapkan investasi untuk memperpanjang pengkaderan. Pengkaderan difabel bukan hanya soal memberi akses, tetapi juga soal memberi ruang bagi mereka untuk menunjukkan potensi dan keberanian menyuarakan hak disabilitas.

Melalui inisiatif pendiri Gradiasi, para gradiator yang tersebar di seluruh Indonesia mampu menjadi penggerak utama dalam mengawasi dan mengevaluasi kebijakan yang berdampak pada penyandang disabilitas. Api semangat inklusi senantiasa dihidupkan untuk memperjuangkan hak disabilitas kini dan nanti.[]

 

Reporter: Erfina

Editor      : Ajiwan  

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content