Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

pertandingan Rugby League Kursi Roda

Rugby League Kursi Roda, Olahraga yang Akomodir Difabel dan nondifabel

Views: 37

Solidernews.com – Olahraga kursi roda umumnya hanya dikhususkan bagi atlet difabel fisik. Tanpa disadari, hal ini justru memunculkan jarak di antara atlet nondifabel dan atlet difabel. Namun, rugby league kursi roda tidak memiliki batasan tersebut. Pasalnya, olahraga kursi roda satu ini memperbolehkan atlet difabel fisik maupun atlet nondifabel berpartisipasi pada cabang olahraga (cabor) ini. Sebelum kita membahas cabang olahraga ini lebih jauh, yuk kita telaah asal-usul olahraga rugby terlebih dahulu!

 

Asal-Usul Rugby

Sebagai olahraga lapangan, olahraga rugby memiliki kemiripan dengan sepak bola (association football/soccer), futbol amerika (American/gridiron football), maupun cabor futbol lainnya. Olahraga ini berasal dari sekolah umum bernama Rugby School di kota Rugby, bagian timur Warwickshire, Inggris. Peraturan olahraga rugby sendiri secara resmi dirumuskan sekolah tersebut pada tahun 1845 silam. Namun demikian, rugby baru berkembang menjadi cabor tersendiri menyusul pembentukan The Football Association (FA) di tahun 1863.

 

FA bertugas merumuskan peraturan umum sepak bola, yang melarang pemain membawa bola dengan tangan (peraturan wajib dalam olahraga rugby) sekaligus teknik hacking (menendang betis pemain), di mana keduanya diperbolehkan dalam peraturan rugby. Sebagai bentuk protes atas peraturan resmi FA tersebut, sejumlah klub yang mendukung peraturan rugby memutuskan keluar dari organisasi sepak bola Inggris tersebut dan pada tahun 1871, didirikanlah Rugby Football Union (RFU) selaku induk resmi olahraga rugby pada saat itu.

 

Rugby juga menyebar ke sejumlah negara lain, seperti Wales, Skotlandia, Irlandia, Australia, Selandia Baru, Perancis, Afrika Selatan, Georgia, dan bahkan Argentina.

 

Munculnya Rugby League

Pada tahun 1895, terjadilah perpecahan di dalam badan RFU. Pasalnya, klub-klub asal belahan utara Inggris memiliki banyak pemain kelas pekerja yang harus “membolos” setiap hari Sabtu untuk bermain rugby, sehingga klub-klub tersebut dituntut membayar gaji pengganti bagi para pemain. Untuk mengganti dana tersebut, klub-klub ini menerapkan biaya masuk bagi para penonton. RFU melarang pergelaran laga rugby pada “kandang berbayar” tersebut, yang menyebabkan sebanyak 22 klub mengadakan rapat dadakan pada tanggal 27 Agustus 1895. Semua perwakilan klub, kecuali satu, sepakat untuk keluar dari RFU dan mendirikan Northern Rugby Football Union (NRFU) dua hari kemudian. Pada tahun 1922, NRFU mengganti namanya menjadi Rugby Football League (RFL), sehingga muncullah istilah rugby league sebagai nama baru dari cabang olahraga rugby tersebut dengan sejumlah perbedaan signifikan dari rugby union.

 

Di awal abad ke-20, cabang rugby league mulai menyebar ke Selandia Baru dan Australia, sebelum kemudian disusul Perancis pada rentang tahun 1930’an. Pasca-PD II, rugby league kembali bergaung, khususnya dengan pergelaran Piala Dunia Rugby League yang dirintis pada tahun 1954 di Perancis. Ajang ini menjadi ajang rugby internasional pertama di antara kedua cabang rugby. Australia merupakan juara langganan kompetisi bergengsi ini, dengan menyabet piala sebanyak 12 kali sepanjang sejarahnya. Kepopuleran rugby league juga diikuti negara-negara Pasifik yang berdekatan dengan Australia, mulai dari Papua Nugini, Tonga, Fiji, hingga Samoa. Bahkan, sejumlah peraturan baru rugby league juga menginspirasi revisi peraturan rugby union dari masa ke masa.

 

Aturan Dasar Rugby

Pemain diwajibkan mencetak skor dengan tiga cara; try (membawa bola ke pangkal daerah lawan kemudian meletakkan bola sekaligus menjatuhkan badan ke bawah), tendangan gol (conversion ataupun penalty), dan drop goal (tendangan jarak jauh dari bola yang dijatuhkan). Tim yang mencetak try diberikan kesempatan mencetak skor sekali lagi melalui tendangan conversion senilai 2 poin. Permainan digelar selama 80 menit, dengan masing-masing babak selama 40 menit.

 

Pemain hanya boleh membawa bola ke depan apabila dibawa dengan tangan ataupun ditendang. Apabila pemain ingin mengoper ke rekan setim, bola hanya bisa dilempar ke samping dan ke belakang. Bola hanya boleh ditendang ke depan bila tidak ada rekan di depan pemain yang hendak menendang. Apabila ada rekan di depan ketika menendang bola, maka dinyatakan off-side. Tim yang dilanggar dalam suatu pelanggaran berhak melakukan tendangan penalti senilai 2 poin. Tidak seperti futbol amerika, alat pengaman yang dikenakan pemain hanya sebatas pelindung gigi dan sarung kepala. Hal ini karena peraturan rugby lebih ketat dalam mengatur kontak fisik antarpemain dibandingkan futbol amerika. Tackle hanya boleh dilakukan pada pemain yang membawa bola, dengan menghadang hingga pemain tidak dapat bergerak maju lagi atau bola jatuh dari genggaman pemain tersebut.

 

Perbedaan Union dan League

Sekilas, kedua cabang rugby tersebut tampak sama saja bagi masyarakat awam yang tidak begitu akrab dengan olahraga rugby (seperti mayoritas orang Indonesia). Namun ada sejumlah perbedaan signifikan yang menegaskan perbedaan kedua cabang tersebut. Berikut rangkuman perbedaan kedua cabang yang dapat saya tuliskan.

 

Rugby union

  • Awalnya bersifat amatir (pemain dan ofisial klub tidak dibayar), tetapi sejak tahun 1995 larangan sistem profesional/gajian dicabut untuk semua klub.
  • Jumlah pemain di lapangan untuk tiap klub adalah 15 orang pemain.
  • Satu try berjumlah 5 poin.
  • Satu drop goal berjumlah 3 poin.
  • Apabila terjadi tackle, permainan dilanjutkan dengan ruck, yaitu kontak fisik di mana pemain mengunci bahu lawan dan mendorong satu sama lain untuk merebut bola rugby di tanah. Bola tidak boleh disentuh tangan, namun dapat dioper ke rekan di belakang pemain yang terlibat dalam ruck.
  • Scrum, yaitu ruck dalam jumlah pemain yang lebih banyak, umumnya dilakukan oleh delapan orang pemain masing-masing klub dan merupakan aspek penting di rugby union.
  • Apabila bola keluar dari lapangan (disebut touch), dilakukan lemparan ke dalam (disebut line-out).
  • Pergantian pemain dapat dilakukan hingga delapan kali.

Rugby league

  • Sudah menerapkan sistem profesional (pemain dan ofisial klub dibayar) sejak tahun 1898. Adapun rugby league amatir hanya untuk tujuan sosial dan rekreasional (santai).
  • Jumlah pemain di lapangan untuk tiap klub adalah 13 orang pemain.
  • Satu try berjumlah 4 poin.
  • Satu drop goal berjumlah 1 poin. Istilah drop goal juga disebut field goal di liga NRL Australia.
  • Apabila terjadi tackle, permainan dilanjutkan dengan play-the-ball, di mana pemain cukup meletakkan bola di belakang satu kaki dan mengoper ke belakang dengan kaki tersebut.
  • Scrum dapat dilakukan oleh hanya lima orang pemain masing-masing tim dan jarang dilakukan di rugby league.
  • Apabila terjadi touch, permainan dilanjutkan dengan scrum.
  • Pergantian pemain dapat dilakukan hanya sampai empat kali.

 

Rugby Versi Difabel

Mengingat bahwa rugby merupakan cabor yang penuh kontak fisik, tentu bukanlah hal mudah memainkan rugby di atas kursi roda. Pada tahun 1976, lima orang atlet kursi roda asal Kanada, terinspirasi dari bola basket kursi roda yang mulai populer pada saat itu, menciptakan sebuah cabor kursi roda yang disebut murderball. Nama tersebut dipilih karena sifatnya yang sarat kontak fisik, serupa dengan rugby biasa. Di akhir tahun 1980’an, barulah nama tersebut diganti menjadi rugby kursi roda (di Amerika Serikat, nama baru untuk cabor ini adalah “quad rugby”, alias “rugby empat kaki”).Semua pemain rugby kursi roda diwajibkan merupakan seorang difabel fisik, umumnya berupa cedera sumsum tulang belakang bagian bawah tapi bisa juga amputasi ganda, polio, cerebral palsy, dan sejumlah gangguan fisik lainnya. Cabor ini pertama kali diuji coba pada Paralimpiade tahun 1996, dan sejak tahun 2000 menjadi cabor tetap Paralimpiade.

 

Sementara itu, pada tahun 2004, seorang pelatih rugby league asal Perancis, Wally Salvan, menciptakan versi kursi roda dari rugby league, yang secara signifikan juga cukup berbeda dari rugby kursi roda yang disebutkan sebelumnya. Rugby league kursi roda menggunakan sistem tackling yang lebih aman, dengan dua pita yang ditempelkan di kedua bahu masing-masing pemain. Pemain lawan cukup melepas salah satu pita di bahu untuk men-“tackle” pemain tersebut. Apabila pemain terkena tackle, pita yang lepas harus ditempelkan kembali di bahu dengan pita pengganti di lutut. Tendangan penalti, drop, dan conversion semuanya diganti dengan memukul bola ke arah gawang. Hal itu dikarenakan operan masih diperbolehkan hanya ke samping atau belakang, maka tidak ada pengganti tendangan ke depan di luar tiga situasi mencetak skor tersebut. Dalam kompetisi profesional, pemain nondifabel diperbolehkan berpartisipasi dengan jumlah maksimal dua pemain non difabel di lapangan. Berbeda dari kedua cabang rugby versi normal, kedua cabang rugby versi kursi roda ini bersifat campuran (pria-wanita). Pembeda yang terakhir ini bisa dibilang merupakan aspek unik dari rugby league kursi roda.

 

Rugby league kursi roda memiliki kompetisi internasional sendiri, yang bertajuk Piala Dunia Rugby League Kursi Roda (Wheelchair Rugby League World Cup). Pergelaran tersebut sudah digelar sebanyak empat kali sejauh ini; 2008 di Australia, 2013 dan 2021 (dipindah ke tahun 2022 akibat pandemi COVID-19) di Inggris, dan 2017 di Perancis. Ada dua negara yang masing-masing telah menjuarai dua kali Piala Dunia ini, yaitu Inggris (2008 dan 2021) dan Perancis (2013 dan 2017).

 

Rugby league kursi roda memang masih belum berumur panjang, namun saya melihat ada suatu potensi bagi para pelaku olahraga kursi roda di berbagai belahan dunia lainnya, tak terkecuali Indonesia.[]

 

Penulis: Taufan Atalarik

Editor    : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content