Views: 11
Solidernews.com – Sebagai wujud Tribakti perguruan tinggi, relawan Laboratorium Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Yogyakarta menggelar workshop tentang penanganan perilaku bermasalah yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Program ini hadir untuk mengajak orang tua, guru, masyarakat, dan elemen lain, untuk lebih memahami penanganan perilaku bermasalah.
Diselenggarakan pada Sabtu, 22 Februari 2025 yang berlokasi di Ruang Sidang, Lt. 3 Gedung Muh. Amien, FIPP, Universitas Negeri Yogyakarta, agenda ini mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan. Tamu sebanyak kurang lebih 80 orang ikut dalam workshop tersebut. Mulai dari akademisi, orang tua, praktisi difabel, dan elemen guru, ikut aktif dalam kegiatan siang tersebut.
Renaldy Rahmadhan, Koordinator Relawan Laboratorium Pendidikan Luar Biasa, menyampaikan bila agenda ini dimaksudkan untuk bukti realisasi tridharma perguruan tinggi. Selain itu, mengajak masyarakat untuk memahami soal penanganan perilaku bermasalah yang dihadapi oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Selain agenda hari ini, ia juga menyampaikan akan adanya program lanjutan dari workshop di hari Sabtu 22 Februari 2025. Sehingga ia berharap agar para peserta dapat juga mengikuti kegiatan lanjutan tersebut.
“Program workshop ini merupakan bukti dan realisasi dari tridharma perguruan tinggi Universitas Negeri Yogyakarta. Sehingga edukasi dan workshop ini diharap dapat meningkatkan kepekaan dan penanganan dari guru, orang tua, atau pun masyarakat soal penanganan perilaku bermasalah yang ada pada anak berkebutuhan khususs,” ungkap Renaldy dalam sesi sambutannya.
Selain soal tridharma, workshop ini juga diselenggarakan karena fakta bahwa tidak banyak perguruan tinggi yang juga membekali bibit tenaga pendidik dengan keilmuan penanganan perilaku bermasalah secara komprehensif. Selain itu, memang tidak ada jurusan khusus terkait penanganan perilaku bermasalah di tiap-tiap kampus. Sehingga workshop ini menjadi langkah positif untuk memberikan pandangan serta pengetahuan seputar penanganan perilaku secara mendalam.
“UNY pun hanya memiliki mata kuliah modifikasi perilaku pada Jurusan Psikologi dan PLB. Tidak ada yang secara khusus membahas penanganan perilaku bermasalah. Sehingga agenda hari ini menjadi alternatif solusi untuk mendalami soal penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dari anak,” jelas Dr. Aini Mahabati, S.Pd., M.A, selaku pemateri.
Tema yang di angkat ialah “Memahami Perilaku Bermasalah Serta Penerapan Strategi Intervensi yang tepat.” Dengan fokus kajian anak berkebutuhan khusus.
Dalam sesi materi, Aini menjelaskan bila metode dan workshop hari ini tidak hanya untuk anak berkebutuhan khusus saja. Melainkan juga dapat diterapkan pada anak-anak nondifabel, orang terdekat, atau bahkan untuk diri sendiri. Sehingga meski fokusnya adalah anak berkebutuhan khusus, namun ilmu yang dibahas dapat digunakan secara luas.
Bila merujuk dari penjabaran materi, yang dimaksud dari perilaku bermasalah pada anak adalah tindakan atau sikap yang tidak sesuai dengan norma sosial, mengganggu perkembangan anak, atau menyebabkan kesulitan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Perilaku ini dapat bersifat sementara atau berkelanjutan, tergantung pada penyebab dan cara penanganannya.
Perilaku bermasalah pada anak dapat diamati dari berbagai bentuk. Misalnya agresivitas yang meliputi memukul, menggigit, atau menyerang orang lain. Sikap menentang dengan menolak aturan atau perintah dari orang tua dan guru juga menjadi indikator. Selain itu, anak mungkin mudah marah atau frustrasi yang ditandai dengan ledakan emosi yang berlebihan. Tidak hanya itu, terkadang beberapa anak juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi atau menunjukkan perilaku hiperaktif, seperti tidak bisa fokus, sulit duduk diam, dan bertindak impulsif. Di sisi lain, ada pula anak yang justru menarik diri dari lingkungan sosial, menghindari interaksi dengan teman sebaya atau keluarga, yang dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka.
Selain itu, klasifikasi perilaku bermasalah dapat ditinjau dalam tiga hal. Yaitu perilaku bermasalah eksternal, dimana orang lain turut terkena dampak dari adanya gangguan tersebut, misal; memukul teman, mencuri, dan sebagainya. Selanjutnya ada perilaku bermasalah internal, dimana hal ini lebih sulit diidentivikasi. Sebab terkait mental dan pribadi, misal; tiba-tiba melukai diri sendiri, suka menyendiri (ternyata sedang mengalami depresi), dan sebagainya. Lalu ada perilaku hiperaktif yang menurut si anak tidak sadar ia lakukan, namun ternyata mengganggu lingkungan sosialnya.
“Hal-hal itu sebenarnya di mulai dari persoalan-persoalan kecil. Seperti tidak adanya kontrol saat anak berlebihan nonton TV, Bila membantah selalu dibiarkan, atau pun yang lain. Sehingga dari permasalahan sikap yang kecil, akan terus berkembang menjadi sedang, bahkan besar. Bila tidak segera ditangani dengan baik maka akan menjadi permasalahan yang kompleks,” jelas Aini.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan






