Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Refleksi Inklusi Teknologi Digital Artivicial intelligence untuk Peningkatan Kualitas Difabel

Views: 29

Solidernews.com—Dunia terus berkembang dengan sangat pesat, seolah jarak tidak lagi menjadi masalah. Terlebih lagi, teknologi modern telah memasuki setiap aspek kehidupan, dan berbagai platform teknologi kini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia. Dari remaja hingga lansia, teknologi telah mempermudah berbagai aspek kehidupan mereka.

 

Perjalanan teknologi saat ini sangat mengesankan, termasuk kemunculan kecerdasan buatan (AI) yang banyak menimbulkan perdebatan. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa teknologi ini semakin mempermudah pekerjaan manusia, termasuk membantu masyarakat difabel untuk meningkatkan potensi mereka. Kecerdasan Buatan (AI) telah membuka jalan bagi   difabel untuk menemukan solusi atas berbagai tantangan yang mereka hadapi.

 

Sekilas Tentang Kecerdasan Buatan

Alan Turing, seorang matematikawan dan logikawan Inggris, adalah salah satu pelopor awal dalam bidang kecerdasan buatan. Pada tahun 1950, Turing memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan awal AI melalui makalah terkenalnya berjudul “Computing Machinery and Intelligence.” Dalam makalah tersebut, Turing mengajukan pertanyaan mendasar: “Bisakah mesin berpikir?” Turing juga memperkenalkan konsep “Tes Turing,” sebuah metode untuk menilai apakah mesin dapat menunjukkan kecerdasan yang setara dengan manusia. Tes ini dilakukan melalui percakapan antara manusia dan mesin, dan jika mesin dapat berkomunikasi dengan cara yang tidak dapat dibedakan dari manusia oleh penguji, maka mesin tersebut dianggap berhasil dalam tes.

 

Kecerdasan Buatan (AI) adalah teknologi yang memungkinkan mesin atau program komputer melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Ini termasuk berbagai solusi teknologi yang meniru cara berpikir manusia, seperti bermain catur atau memecahkan masalah matematika. Salah satu bagian dari AI adalah pembelajaran mesin, di mana algoritma menjadi semakin baik seiring dengan bertambahnya data yang mereka terima. Contohnya, Google menggunakan pembelajaran mesin untuk mempelajari kebiasaan pencarian dan preferensi pengguna di media sosial, sehingga dapat memberikan hasil pencarian dan rekomendasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Tentu AI juga dapat membantu meningkatkan kinerja, efisiensi waktu, dan berbagai aspek lainnya. Bagi masyarakat difabel, teknologi ini membantu mengatasi berbagai keterbatasan yang mereka hadapi.

 

Kecerdasan Buatan (AI) telah memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat difabel dengan menawarkan berbagai solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Salah satu fungsi utama AI bagi difabel adalah dalam bidang pengenalan suara dan interaksi bahasa. AI memungkinkan penggunaan asisten virtual seperti Siri, Google Assistant, dan Alexa, yang membantu individu dengan gangguan penglihatan atau kesulitan motorik melakukan tugas sehari-hari melalui perintah suara. Misalnya, pengguna dapat mengontrol perangkat mereka, melakukan pencarian, dan mengatur pengingat hanya dengan berbicara.

 

Alat bantu baca berbasis AI seperti Seeing AI yang dikembangkan oleh Microsoft dapat membantu orang dengan hambatan penglihatan dengan memberikan deskripsi verbal tentang lingkungan, teks, dan wajah. Aplikasi ini menggunakan teknologi pengenalan gambar dan pemrosesan bahasa alami untuk memberikan informasi yang berguna.

 

Selain itu, teknologi AI juga digunakan dalam aplikasi penerjemahan bahasa isyarat, yang mempermudah difabel tuli berkomunikasi. Contoh aplikasi tersebut adalah SignAll, yang menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks atau suara, sehingga memfasilitasi komunikasi yang lebih mudah dan efektif. AI juga dapat mempermudah kalimat rumit dan  mencarikan gambar untuk kebutuhan kita.

 

Tantangan Bagi Difabel Muda dengan Teknologi Mutakhir dan AI

Menurut artikel yang dipublikasikan oleh Solidernews.com pada 21 Juni 2024 oleh Harisandy dengan judul “Membangun Masa Depan Kerja Inklusif Dengan Teknologi AI,” generasi Z difabel menghadapi tantangan besar dari perkembangan teknologi yang pesat. Mereka juga harus menghadapi stigma dan prasangka yang masih sering ada di masyarakat dan di tempat kerja. Di dunia kerja saat ini yang sangat terkait dengan teknologi, keterampilan yang diperlukan terus berubah dan berkembang. Generasi Z, terutama yang difabel, harus cepat beradaptasi dengan tren terbaru, meskipun mereka mungkin tidak selalu siap atau suka dengan perubahan tersebut.

 

Selain tantangan sosial, teknologi mutakhir seperti AI juga masih memiliki keterbatasan. Meskipun AI canggih, sering kali tidak akurat dalam memahami konteks atau mengenali nuansa tertentu. Misalnya, aplikasi pembaca teks berbasis AI mungkin kesulitan dalam membaca tulisan tangan atau teks dengan format yang tidak biasa.

 

Biaya tinggi dari teknologi AI juga menjadi masalah bagi difabel. Teknologi canggih sering kali memerlukan perangkat keras mahal, seperti smartphone yang mendukung aplikasi tertentu, yang mungkin tidak terjangkau oleh semua orang.

“Pembelian dan pengadaan teknologi aksesibilitas memang mahal. Terutama untuk teknologi aksesibilitas tingkat lanjut,” ujar Adi (difabel netra) saat ditanyai mengenai pengadaan teknologi modern pada 15 Agustus 2024.

 

Upaya Memudahkan Difabel Mengakses Teknologi Modern

Untuk mengatasi kekurangan dalam teknologi, penting kiranya untuk selalu memperbaiki dan mengembangkan teknologi tersebut, khususnya algoritma AI. Ini termasuk melatih model AI dengan data yang lebih bervariasi untuk meningkatkan akurasi dan pemahaman konteks yang diperintahkan oleh pengguna. Penyesuaian dan penyempurnaan, terutama dalam hal aksesibilitas, harus selalu dilakukan.

 

Agar teknologi modern, khususnya AI, lebih mudah diakses oleh masyarakat difabel, biaya perlu diturunkan dan infrastruktur harus diperluas. Dukungan dari pemerintah dan organisasi non-profit untuk memberikan subsidi atau menyediakan perangkat keras yang lebih terjangkau dapat membantu meningkatkan inklusi di dunia teknologi mutakhir.

 

Terakhir, melibatkan  difabel dalam proses desain dan pengembangan teknologi sangat penting. Saran, kritik, dan masukan dari mereka harus diperhitungkan dalam setiap tahap pengembangan untuk memastikan bahwa teknologi benar-benar memenuhi kebutuhan mereka.[]

 

Penulis: Wachid

Editor      : Ajiwan

 

 

Referensi

 

Amazon. (2024). How Amazon personalizes recommendations. Retrieved August 16, 2024, from https://www.amazon.com/gp/help/customer/display.html?nodeId=201889760

IBM. (2024). What is artificial intelligence (AI)?. Retrieved August 16, 2024, from https://www.ibm.com/cloud/learn/what-is-artificial-intelligence

Inclusive City Maker. (n.d.). Artificial intelligence and accessibility: Examples of how technology serves people with disabilities. Retrieved August 17, 2024, from https://www.inclusivecitymaker.com/artificial-intelligence-accessibility-examples-technology-serves-people-disabilities/

Microsoft. (2024). Understanding artificial intelligence. Retrieved August 18, 2024, from https://www.microsoft.com/en-us/ai

Microsoft. (2024). Seeing AI. Retrieved August 19, 2024, from https://www.microsoft.com/en-us/ai/seeing-ai

Turing, A. M. (1950). Computing machinery and intelligence. Mind, 59(236), 433-460. Retrieved August 15, 2024, from https://academic.oup.com/mind/article/LIX/236/433/986803

 

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air