Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Ilustrasi happy new year 2024

Refleksi dan Kontemplasi Awal Tahun, Difabel Harus Melek Informasi Politik

Views: 21

Solidernews.com – Tahun telah berganti, 2024 sudah bukan lagi mimpi. Segala kenangan tahun lalu sudah tertinggal di belakang. Menjadi cerita yang akan terkenang pahit manisnya.

 

Sadar atau tidak, kita semua telah menorehkan sejarah kita sendiri sepanjang tahun ini. Entah seperti apa cerita yang toh menjadi sejarah itu. Akankah kita menjadi manusia yang suka menoleh ke belakang dan tenggelam dalam kejayaan masa lalu Ataukah kita menjadi manusia yang visioner dan memandang hari depan sebagai peluang untuk menciptakan banyak kesempatan?

 

Semua itu ada di tangan kita. Karena kita adalah manusia yang oleh Tuhan diberi segala peralatan untuk menciptakan penghidupan yang lebih baik dan bisa juga lebih buruk.

 

Maka dari itu, refleksi dan kontemplasi diri sangat penting dilakukan. Bukan untuk kembali terbenam dan terkungkung akan keindahan masa yang sudah-sudah, namun untuk menjadi pelengkap demi menciptakan masa depan yang gemilang dan penuh dengan kebermanfaatan.

 

Mengapa refleksi dan kontemplasi diri penting untuk dilakukan? Selain untuk mengenang dan melihat kembali hal-hal yang terjadi di waktu silam, hal tersebut juga memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk beristirahat dari segala hiruk-pikuk kesibukan yang membuat diri kita terkadang lupa bahwa  jasmani dan rohani kita butuh waktu sejenak untuk berhenti terusik dari semua hal itu. Ketika jasmani dan rohani kita telah kita beri waktu untuk beristirahat, maka pikiran akan lebih jernih dan sikap kita bisa lebih bijak.

 

Dalam melakukan refleksi dan kontemplasi, kita bisa menangis, tertawa, terdiam, dan bahkan berteriak ketika semua yang pernah kita lakukan kembali terbayang dan mengusik perasaan. Namun, tak mengapa. Hal tersebut wajar karena kita memang manusia yang tak lepas dari salah dan tidak akan pernah luput dari kekhilafan.

 

Ada pepatah yang bilang, “hal yang kita lakukan masih lebih baik meski itu adalah kesalahan, daripada hal baik yang kita pikirkan tetapi hanya ada dalam benak tanpa perbuatan”.

Tetapi ungkapan di atas jangan ditelan begitu saja. Paling tidak, hal salah yang kita lakukan membuat kita sadar dari kesalahan dan menjadikan kita tahu untuk melakukan yang benar di kemudian hari. Daripada kita  berpikir untuk melakukan kebaikan yang sangat bermanfaat, tetapi hanya dalam otak tanpa pernah berani kita eksekusi menjadi satu tindakan nyata.

 

Sebenarnya siapa sih yang harus melakukan refleksi dan kontemplasi diri?

Jawabannya, kita semua, terutama kita yang ditakdirkan menjadi difabel.

 

Bukan karena kita memiliki kemampuan yang bagi sebagian orang terbatas. Bukan karena kita dianggap tidak utuh bagi mereka yang awam. Tetapi oleh karena kita difabel, maka kita harus lebih  tajam dalam refleksi dan kontemplasi diri sehingga yang nondifabel melihat bagaimana kita yang difabel dapat menunjukkan eksistensi diri  dengan kontribusi  yang terealisasi sehingga apresiasi pasti akan datang dengan sendirinya. Apalagi menghadapi masa-masa politik tahun ini, maka kita sebagai difabel harus lebih cermat lagi dalam memilih calon pemimpin dan wakil-wakil kita di parlemen. Jangan mudah terpancing dan jangan gampang sensitif apalagi sampai terprovokasi.

 

Kita harus melek informasi akan percaturan politik yang terjadi di negara ini. Bisa jadi calon pemimpin yang sekarang menjadi pilihan kita adalah kawan pesaingnya di periode yang lalu dan sebaliknya.

 

Maka dari itu, mari kita songsong tahun 2024 dengan riang gembira. Menyambut pesta demokrasi dengan pikiran terbuka   melalui  informasi yang cukup  mengenai siapa tokoh yang paling tepat menjadi pemimpin dan wakil kita di parlemen.

 

Menutup tulisan ini, penulis akan mengutip perkataan Asmaraman S. atau yang lebih dikenal dengan nama Kho Ping Hoo, “Perang, perang, perang! Selama dunia berkembang, agaknya tiada hentinya terjadi perang di antara manusia. Selama sejarah berkembang, terbukti bahwa disetiap jaman manusia melakukan perang, baik dari jaman batu sampai jaman modern!

 

Agaknya betapapun majunya manusia dari segi lahiriah, sebaliknya dalam segi batiniah manusia bahkan makin mundur! Betapa tidak? Di jaman dahulu, yang dikatakan

perang adalah mereka yang langsung menceburkan diri dalam perang campuh, dan mereka ini pula yang menjadi korban, yang membunuh atau dibunuh.

 

Makin lama, perkembangan perang menjadi makin ganas dan makin kejam, makin tidak adil dan makin menjauhi apa yang kita sebut perikemanusiaan. Sekarang,

di jaman modern, yang langsung memegang senjata banyak selamat karena dia menguasai teknik perang, pandai menjaga diri, pandai bersembunyi. Sebaliknya, rakyat yang tidak tahu apa-apa mati konyol! (https://lifestyle.sindonews.com/book/kho-ping-hoo-bukek-siansu-jilid-20-bagian-9).[]

 

Penulis: Zaf

Editor     : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air