Views: 26
Solidernews.com – Setiap tanggal 10 November, Indonesia merayakan Hari Pahlawan sebagai pengingat akan perjuangan besar dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada hari ini, bangsa Indonesia mengenang keberanian luar biasa para pejuang, terutama mereka yang bertempur untuk mengusir para penjajah yang hendak kembali menguasai Indonesia di Kota Surabaya tahun 1945.
Kita bisa menyaksikan saksi sejarah dari keberadaan Kota Surabaya, yang kini dikenal sebagai “Kota Pahlawan,” menjadi simbol semangat melawan penjajahan yang telah menindas bangsa ini selama berabad-abad. Dengan semangat juang yang berkobar, para pejuang dari berbagai latar belakang bersatu mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih.
Sebagaimana gelora para pejuang yang terus membela negara sewaktu Indonesia hendak kembali dijajah, sebagai masyarakat Indonesia yang kini hidup dalam kemerdekaan berkat pengorbanan para Kusuma Bangsa, sudah selayaknya kita memaknai, menghargai, dan terus menjaga keutuhan NKRI. Tidak terkecuali kita yang difabel. Tidak ada alasan untuk tidak ikut serta dalam mengisi kemerdekaan. Nah, lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai difabel muda guna meneruskan perjuangan para pahlawan?
Meta, seorang difabel fisik dan dosen di salah satu universitas Islam di Yogyakarta, pada wawancara 10 November 2024 berpendapat, “Hari Pahlawan menurutku adalah ajang refleksi. Mengenang kembali jasa jasa pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Yang perlu dilakukan teman-teman difabel hari ini sebagai bentuk refleksi hari pahlawan yaitu dengan cara menjaga kemerdekaan yang sudah diraih Indonesia dengan tetap menjaga kerukunan dan persatuan di tengahkeragaman yang menjadi ciri khas Indonesia.”
Berjuang Menjadi Difabel yang Berkualitas
Rasa syukur dan wujud penghargaan kita sebagai difabel muda yang bisa kita sembahkan untuk para kusuma bangsa adalah terus berjuang menjadi difabel yang berkualitas. Terutama berkualitas dalam bidang, kiprah, dan profesi masing-masing. Jangan jadikan kondisi kedifabelan, untuk menjadi tameng pembenaran saat ada oknum difabel yang meminta-minta belas kasih orang-orang di jalan.
Nubuat, seorang guru di salah satu SLB di Yogyakarta, pada wawancara 10 November 2024 menegaskan bahwa adanya peringatan 10 November adalah upaya agar masyarakat tidak lupa akan jasa para pahlawan bangsa. Termasuk di dalamnya adalah masyarakat difabel. Bagi Nubuat, momen ini merupakan waktu yang menempatkan kita untuk selalu merenungkan usaha patriotisme dan heroisme pahlawan bangsa saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya saat 10 November saja, melainkan setiap waktu. Karena berkat para kusuma bangsa yang dengan tulus mengabdikan jiwa raga untuk NKRI, kemerdekaan yang diimpikan bisa terwujud dan dirasakan oleh kita sampai detik ini.
Selain itu, Nubuat juga menjelaskan bahwa kemerdekaan yang kita rasakan bukanlah akhir dari segalanya. Melainkan awal perjuangan baru untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Harus kembali berjuang untuk melawan penjajah dalam bentuk lain. Seperti budaya yang merusak tatanan, konten negatif, perilaku menyimpang, hingga tindakan-tindakan yang merendahkan harkat martabat kita sebagai masyarakat Indonesia yang telah merdeka.
Dalam konteks difabel, Nubuat berpendapat kalau upaya untuk meminimalisir hambatan akibat kedifabelan, berjuang, berkerja keras untuk meraih keterampilan, dan tidak menjadikan kedifabelan sebagai alasan tidak berkembang sudah menjadi beberapa poin yang merefleksikan upaya melanjutkan perjuangan para pahlawan bangsa. Entah dengan teknologi, kolaborasi, Berkerja di sektor formal atau informal, semua itu kini bisa dilakukan oleh difabel agar memiliki dampak positif bagi lingkungan masyarakat secara keseluruhan.
“Jadi mari kita terus berupaya untuk memiliki kualitas diri yang baik, sehingga kita bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Kita itu bisa, selama kita memang mau melakukan,” tutur Nubuat.
Dapat Menjadi Pahlawan Sesama Difabel
Memaknai dan menghargai jasa para kusuma bangsa selanjutnya adalah berproses untuk terus berupaya meningkatkan kesetaraan, kesejahteraan, dan terpenuhinya hak-hak masyarakat difabel melalui perjuangan advokasi ataupun terus menjadi pribadi difabel yang berpotensi baik dalam bidang masing-masing. Hari pahlawan adalah hari yang berarti sebagai wujud penghargaan kita pada mereka, para kusuma bangsa. Sebagai warga masyarakat difabel, kita harus meneruskan jasa-jasa mereka. Akan tetapi perjuangan kita di saat ini bukanlah hanya sekedar perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini, tapi juga memerdekakan kehidupan kita sebagai difabel.
Septyan, seorang seniman difabel dan pengajar di salah satu SLB Magelang, pada wawancara 10 November 2024 mengemukakan pandangannya terkait cara kita sebagai difabel dalam menghargai perjuangan para pahlawan bangsa. Ia menyatakan kalau maksud dari memerdekakan diri sebagai seorang difabel ialah Merdeka dengan cara kita bisa berkarya, bekerja dan beraktivitas sesuai dengan ranah dan kemampuan kita masing-masing. Sebab teman-teman difabel pun bisa menjadi pahlawan untuk difabel yang lain dengan segala perjuangannya untuk menghilangkan pandangan-pandangan negatif, stereotip, serta diskriminasi pada masyarakat difabel dan pandangan-pandangan sebelah mata yang sering diarahkan kepada masyarakat difabel dapat dihilangkan. Selain itu dapat berkontribusi, menjalani hari, dan mampu bersaing dengan masyarakat lain secara maksimal dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
“Meski tanpa perlu ada penyematan bawasannya kita sebagai pahlawan, tanpa perlu ada label kita sebagai pahlawan, tapi kita dapat melakukan yang terbaik meneruskan cita-cita para pahlawan kita untuk membuat negeri ini lebih baik lagi, membuat negeri ini lebih inklusif lagi, dan membuat negeri ini lebih maju lagi. Sebab kata Bung Karno perjuangannya beliau itu tidak terlalu berat karena beliau harus melawan para penjajah dan bangsa asing di negara kita, tapi perjuangan setelah Bung Karno itu lebih berat karena akan berlawanan dengan bangsa sendiri, dan perjuangan kita pun sebagai difabel juga cukup berat, di mana untuk meyakinkan bangsa kita, bahwasannya kita itu bisa, perlu perjuangan yang besar. Padahal kita itu hanya perlu sebuah kesempatan untuk menunjukkan aktualisasi kita sebagai manusia pada umumnya,” tutur Septyan saat dihubungi via whatsapp.
Dengan perjuangan terus mengupayakan kesetaraan di bidang ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, dan akses perkerjaan tentu akan terbit berbagai perundangan yang mengakomodasi kelompok difabel. Dari hasil itu lah, para pahlawan difabel yang berjuang memiliki dampak dan menjadi patriot bagi sesama difabel yang lain. Tentu seperti para inisiator organisasi difabel, pergerakan difabel, lembaga difabel, pelopor wacana, ide serta gagasan, dan aktifis difabel juga turut menjadi pahlawan yang sampai kini meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa yang telah tenang di alam mereka.
Arif, selaku mahasiswa difabel netra S2 di salah satu universitas di Yogyakarta juga menimpali momentum hari pahlawan. Tugas kita tidak hanya sebatas mengisi kemerdekaan saja. Kita harus bergerak, berjuang, dan terus merealisasikan inklusifitas di bumi pertiwi tercinta. Karena sebagai difabel muda, sinergitas dan gelora perjuangan harus kita satukan, agar Indonesia aman dan nyaman bagi masyarakat difabel.
“Kita juga harus meneruskan perjuangan para pahlawan difabel. Pahlawan bangsa dan pahlawan difabel juga memiliki kedudukan yang mulia. Mereka yang mendirikan yayasan, lembaga, sekolah, penemu alat bantu, dan mengajarkan kemandirian bagi difabel, harus kita contoh. Kita harus meneruskan estafet perjuangan mereka. Indonesia masih belum inklusif sepenuhnya. Itulah tugas kita, untuk terus membangun dan mengawal agar Indonesia menjadi negara inklusif yang aman, nyaman, dan memosisikan difabel dengan baik dalam berbagai sektor,” tutur Arif pada wawancara via whatsapp 10 November 2024.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan