Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Raih Beasiswa Australia dan Jadi Agen Perubahan: Begini Tips Jitu Lolos AAS 2025 Dari Alumni Difabel

Views: 18

Solidernews.com – Pemerintah Australia kembali membuka kesempatan bagi warga negara Indonesia untuk meraih pendidikan kelas dunia melalui Australia Awards Scholarships 2025. Program beasiswa prestisius ini ditujukan bagi calon pemimpin masa depan yang berkomitmen pada perubahan sosial dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Beasiswa ini memungkinkan para penerima untuk menempuh pendidikan master (S2) atau doktor (S3) di berbagai universitas ternama di Australia. Sejak pertama kali digulirkan pada tahun 1953, Australia Awards telah memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Australia melalui jalur pendidikan dan kerja sama antarwarga.

Tak sekadar menawarkan gelar akademik, program ini juga memberikan pelatihan bahasa Inggris, pembekalan akademik, serta peluang pengembangan profesional. Hal ini bertujuan untuk memastikan para penerima beasiswa memiliki kesiapan penuh sebelum, selama, hingga setelah menyelesaikan studi mereka.

Yang menarik, Australia Awards Scholarships secara aktif mendorong kesetaraan akses, terutama bagi pelamar dari Kelompok Sasaran Kesetaraan. Ini mencakup difabel, perempuan dari latar belakang kurang beruntung, serta individu dari provinsi-provinsi prioritas pembangunan. Komitmen ini mencerminkan visi inklusif pemerintah Australia dalam mendukung pembangunan yang adil dan merata.

Para pelamar akan diseleksi berdasarkan kualitas profesional, kompetensi akademik, keterampilan interpersonal, serta potensi kontribusi mereka dalam menjawab tantangan pembangunan di Indonesia. Australia Awards percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencetak agen-agen perubahan yang tangguh dan berdaya saing global.

Batas akhir pendaftaran adalah 30 April 2025 pukul 20:59 WIB. Pendaftaran dilakukan secara daring melalui

laman resmi Australia Awards. Calon pelamar diimbau untuk mengunggah dokumen pendukung sesuai dengan persyaratan khusus Indonesia dan tidak menunda hingga tenggat waktu guna menghindari kepadatan sistem.

Informasi selengkapnya mengenai program, manfaat beasiswa, dan panduan pendaftaran dapat diakses melalui laman resmi Australia Awards.

Untuk itu, Solidernews telah mewawancarai seorang difabel alumni AAS tahun 2024 melalui sambungan telepon pada 14 April 2025 yang lalu. Ia adalah Muhammad Luthfi yang menyelesaikan program master di Monash University pada jurusan Social Worker atau, dalam bahasa Indonesia, disebut pekerja sosial. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat proses aplikasi AAS, antara lain:

 

Kelengkapan Dokumen
Teman-teman difabel, ketika mencoba aplikasi AAS, harus memperhatikan kelengkapan dokumen karena pihak Australia sangatlah ketat dan disiplin. Jadi, harus benar-benar memperhatikan detail dan persyaratan administrasi dokumen agar tidak gagal dalam proses aplikasi beasiswa ini.
“Teman-teman, jangan sampai luput untuk melengkapi dokumennya dan harus mempersiapkan segala sesuatunya sejak jauh hari,” ungkap Luthfi.

 

Penulisan Essay
Dalam menulis essay, teman-teman difabel harus melakukan riset mendalam tentang alasan mereka mengambil program S2, mengapa harus di Australia, dan kontribusi apa yang akan mereka bawa setelah menyelesaikan program masternya di Australia.
“Bagi saya, penulisan essay itu tidak hanya dilakukan dalam satu kali duduk sebelum penutupan pendaftaran beasiswa, tapi harus jauh hari sebelumnya,” tutur Luthfi.
Lanjutnya, “Ketika ada orang yang bilang kalau di essay itu kita menjual diri, yah memang. Kita harus menjual diri, dalam arti, kita ibaratnya mengajukan proposal ke sebuah lembaga yang akan menghabiskan dananya 2–3 miliar untuk membiayai kita. Tidak mungkin pihak AAS memberi kita uang sebanyak itu ketika kita tidak punya nilai tawar dan tidak mampu bersaing untuk dibiayai,” paparnya.

 

Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Wawancara
Menurut Luthfi, persiapan wawancara itu sangatlah penting. Di sinilah kita bisa terlihat oleh pihak pewawancara dari AAS: apakah kita sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan dan apakah kita sudah benar-benar menampilkan versi terbaik dari diri kita.
“Jadi, teman-teman difabel, ketika sedang proses wawancara, harus tahu menjawab untuk apa mengambil pendidikan S2, mengapa harus di Australia, dan sejauh mana jurusan yang kita ambil dapat berdampak pada pembangunan Indonesia sehingga kita dapat dianggap sebagai agen perubahan. Selain itu, teman difabel juga harus melakukan deep research (riset mendalam) tentang kriteria AAS itu seperti apa. Karena kita diterima oleh AAS bukan karena keinginan kita, tapi karena kita sesuai dengan kriteria mereka. Jadi, teman difabel harus kreatif dalam menyiapkan diri menjawab semua pertanyaan dalam wawancara yang pastinya sesuai dengan essay yang kita tulis,” papar Luthfi.

Selanjutnya, ia juga menekankan perlunya mengetahui alasan mengambil universitas tertentu, mata kuliah yang akan diambil, serta kondisi demografi dan letak geografis tempat kita akan kuliah.
“Teman-teman difabel juga harus tahu keterkaitan mata kuliah yang akan kita ambil dengan dampaknya nantinya. Jangan sampai ketika ditanya mengenai perkuliahan yang akan diambil, kita belum tahu apa saja mata kuliahnya, karena itu menandakan kita tidak melakukan riset secara mendalam. Selain itu, demografi juga penting. Maksudnya, apakah di tempat kita akan kuliah banyak sesama Indonesia atau tidak. Kalau misalnya banyak, berarti support system kita juga banyak, tapi mungkin dampaknya peningkatan bahasa Inggris tidak begitu signifikan. Bila tinggal di tempat yang kurang orang Indonesianya, kemampuan bahasa Inggris kita mungkin akan cepat melesat, namun secara psikososial, kita kurang mendapatkan support system. Kemudian, geografi—misalnya apakah daerah itu bergunung, berada di pesisir, dan sebagainya—juga perlu diperhatikan, termasuk iklimnya. Intinya, kita harus benar-benar tahu apa yang kita tulis dan tuangkan dalam wawancara, yang menunjukkan bahwa kita telah melakukan riset sebelum dan sesudah menulis sehingga setelah lulus, kita tahu harus bagaimana nantinya,” jelasnya.

 

Menerapkan Cara “SMART”
Luthfi juga memberi tips unik, yakni menerapkan prinsip SMART. SMART di sini adalah singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound.
“Artinya, ‘Specific’ adalah kita tahu apa yang kita mau. ‘Measurable’ artinya dapat diukur; maksudnya, hal yang kita lakukan harus memiliki indikator keberhasilan, misalnya, ini yang berhasil, ini yang tidak berhasil. ‘Achievable’ artinya sesuatu yang bisa kita capai—tidak mengawang-awang. Misalnya, jika kita ingin memberdayakan difabel, harus jelas dalam aspek apa. ‘Achievable’ juga artinya target itu bisa diraih dalam waktu yang realistis, misalnya setahun. ‘Relevant’ artinya harus relevan dan koheren dengan tujuan utama kita. ‘Time-bound’ artinya memiliki batas waktu, misalnya, target yang ingin dicapai dalam setahun,” ungkap Luthfi.

 

Perhatikan dan dalami pertanyaan yang sering muncul 

Sebenarnya, hal‑hal yang telah dibahas sebelumnya saling berkaitan. Namun menurut Luthfi, teman‑teman difabel juga perlu memperhatikan pertanyaan yang paling sering muncul. Salah satu caranya adalah dengan mengakses channel YouTube “9ama 2020”.

Di channel ini, beberapa pertanyaan yang sering muncul dibahas dalam sesi‑sesi terpisah:

Sesi 1: Why did you choose your proposed course and institution?

(Mengapa Kamu memilih jurusan dan lembaga yang Kamu ajukan?)

Sesi 2: What impact do you believe this study will have on your career, life, and community?

(Menurut kamu, studi ini akan memberikan dampak apa bagi karier, kehidupan, dan komunitasmu?)

Sesi 3: How have you contributed to solving a challenge in one of AAI’s priority development areas?

(Bagaimana Kamu telah berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan di salah satu bidang pembangunan prioritas AAI?)

Sesi 4: Three practical and realistic examples after returning from Australia and their constraints

(Tiga contoh praktis dan realistis setelah kembali dari Australia beserta kendala‑kendalanya)

Dengan menonton channel 9ama2020 ini, kamu akan mendapatkan jawaban dengan lengkap berdasarkan pengalaman beberapa awarde AAS yang dikemas dalam bentuk diskusi dua arah.

 

Tanya Kembali Dirimu: Apakah Mengambil S2 Itu Memang Sangat Penting?
Selain memberi tips agar lolos AAS, Luthfi juga memberikan refleksi mendalam tentang tujuan hidup.
“Dulu saya sering sekali mendorong teman-teman difabel untuk S2. Ayo S2. Soal nanti gimana? Ya, udahlah, gimana nanti saja. Tapi, ternyata saya sadar bahwa hidup itu punya tujuan. Fakta di lapangan menunjukkan banyak jebolan beasiswa luar negeri—bahkan pendidikan tinggi mereka sampai ke negara-negara Eropa—namun ketika pulang ke Indonesia, pekerjaan mereka kurang layak. Jadi, saya mau pesankan ke teman-teman difabel: silakan S2 jika memang punya tujuan yang jelas dan bermanfaat. Tapi, kalau ambil S2 hanya karena tren,  ikut-ikutan, dan dasarnya memang tidak mau,  kemudian cuma nganggur, saya bilang, mending tidak usah,” pungkas pria kelahiran Makassar sekaligus pendiri PT. Elang Inklusi Nusantara ini  dengan tegas.[]

 

Reporter: Andi Syam

Editor       : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content