Views: 30
Solidernews.com – Menjadi sosok yang berprofesi sebagai pembicara bukanlah hal gampang. Konsistensi, tata bahasa, penguasaan materi, kecakapan komunikasi, dan kemahiran mengambil atensi publik menjadi hal-hal yang menantang saat seseorang memutuskan untuk berkarier di dunia public speaking. Tapi, tidak ada yang mustahil, bila kita mau dan bersungguh-sungguh. Hal ini telah dicontohkan oleh Rachel Putri Aurelya Siloam, difabel netra yang menekuni dunia public speaking.
Apa sih maksud dari Seni public speaking? Nah, seni public speaking adalah kemampuan untuk berbicara di depan audiens dengan cara yang efektif, menarik, dan berkesan. Public speaking tidak hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang menyampaikan pesan dengan cara yang dapat memengaruhi, menginspirasi, atau mengedukasi audiens. Seni ini melibatkan kombinasi teknik komunikasi verbal dan non-verbal, penguasaan materi, serta kemampuan untuk berinteraksi dengan audiens.
Profesi ini menariknya dapat ditekuni oleh difabel netra. Bisa menjadi pembicara seminar, penyiar radio, podcaster, dan sejenisnya. Sebagaimana Rachel, yang kini menekuni dunia penyiar radio sebagai host program acara “Kita Setara” di RRI Pro 1 FM Jakarta, moderator event, narasumber dan pembicara talkshow di beberapa acara, seperti di HUT Pertuni ke-59 dan sebagainya.
Lebih Dekat dengan Rachel
Rachel, biasa ia dipanggil. Lahir pada 30 Oktober 2002 di Bekasi, merupakan perempuan muda yang selalu ber-energi positif. Terlahir dalam keadaan prematur, membuat Rachel harus kehilangan penglihatannya.
Selain itu, di masa kecilnya Rachel juga mengalami kesulitan untuk komunikasi dua arah, susah fokus, dan berbagai tantangan lain yang harus ia hadapi. Namun, semua itu dapat dilaluinya berkat dukungan dan kasih sayang sosok ibu yang hingga kini terus mendampingi Rachel untuk terus menggapai prestasi.
“Dahulu, aku itu susah diajak komunikasi kak sewaktu usia batita. Ditanya apa malah dijawab apa. Nah, hal itulah yang akhirnya mendorong ibu untuk mendisiplinkan serta membiasakan diriku untuk memiliki komunikasi yang baik. Selain itu, diriku ini memang sedikit memiliki autis yang membuat diriku agak susah berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik,” ujar Rachel pada wawancara via telepon, 12 Januari 2025.
Berbagai upaya yang dilakukan sang ibu untuk membantu Rachel agar memiliki komunikasi dan fokus yang baik, Rachel kecil sering diajak untuk dibacakan suatu cerita, lalu Rachel harus menjelaskan kembali dengan penjelasan yang sama. Selain itu, di usia enam tahun, Rachel kecil juga sering dibelikan buku-buku cerita untuk menstimulus dan meningkatkan daya fokus dan analisisnya.
Sewaktu Rachel masuk ke usia SMP, dirinya melanjutkan sekolah dengan masuk ke asrama tunanetra PSBN Cahaya Batin. Dari sinilah upaya Rachel untuk berdikari makin kuat. Buku-buku format braille banyak ia baca. Utamanya yang bertemakan psikologi. SMP dan SMA di sekolah umum, membuatnya akhirnya dapat masuk ke perguruan tinggi Universitas As-Safi’iyah dengan program Bimbingan Konseling.
“Semua tidak mudah, kak. Aku harus terus melatih komunikasi, fokus, dan daya analisis yang dari kecil menjadi tantangan diriku. Sewaktu sekolah pun banyak tantangan, seperti penolakan saat masuk SD umum, diremehkan guru sewaktu di sekolah SMP dan SMA, dan gagal saat daftar ke beberapa PTN. Tapi Rachel tidak menyerah. Aku terus berpikiran positif dan selalu bangkit,” ujar Rachel.
Sejak Kecil Aktif Ikut Forum Umum
Pada fase perjalanan peningkatan kualitas komunikasi Rachel, waktu itu ia masih berusia enam tahun dan sering sekali di ajak untuk ikut seminar-seminar. Hal ini ditujukan untuk membangun mental dan kekuatan komunikasi Rachel kecil. Bahkan di usia enam tahun, Rachel sudah ikut ke acara-acara komunitas support parenting bersama sang ibu.
Sewaktu mengikuti beberapa seminar, Rachel selalu di posisikan untuk duduk di barisan depan. Saat sesi tanya jawab, Rachel diwajibkan oleh sang ibu untuk wajib bertanya. Hal itu, ditujukan untuk mengasah skill komunikasi Rachel kecil.
“Kalau aku tidak bertanya, pasti saat di mobil ibu akan mengevaluasi diriku. Karena ia selalu mendorong diriku untuk aktif di berbagai forum,” tutur Rachel.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya Rachel terus aktif di berbagai seminar, pelatihan, dan forum umum lainnya. Di usia 17 tahun, ia tampil dalam program “Jalinan Kasih” di Indosiar sebagai penampil difabel.
Rachel telah mengikuti berbagai seminar dan workshop yang mendukung pengembangan dirinya, mulai dari seminar terapi bermain hingga pelatihan ESQ untuk remaja. Ia juga aktif dalam organisasi seperti Premature Indonesia dan Komunitas Voice Over, Dubber, Announcer Indonesia (KVDAI).
Berkat Ejekan “Cuma Jago Kandang!”
Pada perjalanan berikutnya, Rachel terus meningkatkan dirinya. Berbagai lomba terus ia ikuti. Seperti lomba membuat lagu Kreasi Lagu Anak Indonesia Inklusif 2020 yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemenang lomba menulis buku dalam Festival Hari Buku Nasional 2022, yang diadakan oleh IKAPI, dan sebagainya.
Namun, perjalanan itu tidak mudah. Rachel sempat mendapatkan ejekan dari rekannya kalau “Cuma Jago Kandang,” Nah, dari ejekan itu ia dan sang ibu memutuskan untuk melawan stigma itu. Ia membuat program live di instagram untuk berdiskusi dan sharing bersama para ahli di dunia psikologi atau bidang lain.
“Tentu ibuku yang tahu tentang ejekkan itu, tidak mau kalau aku hanya jadi jago kandang, kak. Ibu mendorongku untuk membuat acara live di instagram untuk mengembangkan skill komunikasiku. Di acara itu aku ngobrol dengan narasumber-narasumber yang kami hadirkan. Mulanya dari orang-orang terdekat dahulu. Seperti guru di sekolah, hingga sampai bisa mengundang beberapa ahli di program tersebut,” jelas Rachel.
Program bernama Obrolan Seru Bervariasi (Observasi) yang hadir tiap akhir pekan di instagram @rachelsiloam, menjadi tonggak Rachel memasuki dunia public speaking secara konsisten. Puncaknya pada Juni 2022 Rachel di undang di radio RRI, yang kemudian ia diberi ruang untuk menjadi host di program “Kita Setara” di radio besar ini.
Kepiawaian Rachel di dunia public speaking membawanya menjadi pembicara di berbagai event. Bahkan pada 2024, Rachel sempat menjadi narasumber bersama sang ibu di acara talkshow bergengsi, pada acara “Kick Andy”.
Pada akhir sesi wawancara, Rachel berpesan untuk seluruh rekan-rekan difabel muda, bahwasanya kita harus memiliki pemikiran positif. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai kita. Selain itu, terus tingkatkan kualitas diri. Jangan ratapi kondisi fisik secara berlebihan. Bangun keahlian sehingga difabel dapat berdaya. Terakhir, bangun mental untuk kokoh sebagai pejuang. Jangan hanya pasrah pada keadaan.
“Kita harus yakin kalau kita memiliki potensi. Tinggal bagaimana kita mau menggali, mendalami, dan terus mempelajarinya. Selalu buat tujuan yang jelas untuk arah masa depan yang lebih gemilang,” ucap Rachel menutup wawancara.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan