Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Putri dan Revindra, Contoh Sukses Programmer Difabel Netra

Views: 136

SoliderNews.com –  pada hari Minggu kemaren, 26 November 2023, Yayasan Lentera Rumah inklusif, sebuah lembaga kursus informal yang bergerak dalam dunia pendidikan dan sosial bagi difabel dan nondifabel mengadakan program webinar berjudul Weekend bersama Lentera, We Can Do It.

 

Acara talk show yang biasanya diadakan setiap akhir bulan ini diselenggarakan melalui platform Zoom meeting dan dihadiri lebih dari 40 orang dari seluruh Indonesia.

 

Pada program talkshow episode keempat ini, Yayasan Lentera Rumah Inklusif mengusung tema “The Blind Programmer dan mengundang pembicara difabel netra yang bekerja sebagai programmer, kedua programmer profesional tersebut  ialah Putri Rokhmayati dan Revindra Abdi Prahaswara, S.Pd.

 

Putri, panggilan akrabnya, kini bekerja sebagai programmer di PT. Bhumi Varta teknologi sembari bekerja, ia juga berkuliah di Universitas Pamulang jurusan teknik informatika.   Prestasi yang pernah raihnya adalah sebagai creator dan developer website edudibilitas, yaitu platform pembelajaran bagi difabel netra.

 

Revindra, panggilan akrabnya, kini bekerja di PT. Integritas Makmur Mandiri “IMAMATEK”. ia juga mempunyai prestasi, yaitu sebagai lulusan sarjana pendidikan guru SD dan pernah menjadi juara satu lomba   Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh KOMINFO.

 

Saat kedua pembicara programmer difabel netra tersebut ditanya oleh pembawa acara apa saja pekerjaan mereka di perusahaan.

“Intinya sih kerjaanku memastikan kalau software yang sudah dibuat software engineer itu bisa berjalan sesuai ekspektasi. Maksudnya, menguji multifungsionalnya software tersebut secara keseluruhan,” ujar Putri.

“Pekerjaanku adalah membuat software akuntansi dan website tentang akuntansi” ujar Ravindra setelah Putri selesai menjawab.

 

Saat kedua programmer ini ditanya proses mereka melamar pekerjaan.

“pada awalnya aku mencantumkan diri sebagai tunanetra. perusahaan waktu itu sangat tertarik untuk mempekerjakan tunanetra. Kemudian, aku diminta untuk mengirim CV, melakukan interview, dan melakukan tes coding. Akhirnya, aku diterima di perusahaan,” ujar Ravindra.

 

Pekerjaan yang dilamar Ravindra adalah pekerjaan yang tidak dikhususkan untuk difabel, tetapi untuk umum.

“Saat itu aku buat posting di Linkedin tentang bagaimana tunanetra bisa coding, challenge-nya, solusi pembuatannya, dan project yang sudah kubuat. Tidak disangka kalau postinganku mendapat like hampir 2.000 orang dan komentar lebih dari 100, termasuk tawaran kerja,” ujar Putri menceritakan awal dia mendapat tawaran kerja.

“Waktu itu perusahaan memintaku untuk mengirim CV, melakukan interview, dan tes coding. setelah proses itu, aku pun masih diinterview tentang gaji dan akhirnya diterima kerja,” tambah Putri setelah menceritakan awal pengalaman mendapat tawaran pekerjaan.

 

Saat kedua programmer ditanya oleh pembawa acara tentang proses pekerjaan. Kedua programmer tersebut menjawab kalau mereka bekerja secara work from anywhere (WFA).

“Proses kerjanya adalah work from Anywhere (WFA) ujar Ravindra.

“Aku kerja secara work from home selama 8 jam. Beruntung, aku kuliah mengambil kelas karyawan,” ujar Putri bersyukur.

 

Lalu saat ditanya tentang tantangan mereka saat bekerja sebagai programmer mereka tidak menjelaskan secara terang-terangan karena perusahan di mana mereka bekerja sangat memberikan keluasan, kepercayaaan, serta apresiasi sehingga mereka sangat nyaman bekerja. Walaupun diberikan keluasan, bukan berarti mereka melepas tanggung jawab, buktinya mereka mampu menunjukkan kepada perusahaan bahwa hasil pekerjaan mereka memuaskan.

 

Saat di akhir talk show, kedua programmer ini berpesan

“Untuk menjadi programmer tidak harus S1 lulusan teknik informatika dan tidak harus memiliki gelar sarjana, asalkan mempunyai kemampuan dan kompetensi di bidang programmer,” ujar Ravindra

memberikan semangat kepada peserta.

“Untuk menjadi programmer harus menguasai bahasa Inggris karena dengan belajar bahasa Inggris akan mempercepat proses belajar sebagai programmer,” tambah Putri melanjutkan pembicaraan Ravindra.

 

Harapannya dari mengikuti webinar Weekend bersama Lentera, para peserta semanakin semangat untuk menjadi programmer bagi yang ingin menekuninya serta memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa difabel netra mampu bersaing dalam dunia pekerjaan sehingga ke depannya banyak lapangan pekerjaan yang dibukakan untuk programmer difabel netra.[]

 

Reporter: Tri Rizki Wahyu Djari

Editor      : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air