Views: 70
Solidernews.com, Yogyakarta – Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI), adalah federasi atau induk organisasi sepak bola amputasi di Indonesia. Saat ini, Ketua PSAI Pusat adalah Yudhi Yahya. PSAI Pusat yang berkedudukan di Jakarta, terbentuk pada 3 Maret 2018.
Induk organisasi sepak bola amputasi ini. juga ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jogja Amputee Football Club, adalah nama Klub sepakbolanya. Klub ini berada di bawah naungan Persatuan Sepak Bola Amputasi (PSAI) DIY. Berdiri pada 4 Februari 2023. PSAI DIY sudah diberikan kepercayaan oleh PSAI Pusat, dalam seleksi atlet nasional.
Baru-baru ini (25-27 Oktober), klub sepakbola amputasi Jogja berlaga peradana dalam turnamen nasional yang memperebutkan Piala Menpora. Sebagai upaya mengembangkan dan memperkuat klub, PSAI DIY sedang melakukan rekruitmen pemain.
Syarat pemain
Adapun syarat yang diberlakukan di antaranya, 1) Difabel dengan polio salah satu kaki; 2) difabel dengan amputasi di bawah/atas lutut; 3) difabel dengan panjang kaki tidak sama (seimbang); 4) berjenis kelamin lak-laki; 5) usia maksimal 30 tahun.
Bagi yang tertarik dan ingin bergabung, pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi nomer whatsapp berikut: Bli Made (0895 3913 52763) atau Suwartoyo (0812 2717 4021).
Sejarah sepakbola amptasi
Olahraga Sepak bola amputasi pertama kali ditemukan oleh Don Bennett yang merupakan penduduk asli Seattle, Amarika Serikat. Dia memiliki kegemaran dalam perahu, bermain ski, dan mendaki gunung. Namun, dari kegemaran itulah dia harus kehilangan satu kakinya karena kecelakaan saat berperahu.
Don tidak putus asa dan tetap semangat dalam menjalani segala aktivitas sehari-hari. Dari semangat don tersebut, pada tahun 1982 ia mendapat ide saat melihat anaknya sedang main basket di halaman belakang rumah. Dalam bermain basket, bola tidak sengaja menggelinding ke arahnya, lalu Don mengangkat keruknya dan menendang boleh basket kembali ke anaknya.
Semakin tertarik dengan olahraga ini, akhirnya ia mengadakan sebuah turnamen yang bernama Amputee Soccer International. Turnamen tersebut merupakan turnamen pertama dari sepak bola amputasi internasional, digelar di kampung halaman Don di Seattle.
Peserta yang mengikuti ajang tersebut berasal beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Amerika Tengah. Namun, semakin pesat olahraga ini sekarang dimainkan di berbagai negara secara resmi. Saat ini, sepak bola amputasi dibawahi dan diatur langsung oleh Federasi Sepak Bola Diamputasi Dunia atau World Amputee Football Federation (WAFF). Sesuai dengan misi dari federasi ini, yaitu memfasilitasi pertumbuhan sepak bola bagi disabilitas.
Di Indonesia, badan yang mengurus sepak bola amputasi adalah INAF (Indonesia Amputee Football). INAF diresmikan pada tahun 3 Maret 2018. INAF memiliki visi, yaitu menjadi pusat pembinaan sepak bola amputasi di Indonesia yang profesional dan berprestasi, dengan memberikan ruang bagi disabilitas fisik (amputasi kaki atau amputasi tangan), untuk menyalurkan minat dan bakatnya sebagai bentuk dari kesetaraan hak seseorang mengembangkan diri dan berprestasi.
Aturan permainan
Sepak bola amputasi dimainkan oleh tujuh orang pemain dalam setiap tim. Dari 7 (tujuh) orang tersebut, 6 (enam) orang menjadi pemain outfield yang memungkinkan memiliki dua tangan dan hanya satu kaki, lalu 1 (satu) orang yang memiliki dua kaki dan satu tangan, menjadi penjaga gawang.
Pemain menggunakan kanadian dalam bermain. Namun, kanadian tidak boleh digunakan untuk memajukan, memblokir, maupun mengontrol bola. Jika pemain melakukan hal tersebut, wasit dapat memberikan hukuman, kecuali jika tidak sengaja kruk mengenai bola, maka hal tersebut dapat ditoleransi.
Aturan selanjutnya, pemain dilarang memajukan, memblokir atau mengontrol bola dengan sisa anggota badannya. Lalu pemain dilarang menggunakan kanadian lawan, apabila terjadi akan mendapat hukuman berupa penalti.
Pemain diwajibkan menggunakan deker atau pelindung tulang kering untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, ukuran lapangan sepak bola amputasi maksimal 60 x 40 meter, ukuran tinggi gawang maksimal 2,2 meter, lebar gawang maksimal 5 meter, serta ke dalaman gawang maksimal 1 meter.
Durasi pertandingan sepak bola amputasi, yaitu 25 x 2. Waktu tersebut dipisah dengan waktu istirahat selama 10 menit dan time out selama 1 menit 1 kali tiap babak. Lalu dalam sepak bola amputasi, jumlah pergantian pemain tidak dibatasi sehingga seperti halnya permainan futsal, pemain bebas melakukan pergantian.
Aturan lain pada sepak bola amputasi, yaitu: kick-in jika bola keluar garis lapangan; tidak ada offside, tidak diperkenankan melakukan tackle, penjaga gawang tidak diperbolehkan keluar dari kotak pinalti, pemain menendang bola ke dalam permainan alih-alih melempar, penjaga gawang tidak diperbolehkan untuk menyelamatkan bola dengan sisa anggota tubuhnya. Jika dilakukan, hukuman penalti akan diberikan.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan