Views: 18
Solidernews.com – Yogyakarta, 22 September 2024 – Dalam rangka memperkuat kesetaraan dan inklusivitas di lingkungan kampus, Unit Layanan Disabilitas Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Workshop Probuddy UGM yang berlangsung di UC Hotel UGM, Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan ruang kolaboratif bagi mahasiswa nondifabel dengan mahasiswa difabel untuk bersama-sama belajar tentang pentingnya kesetaraan dan peran mahasiswa dalam menciptakan lingkungan yang inklusif.
Menggali Model Disabilitas dan Pentingnya Kesetaraan
Workshop dimulai dengan pemaparan dari Joni, perwakilan dari SIGAB, yang memperkenalkan berbagai model disabilitas. Mulai dari model individual, sosial, hingga model hak asasi manusia dan model kritis disabilitas, Joni menjelaskan bagaimana pandangan masyarakat terhadap difabel telah berkembang. Ia menekankan pentingnya aksesibilitas dan menciptakan lingkungan yang mendukung semua orang.
“Aksesibilitas bukan hanya kebutuhan teman-teman difabel, tapi untuk semua. Dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan, kita menciptakan kesetaraan,” ungkap Joni.
Pentingnya melawan ableisme atau diskriminasi terhadap difabel juga menjadi sorotan. Joni berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana prasangka dan asumsi yang salah dapat membatasi ruang gerak teman-teman difabel. Ia menekankan bahwa inklusivitas harus diwujudkan dengan komunikasi yang baik, berhenti berasumsi, dan mengedepankan rasa hormat terhadap keputusan mereka.
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Dalam diskusi yang penuh semangat, para peserta workshop diajak untuk melihat peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Mereka tidak hanya bisa menjadi dukungan sosial bagi teman difabel, tetapi juga berperan aktif dalam mengadvokasikan kampus yang inklusif.
“Kita bisa menjadi mitra kolaborasi, sahabat belajar, dan pendukung advokasi untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih aksesibel,” ujar salah satu peserta.
Melalui diskusi kelompok, peserta merefleksikan bahwa kurangnya pemahaman tentang difabel seringkali menyebabkan diskriminasi yang tidak disengaja. Oleh karena itu, mahasiswa UGM diharapkan menjadi garda depan dalam mengubah paradigma dan memperjuangkan hak-hak teman difabel.
Difatravel X: Mewujudkan Pariwisata Inklusif
Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah pemaparan dari Gilang Ahmad Fauzi mengenai proyek DifatravelX 2.0. Program ini melibatkan teman-teman difabel sebagai pemandu wisata di destinasi-destinasi lokal, seperti Kulonprogo. Melalui pelatihan dan mentoring, para pemandu wisata difabel mampu mengelola tur virtual dan langsung secara mandiri.
“Tujuan kami adalah memberikan layanan wisata yang inklusif sekaligus mengkritik kebijakan ekonomi dan pariwisata agar lebih memperhatikan aksesibilitas,” jelas Gilang. Dengan grading destinasi wisata yang telah dilakukan, program ini diharapkan bisa menjadi model bagi industri pariwisata yang inklusif.
Buddy System: Membangun Pertemanan yang Inklusif
Workshop dilanjutkan dengan perkenalan konsep Buddy System. Melalui simulasi interaksi dengan teman-teman difabel, peserta diajak memahami prinsip-prinsip penting dalam berinteraksi, seperti bertanya, tidak berasumsi, dan selalu bersikap sabar.
Buddy system ini dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi antara mahasiswa difabel dan nondifabel di berbagai kegiatan kampus, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Sistem ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan kampus yang lebih inklusif dan mengembangkan empati serta keterampilan kepemimpinan di kalangan mahasiswa.
Menutup dengan Rencana Aksi Inklusif
Setelah simulasi, setiap kelompok peserta diminta untuk merencanakan kegiatan inklusif yang akan mereka laksanakan dalam satu pekan ke depan. Yang istimewa, dalam sesi presentasi hasil kerja kelompok, teman-teman difabel menjadi juru bicara utama yang menjelaskan rencana mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat keterlibatan difabel dalam perencanaan dan pelaksanaan program, serta menumbuhkan pemahaman lebih mendalam bagi seluruh peserta.
Dengan semangat kolaboratif ini, para peserta siap melaksanakan kegiatan tersebut dalam waktu dekat, yang bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di kampus dan masyarakat luas. Program ini akan dipublikasikan melalui akun Instagram ULD UGM.[]
Reporter: Muhammad Rhaka Katresma
Editor : Ajiwan Arief