Views: 5
Solidernews.com – Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi faktor utama negara-negara PBB dalam tata cara pengelolaan negara mereka. SDGs hadir atas kesadaran terkait mempercayai sumber daya alam yang berasal dari lingkungan hidup dapat habis, sehingga kebermanfaatannya harus dikelola secara rasional, bijak dan memberikan perlindungan terhadap alam demi keberlangsungan hidup manusia juga semua makhluk di bumi.
SDGs telah disepakati oleh 193 negara di Sidang Majelis PBB 25 September 2015, dan diharapkan dapat digunakan negara-negara tersebut untuk membingkai kebijakan politik selama 15 tahun ke depan. Indonesia turut mengadopsi dan melaksanakan konsep SDGs untuk tercapai pada 2030 mendatang.
Salah satu dari 17 poin dari SDGs ini adalah poin 13 tentang penanganan perubahan iklim (Climate action) yaitu memerangi perubahan iklim dan dampaknya, dan poin 15 tentang menjaga ekosistem darat (Life on land) yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, seperti pengengelolaan hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan (desertifikasi), menghambat dan membalikkan degradasi tanah, serta menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.
Praktik baik warga difabel lestarikan lingkungan
Disampaikan Ken Kerta pendiri Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) Malang Jawa Timur, sekelompok difabel turut aktif menjaga alam sekaligus menggerakan isu inklusi. Di bawah komadonya, divisi lingkungan hidup difabel pencinta alam atau difpala ini melakukan aksi perawatan lingkungan, hutan, gunung hingga sumber air. Mereka juga melakukan pendakian di beberapa gunung, ikut membersihkan lingkungan dan situs-situs purbakala di sepanjang jalur pendakian.
“Misi aksi difpala, 1000 pohon untuk Gunung Wedon di tahun 2021 kemarin sudah tercapai, tujuannya untuk penghijauan dan difpala mencatat telah menanam sekitar seribu batang. Kami menggandeng lintas sektor,” ungkap ia.
Gunung Wedon dengan ketinggian 660 MDPL terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Pasuruan, tepatnya Desa Turilrejo, Kecamatan Lawang. Kondisi gunung yang sebelumnya gersang, gundul dan tempat pembuangan sampah, saat ini digunakan sebagai lokasi bumi perkemahan inklusi.
“Sudah cukup banyak bencana alam akibat kerusakan lingkungan, menjaga dan melestarikan lingkungan sebetulnya menjadi tanggungjawab bersama,” pungkasnya.
Praktik baik lainnya juga telah dilakukan oleh dua sahabat difabel di Desa Yeli, Provinsi Hebei, Tiongkok yaitu Jia Haixia difabel Netra sejak lahir, dan Jia Wenqi difabel fisik tanpa kedua tangan akibat kecelakaan sejak kecil. Selama satu dekade, mereka berhasil menanam lebih dari 10.000 pohon untuk mencegah desanya dari bencana banjir dan longsor.
Meski Desa Yeli gersang dan tandus, mereka mulai menanam pohon di sepetak tanah sepanjang sungai yang disewa secara gratis. Mereka pun tidak cukup uang untuk membeli bibit pohon tanaman, sehingga mereka bergantung pada proses stek dari pohon yang ditanam dan menanamnya kembali.
Mereka berbagi tugas dalam menanam pohon, Jia Haixia memanjat pohon untuk memotong dahan yang akan ditanam, dan Jia Wenqi mengurus pengairan. Tanah-tanah gersang di daerah tinggal mereka kini rimbun oleh pepohonan hijau yang menyenangkan.
“Aku tangannya dan dia mataku, kami tim yang bagus. Kami benar-benar melakukan sesuatu yang baik di sini,” kata Haixia dikutip dari Brihtside.me.[]
Reporter: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan Arief