Views: 26
Solidernews.com – Sekolah inklusi adalah sebuah sekolah yang memberikan kesempatan dan partisipasi sama dengan berbaurnya siswa berkebutuhan khusus atau difabel dan siswa non difabel yang belajar dan bermain bersama dalam satu sekolah yang sama. Sekolah inklusi ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat Istimewa. Selaras dengan UUD 1945 Pasal 28H ayat 2 menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Maka setiap orang tanpa terkecuali untuk mendapatkan pendidikan yang sama dan setara. Maka, para difabel dalam UU No. 8 Tahun 2016 dalam pasal 10 berbunyi bahwa peserta didik berkebutuhan khusus berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan.
Sekolah inklusi itu berbeda agak jauh dari sekolah luar biasa (SLB), sehingga sekolah inklusi memerlukan persiapan dalam program, koordinasi, dan kerjasama dengan guru mata pelajaran, guru pendamping khusus (GPK), serta kepala sekolah agar dapat menyukseskan program inklusi yang tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.
Sekolah inklusi ini tidak hanya untuk sekolah negeri yang ditunjuk oleh pemerintah tetapi sekolah swasta dapat mengajukan diri sebagai sekolah inklusi, seperti SD Al Firdaus Surakarta. SD Al Firdaus sudah menjadi sekolah inklusi tahun 2006 dan telah menerima berbagai penghargaan sebagai sekolah inklusi terbaik tahun 2012, yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud), Hellen Keller International (HKI), dan United States Agency for International Development (USAID).
Penulis telah mewawancarai seorang guru SD Al Firdaus yang sudah bekerja selama 6 tahun di sekolah tersebut sebagai guru. W (nama samaran) mengaku bahwa sebelumnya adanya penolakan dari orangtua anak yang bukan berkebutuhan khusus tetapi kini sudah jauh lebih baik dalam penerimaan dan penyesuaian terhadap siswa berkebutuhan khusus. Beliau mengakui bahwa SD Al Firdaus pada tahun ajaran sekarang sudah memiliki 56 anak dengan berbagai macam kondisi dan semua diterima serta difasilitasi sesuai kebutuhan mereka melalui PUSPA (unit Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus). PUSPA merupakan salah satu program sekolah inklusi sejak lama yang diterapkan oleh SD Al Firdaus dan dikoordinasi oleh kepala sekolah, kepala unit PUSPA, guru pendamping khusus, dan juga semua guru mata pelajaran.
Akan tetapi, SD Al Firdaus masih belum sempurna terkait aksesibilitas fisik, seperti belum memiliki ramp atau bidang miring untuk siswa berkursi roda, lift, karena bangunan SD Al Firdaus terdiri dari tiga lantai sehingga menyulitkan pengguna kursi roda untuk naik ke lantai Selain itu, W mengaku masih belum banyak pengalaman sehingga beliau terkadang merasa bersalah karena minimnya pengalaman dan terbatasnya kesabarannya sehingga selalu menjadi emosi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. Beliau merupakan lulusan pendidikan luar biasa (PLB) tahun 2013 hingga 2017, sehingga beliau merasakan adanya perbedaan di bangku kuliah yang diterapkan di SD Al Firdaus terutama kurikulum nasional yang dipakai, metode mengajar, dan bidang ilmu yang tidak selengkap dengan PLB saat ini. Akan tetapi, beliau terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman yang dinamis karena sebagai guru adalah pembelajar maka harus terus belajar tanpa batas.
Beliau belajar mengenal karakteristik anak, melakukan asessmen, dan menggali metode yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi anak secara menyuluruh agar dapat memberikan metode belajar yang tepat untuk mereka. Maka beliau terlatih untuk lebih sabar dan rasa syukur dalam mendidik anak meskipun beliau selalu sedih karena tidak bisa menangani anak berkebutuhan khusus yang membutuhkannya dan dengan beragam karakteristik dan perilaku anak yang berbeda sehingga bukan hal mudah dan beliau harus belajar lebih banyak.
Mengenai harapan untuk menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei, beliau mengaku bersyukur bahwa jumlah sekolah inluksi di kota Surakarta cukup banyak, termasuk sekolah negeri. Bahkan tahun depan, pemerintah kota Surakarta mewajibkan semua sekolah di kota Surakarta agar menyelenggarakan sekolah inklusi, khususnya sekolah negeri. Akan tetapi, Indonesia masih memiliki masalah dalam hal pemerataan sekolah inklusi karena pelaksanaan program inklusi masih minim dan terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dalam bidang pendidikan inklusi. Maka, beliau berharap pelaksanaan sekolah inklusi di kota Surakarta dapat merata di semua daerah dalam hal pemerataan sekolah inklusi di Indonesia.
Penerapan pendidikan inklusi akan menjadi awal kebangkitan pendidikan di Indonesia, khususnya memberdayakan kesempatan anak difabel agar dapat memperoleh pendidikan yang layak dan sesuai berdasarkan UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Pendidikan inklusi adalah bagian dari poin-poin penting dalam kebangkitan nasional, khususnya pendidikan yang masih menjadi pilar utama dalam pemberdayaan sumber daya manusia yang unggul, integritas, kompeten, dan berkualitas dalam menghadapi tantangan perubahan zaman.
Jadi, mari dukung dan kawal penerapan sekolah inklusi di Indonesia! Selamat Hari Kebangkitan Nasional![]
Reporter: Raka Nur M
Editor : Ajiwan Arief
Referensi:
Aditomo, Anindito. 2022. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Muharam, Dimas Prasetyo. Jakarta. 3 Januari 2013. Al-Firdaus Sekolah Inklusif Terbaik 2012. https://www.kartunet.com/al-firdaus-sekolah-inklusif-terbaik-2012-1271/
