Views: 8
Solidernews.com – Sebagai organisasi yang konsisten memperjuangkan hak-hak bagi orang dengan kusta dan difabel, Nederland Leprosy Relief (NLR) Indonesia berkomitmen untuk terus menghadirkan program-program yang relevan dan berdampak positif bagi masyarakat. NLR percaya bahwa pemberdayaan keluarga, guru, dan komunitas adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus. “Salah satu langkah konkret kami adalah melalui proyek Prioritaskan Anak Disabilitas Indonesia (PADI),”kata Agus Wijayanto, Direktur Eksekutif NLR Imdonesia dalam kata pengantar Buku Pintar Terapi Anak Berkebutuhan Khusus, Panduan Bagi Orangtua dan Guru.
Selain mengucapkan rasa terimakasih kepada lembaga Pusat Pengembangan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPBM) Solo yang berdedikasi terkait kiprahnya mengembangkan dan memjalankan berbagai program untuk anak difabel, Agus juga berharap semakin banyak aksi nyata yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk mendukung anak-anak remaja dengan kusta dan difabel.
Di halaman lain, Sunarman Sukamto, Direktur PPRBM Solo menyatakan bahwa pembentukan forum buah hati di tiga kabupaten yakni Karanganyar, Sragen dan Wonogiri, salah satu tujuannya adalah terkait mandat Undang-undang nomor 8 tentang pemenuhan hak-hak anak difabel. Dan buku panduan praktis yang hadir untuk menjawab kebutuhan para orangtua, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak difabel agar lebih optimal.
Pada Bab 1 buku ditulis tentang bagaimana mengenal dan memahami anak berkebutuhan khusus, kemudian peran orangtua, guru, tenaga kesehatan dan lingkungan dalam pendampingan anak berkebutuhan khusus. Bab II menuliskan tentang bagaimana membangun pemahaman dan komunikasi dengan anak dengan memahami bahasa dan cara komunikasinya serta mendengar dan menyampaikan respons dengan empati. Lantas bab berikutnya tentang terapi fisik, terapi sensorik, terapi untuk meningkatkan keterampilan fungsional, terapi wicara dan bahasa, terapi perilaku, keterampilan sosial dan interaksi, terapi musik dan seni, juga dukungan emosional bagi orangtua dan guru.
Di bagian belakang setelah daftar Pustaka, ada rubrik “Apa Kata Mereka” di antaranya oleh Dewi Sulistyowati, Pengurus Forum Buah Hati Jatigiri, Wonogiri, Orangtua ABK, yang mengatakan banyak mendapatkan manfaat dengan adanya forum sebagai sarana belajar. Apalagi dengan adanya buku ini maka menjadi jembatan antara terapis dan orangtua. Juga statemen dari Suryanti Amd Tw, terapis wicara, yang mengatakan bahwa program PADI sangat membantu terapis dalam pengarahan dan penanganan disabilitas sebagai upaya pemenuhan layanan kesehatan dalam terapi kepada anak difabel. Sebab selama ini dukungannya masih minim terkait pembiayaan, SDM terapis serta masih rendah pula dukungan orangtua dalam mengupayakan akses kesehatan bagi anak difabel.
Secara konten, buku Panduan Pintar Terapi Anak Berkebutuhan Khusus yang ditulis oleh Sunarman Sukamto, Eka Sulistiyawati, Hafidz Triantoro A.P, dan Istini Anggoro ini memang lengkap. Apalagi ada kolom tabel yang menyertakan tujuan, alat dan bahan terapi yang diperlukan, juga prosedur. Namun begitu, pertemuan tatap muka antara orangnya anak difabel dengan para terapis tetap diperlukan sebab orangtua perlu mendapatkan panduan secara tatap muka terlebih dahulu sehingga ada yang mengevaluasi yakni terapis. Intinya, buku ini penting sebagai sarana orangtua dan guru menjadikan panduan tetapi keterlibatan terapis di awal adalah keharusan.
Sayangnya, buku yang memiliki tebal 208 halaman, sementara ini belum diperjualbelikan ini dan hanya dicetak sebanyak 100 eksemplar saja, itu pun hanya untuk kalangan sendiri. Mengapa sementara? Sunarman Sukamto selalu Direktur PPRBM Solo, sebagai pemrakarsa terbitnya buku, masih berpikir apabila kemungkinan buku akan dicetak ulang.[]
Reporter: Astuti
Editor : Ajiwan