Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

foto bersama siswa-siswa di depan SD

PPDMS, Sosialisasi Difabilitas dan Kebencanaan Melalui Permainan

Views: 11

Solidernews.com, Gunungkidul Untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024 pada Desember mendatang, berbagai persiapan telah dilakukan Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera, Gunungkidul. Salah satunya menggandeng Forum Disabilitas Tangguh Bencana (FDTB) dengan mengadakan serangkaian acara, diantaranya melalui sosialisasi dan edukasi tentang difabilitas dan kebencanaan.

Sosialisasi yang disampaikan dalam bentuk role play dan game ini menyasar beberapa sekolah dasar sebagai target kegiatan, terutama sekolah yang rawan bencana. Diantaranya SD Negeri Banyubening I, Karangmojo, SD Negeri Grogol IV, Karangmojo, SD Negeri Ngadipiro, Semin, serta SD Negeri Patuk I.

Acara dimulai dengan pembukaan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, hingga penyampaian materi dasar tentang bencana dan difabilitas serta bagaimana berinteraksi dengan difabel.

“Secara keseluruhan, program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai penting pada generasi muda yang akan menjadi pondasi karakter mereka. Dengan memulai di usia SD, diharapkan mereka dapat membawa pemahaman ini hingga dewasa, dan pada akhirnya, menjadi individu yang lebih peduli, tangguh, dan siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan.” Demikian Andi Joko Prasetyo, selaku koordinator kegiatan menuturkan.

“Sasaran edukasi kebencanaan dan pengenalan difabilitas dipilih di tingkat sekolah dasar (SD) karena anak-anak usia ini berada dalam fase perkembangan yang sangat optimal untuk pembentukan karakter dan pemahaman mendasar. Anak-anak pada tahap SD cenderung lebih mudah dibentuk secara emosional dan intelektual, sehingga mereka lebih siap menerima konsep-konsep penting yang akan membekas hingga dewasa.” Lanjut Andi kemudian.

“Dengan memberikan edukasi kebencanaan sejak dini, anak-anak tidak hanya belajar bagaimana menghadapi situasi darurat, tetapi juga membentuk kesiapan mental dan fisik untuk merespons bencana dengan cara yang benar. Hal ini sangat penting mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana.” Ujar alumni Universitas Dian Nuswantoro Semarang ini menambahkan.

Selain itu, dalam penjelasannya pula Andi menuturkan bahwa pengenalan difabilitas pada anak SD membantu mereka mengembangkan sikap inklusif terhadap teman-teman yang memiliki perbedaan fisik atau kemampuan.

“Karena pada usia ini, anak-anak sedang membangun pandangan tentang dunia di sekitar mereka, termasuk tentang keberagaman. Edukasi ini juga memungkinkan mereka untuk menyerap nilai-nilai seperti empati dan pondasi yang penting, untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai perbedaan.”  Andi menegaskan.

 

Dengan melibatkan guru dan seluruh siswa, pengenalan dasar difabilitas dan kebencanaan disampaikan dalam bentuk permainan peran. Awalnya anggota FDTB menyampaikan teori tentang difabel dan kebencanaan. Selanjutnya dilakukan praktek dengan memperagakan bagaimana menjadi difabel. Dari kegiatan ini pula para guru dan siswa diajarkan bagaimana cara berinteraksi dengan difabel sehingga tercapai hubungan yang setara dan tidak membedakan.

Selain permainan peran, juga dikenalkan permainan putar cepat cari selamat atau putpat camat untuk mengenali ancaman dan kebencanaan yang mungkin terjadi. Dari permainan ini siswa dan guru diberikan pertanyaan dengan cara memutar jarum pada alat permainan untuk mendapatkan pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban yang benar akan diberikan hadiah sebagai penambah semangat para siswa dalam belajar tentang kebencanaan.

Tanggapan para guru yang terlibat sangat positif. Merasa tersanjung karena terpilih sebagai salah satu sasaran, kepala SD Negeri Ngadipiro, Semin, Rodliyah Zuliati, S.Pd. mengatakan bahwa kegiatan ini sangat memberi manfaat karena anak-anak bisa belajar banyak hal terutama tentang bencana dan difabilitas.

“Anak-anak juga sangat luar biasa menyambut pembelajaran baru ini yang belum tentu diadakan setahun sekali. Harapan saya kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai di sini, tapi terus berkelanjutan. Mungkin periodenya bisa diatur secara berkala. Bisa berapa bulan atau berapa tahun sekali, sehingga anak-anak bisa meneruskan dan mengimplementasikan ilmu yang mereka dapatkan kepada keluarga dan lingkungannya.”Jelas Rodliyah di akhir kegiatan.

Acara ditutup dengan penyerahan piagam penghargaan sebagai ucapan terimakasih dari FDTB kepada Kepala SD Negeri Ngadipiro dan foto bersama.[]

 

Reporter: Riyanti

Editor      : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content