Views: 3
Solider.id, Yogyakarta- Hampir satu dekakde terakhir, dilabeli sebagai kota inklusif. Yaitu kota yang memberikan kesempatan sama, pada warga difabel berkehidupan sosial sebagaimana non difabel. Demikian pula dalam bidang pendidikan. ‘Keterbukaan’ sekolah sudah ‘dicanangkan’. Kota pelajar ini, pun telah memiliki UPT Layanan Disabilitas (ULD) dan resource center.
Yaitu, unit layanan pendidikan yang diberikan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mendapatkan asesmen atau catatan kondisi difabel sebagai peserta didik. Hasil asesmen, selanjutnya bermanfaat bagi difabel memilih sekolah yang sesuai kebutuhan. Apakah sekolah dekat rumah atau sekolah dengan layanan memadai sebagaimana kedifabilitasannya.
Dengan demikian, peserta didik difabel tak lagi kerepotan mendapatkan sekolah yang dibutuhkan. Salah satunya, sekolah terdekat dengan tempat tinggal. Pendidikan inklusif membuka peluang bagi difabel bersekolah dekat rumah, sudah diatur dalam undang-undang. Demikian pula jalur afirmasi pada sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tersedia bagi calon peserta didik difabel.
Di sisi lain, pemerintah Kota Yogyakarta telah memiliki UPT Layanan Disabilitas (ULD). Lembaga pendidikan yang memberikan layanan asesmen. Hasil asesmen menjadi satu tiket bagi difabel mengakses PPDB Jalur Afirmasi, lima persen kuota bagi difabel.
Dapat dikatakan, ULD layaknya jalan tol bagi peserta didik difabel mengakses jalur afirmasi. Atau jalan tol menuju sekolah inklusif yang dibutuhkan. Mengapa? Sebab, calon peserta didik telah mengantongi hasil asesmen, yang menerangkan dirinya dapat bersekolah di sekolah inklusi. Asesmen juga menerangkan kondisi kedifabilitasan, berikut metode belajar yang dibutuhkan. Selian itu hasil asesmen juga memuat potensi yang dimiliki difabel sebagai peserta didik.
Artinya, persaingan bukan saja pada angka raport, melainkan lebih mengoptimalkan kuota yang tersedia. Lebih dari itu. Hasil asesmen juga akan memudahkan siswa maupun sekolah yang menerima siswa difabel. Sekolah dapat menentukan metode belajar yang tepat. Sekolah juga sudah memiliki catatan potensi yang dapat dioptimalkan pada peserta didik difabel. Dengan demikian tingkat keberhasilan dan kenyamanan difabel berada di sekolah inklusi terbuka.
Catatan bersama
Namun, sebuah catatan diperoleh Solider. Fakta di lapangan, keberadaan ULD berikut jalur afirmasi PPDB belum dipahami warganya. Retna, namanya. Salah seorang guru sekolah khusus untuk anak-anak tuli. Dia mengaku buntu. Tidak tahu bagaimana memberikan solusi bagi problem siswanya, yang hendak melanjutkan ke SMP Inklusi. Dia juga mengaku baru tahu, adanya ULD yang dapat melakukan asesmen psikologi gratis, bagi siswa asal Kota Yogyakarta.
“Jalur afirmasi memang mensyaratkan tes psikologi. Kami pikir, tes ini berbayar dan mahal. Kebayang kalua sudah membayar, tetapi hasil tesnya menyatakan hal yang tak diinginkan. Dengan informasi tes psikologi gratis di ULD, menjadi harapan bagi kami semua,” ujar Retna, Jumat (16/6).
Benar adanya, lanjut Retna. Bahwa keberadaan ULD di Kota Yogyakarta ini ibarat jalan tol. Yaitu jalan yang memudahkan atau memuluskan calon siswa difabel mengakses jalur afirmasi PPDB. Sehingga ketika bersekolah di sekolah inklusif, sudah membawa keterangan atau asesmen yang bermanfaat bagi siswa dan sekolah.
Pada kesempatan itu, Retna berharap. Sosialisasi keberadaan ULD dan manfaatnya, dapat disampaikan pada sekolah-sekolah swasta. “Apa sekolah kita yang abai ya? Tapi guru-guru, khususnya saya, baru tahunya adanya ULD dengan layanan yang diberikan,” tegas guru perempuan berambut pendek itu.
Pada kesempatan lain, Aris Widodo menerangkan bahwa satu kegiatan ULD ialah sosialisasi. Memberikan informasi seluas-luasnya terkait ULD dan beragam layanan yang diberikan. Fakta adanya guru atau sekolah yang belum tahu, menjadi catatan evaluasi bagi dirinya, sebagai Kepala ULD Kota Yogyakarta ini.[]
Reporter : Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief
