Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Perjuangan Trisna: Mengabdikan Diri untuk Anak, Perempuan, Difabilitas, dan Lingkungan

Views: 45

Solidernews.com – Muhammad Trisna Kusuma Wardana, atau akrab disapa Trisna, adalah sosok muda inspiratif dari Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Berusia 21 tahun, Trisna kini menempuh pendidikan di semester 5 di IPB University, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Tidak hanya seorang mahasiswa, Trisna juga dikenal sebagai aktivis muda yang giat memperjuangkan hak anak, perempuan, difabel, dan pemuda.

Sejak tahun 2018, ia mendedikasikan diri untuk berbagai isu sosial yang berpusat pada pemenuhan hak asasi manusia. Perjuangannya tidak berhenti di situ. Pada 2022, ia memperluas cakupan gerakannya dengan mengadvokasi isu perubahan iklim dan lingkungan. Baginya, semua ini saling terkait, terutama karena anak-anak sering menjadi kelompok paling rentan terhadap berbagai persoalan tersebut.

“Jika anak-anak terpenuhi hak-haknya, mereka bisa tumbuh maksimal sesuai potensi mereka. Mereka akan lebih siap menghadapi masa transisi hidupnya menuju masa depan yang lebih baik,” ujar Trisna penuh keyakinan.

Baginya, cita-cita sederhana seperti menciptakan Indonesia yang ramah anak adalah langkah awal menuju perubahan besar.

 

Langkah Awal dalam Perjalanan Aktivisme  

Perjalanan Trisna sebagai aktivis dimulai sejak usia yang sangat muda. Ketika masih duduk di bangku kelas 5 SD, ia bergabung dengan Sanggar Anak Semesta, sebuah komunitas seni yang menggunakan teater sebagai media untuk menyuarakan isu sosial dan lingkungan. Pengalaman ini menjadi titik awal yang mengasah rasa kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar.

Lompatan besar terjadi pada 2018, saat Trisna bergabung dengan Forum Anak Kota Mataram, sebuah wadah yang berada di bawah naungan pemerintah kota. Di sini, ia mulai aktif terlibat dalam upaya pemenuhan hak dasar anak. Dari sana, ia mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional seperti PLAN, Save The Children, dan ECPAT. Tidak hanya menjadi anggota, ia juga memimpin beberapa proyek yang melibatkan anak-anak, perempuan, dan difabel.

Saat ini, Trisna memiliki peran di berbagai organisasi besar. Ia tergabung di UNICEF East Asia and Pacific Young People Action Team, Youth Advisor Panel Plan Indonesia, Youth Sounding Board Sahabat Uni Eropa, dan sejumlah komunitas lainnya seperti KOMPAK Jakarta dan Youth Coalition for Girls. Dengan segala pengalamannya, Trisna tidak hanya memperjuangkan hak anak tetapi juga berusaha membangun kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak.

“Bagi saya, setiap anak berhak atas empat hak dasar: hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. Jika keempat hal ini terpenuhi, anak-anak dapat tumbuh maksimal dan menjadi generasi penerus yang lebih siap menghadapi tantangan,” jelasnya.

 

Refleksi Hari Anak dan Tantangan Global  

Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November menjadi momen penting bagi Trisna untuk merefleksikan kondisi anak-anak di Indonesia. Ia melihat, meskipun sudah ada kemajuan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

“Pemerintah perlu memperkuat komitmen terhadap pemenuhan hak anak. Tidak hanya dalam bentuk kebijakan, tetapi juga implementasi dan pengawasan yang serius di berbagai sektor. Anak-anak harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan, baik di dunia nyata maupun di dunia digital,” tegas Trisna.

Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak, Indonesia sebenarnya terikat pada standar internasional. Namun, menurut Trisna, masih ada kesenjangan besar antara kebijakan yang dibuat dan realitas di lapangan. Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara berkembang lainnya.

Selain itu, isu perubahan iklim menjadi perhatian serius bagi Trisna. Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling terdampak oleh krisis ini. Bencana alam, kelangkaan air, hingga kerawanan pangan adalah beberapa ancaman nyata yang dihadapi generasi muda. “Kesadaran global tentang hubungan antara hak anak dan keberlanjutan lingkungan memang mulai tumbuh. Tapi ini belum cukup. Kita perlu lebih banyak aksi nyata,” ujarnya.

 

Pesan untuk Dunia  

Sebagai penutup, Trisna menyampaikan pesan yang penuh semangat untuk seluruh masyarakat, baik di Indonesia maupun di dunia. Ia percaya bahwa perubahan dimulai dari kesadaran kolektif.

“Mari kita bersama-sama memperhatikan dan memenuhi hak anak di seluruh dunia. Jika anak-anak mendapatkan hak mereka, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan maksimal sesuai potensinya. Tapi jangan hanya berhenti di situ. Kita juga harus melibatkan mereka secara bermakna. Anak-anak bukan hanya objek pembangunan, tetapi juga subjek yang mampu membawa perubahan besar,” ungkap Trisna dengan penuh keyakinan.

Ia percaya, anak-anak yang diperhatikan dan diberikan kesempatan akan menjadi pemimpin masa depan yang hebat. Perjuangan Trisna adalah pengingat bahwa setiap langkah kecil untuk anak-anak hari ini adalah investasi besar untuk masa depan dunia. Baginya, inilah saatnya semua pihak, tanpa terkecuali, bergerak bersama demi mewujudkan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.[]

 

Reporter: Andi Syam

Editor      : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content