Views: 4
Peringati Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, Komunitas Tuli Angkat Suara
Solidernews – Yogyakarta menjadi tuan rumah peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) 2024 dengan tema “Tunjukkan Isyaratmu! Dukung Hak Bahasa Isyarat”. Acara yang digelar pada Sabtu (28/9) di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY itu bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) serta memperjuangkan hak-hak komunitas tuli di Indonesia. Peringatan ini berakar dari pengakuan resmi PBB pada 2017 lalu, yang menetapkan 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional, sebuah pencapaian besar yang dirayakan oleh komunitas tuli di dunia.
Perhelatan ini menjadi momentum untuk mendorong pemerintah dan masyarakat memberikan perhatian lebih besar terhadap aksesibilitas bagi tuli. Dalam acara ini, komunitas tuli di DIY juga menampilkan tarian dan berbagai bentuk seni untuk menunjukkan identitas mereka sekaligus mempererat solidaritas antara masyarakat tuli dan dengar.
Ketua pelaksana, Guruh Hizbullah Allim, menyatakan bahwa acara ini diharapkan dapat mengurangi stigma yang selama ini melekat pada Bahasa Isyarat serta mendukung pengakuan BISINDO setara dengan bahasa lisan. Dengan melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, NGO, dan masyarakat, diharapkan peringatan HBII ini tidak hanya menjadi perayaan simbolis, tetapi juga menjadi momentum nyata untuk perubahan yang positif.
Bahasa isyarat tidak lagi dipandang sebagai alat komunikasi saja, tetapi hak asasi yang mendasar bagi komunitas tuli di Indonesia dan seluruh dunia. Dalam rangka Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, Michelle Layanto, Sekretaris Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo), menekankan pentingnya pengakuan bahasa isyarat sebagai bahasa ibu bagi komunitas tuli.
“Hak asasi manusia untuk tuli hanya dapat dicapai melalui hak Bahasa Isyarat,” tegasnya dengan bahasa isyarat. Bahasa ini menjadi fondasi penting bagi akses komunikasi, yang memungkinkan partisipasi penuh dalam pendidikan, pekerjaan, serta kehidupan bermasyarakat.
Pusbisindo, yang berdiri sejak 2009, terus berjuang memperjuangkan kesetaraan pendidikan dan akses terhadap bahasa isyarat di Indonesia. Sejak diresmikan sebagai yayasan pada Februari 2024, organisasi ini memiliki lebih dari 6000 murid dan 103 guru tuli yang tersebar di 15 provinsi.
Meskipun demikian, Michelle menyampaikan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya bahasa isyarat dan bagaimana peran krusialnya dalam memberdayakan komunitas tuli. Tanpa akses penuh terhadap bahasa ini, komunitas tuli akan terus menghadapi hambatan dalam berinteraksi dan mengakses informasi.
“Peran orang tua juga tak kalah penting dalam mendidik anak-anak tuli, Orang tua harus memahami bahwa bahasa isyarat adalah kunci dalam komunikasi” tambahnya.
Hari Bahasa Isyarat Internasional, yang diresmikan oleh PBB pada 2017, menjadi momentum penting untuk mengingatkan dunia bahwa bahasa isyarat setara dengan bahasa lisan. Di Indonesia, bahasa isyarat yang dikenal sebagai BISINDO telah menjadi bagian penting dalam perjuangan dan budaya tuli. Namun, dukungan dari masyarakat dan pemerintah masih sangat diperlukan agar bahasa ini dapat terus berkembang, melampaui stigma, dan menjadi jembatan menuju kesetaraan yang sesungguhnya.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan