Views: 37
Solidernews.com – Kerjasama internasional Yakkum Emergency Unit (YEU), Huairou Commission dan pemerintah Swedia untuk mendampingi 34 kelompok perempuan di Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui program ‘Merawat kepemimpinan organisasi perempuan akar rumput dalam meningkatkan ketangguhan komunitas menghadapi risiko bencana dan perubahan iklim’ dilaksanakan pada tahun 2023 – 2024 mendatang.
Temu Perempuan bertajuk memperkuat kepemimpinan dan jejaring kelompok perempuan lokal untuk ketangguhan terhadap bencana dan krisis iklim, digelar pada Jum’at pagi (24/11) di Gedung Koinonia, Universitas Kristen Duta Wacana, Gondokusuman Yogyakarta.
Para peserta merupakan bagian dari kelompok perempuan akar rumput seperti kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) desa, dan komunitas lainnya yang ada di kabupaten Bantul, kabupaten Sleman, kabupaten Gunungkidul, ksbupaten Kulon Progo, kota Yogyakarta, kabupaten Magelang, dan kabupaten Klaten.
Acara yang digelar merupakan lanjutan dari kegiatan pemetaan komunitas yang telah dilakukan sebelumnya. Pada pemetaan tersebut, kelompok perempuan telah mengidentifikasi persoalan yang dihadapi perempuan, termasuk perempuan difabel akibat dampak dari perubahan iklim. Dampak yang dirasakan antara lain secara ekonomi, non-ekonomi, terlihat maupun yang tidak terlihat.
“Tentu saja kita merasakan adanya perubahan iklim yang berpengaruh dalam kehidupan kita. Disini kita belajar bersama, apa itu perubahan iklim, bagaimana mitigasinya dan apa yang harus diupayakan,” ungkap Mia dari YEU.
Mia menambahkan, dari kegiatan yang berlangsung tersebut diharapkan ada dokumen rencana aksi dan advokasi kelompok perempuan berdasarkan informasi risiko di wilayah mereka. Selain itu, pengetahuan mereka tentang pengelolaan sumber daya berbasis RPB lebih meningkat lagi. Kesadaran kelompok perempuan tentang krisis iklim berbasis gender punmeningkat dan terbentuk komunitas perempuan tangguh sebagai wadah koordinasi, kolaborasi, dan aksi perubahan iklim.
Tujuan yang disasar adalah (1) Untuk memperkuat kapasitas kelompok peempuan dalam pengelolaan sumber daya berdasarkan kajian risiko, kapasitas, dan kerentanan. (2) Memperkuat kesadaran kelompok perempuan terhadap krisis iklim dengan perspektif adil gander. (3) Menyusun rencana aksi dan advokasi bersama kelompok perempuan berdasarkan informasi di masing-masing wilayah. (4) Memperkuat jejaring kelompok perempuan di wilayah Yogyakarta untuk aksi ketangguhan akan perubahan iklim.
Pertemuan ini akan berlanjut pada Sabtu pagi (25/11) di lokasi yang sama dengan mendatangkan 98 peserta dari Yogyakarta dan Jawa Tengah.[]
Reporter: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan Arief