Views: 21
Solidernews.com – Tanggal 24 Mei diperingati sebagai Hari Peduli Skizofrenia. Skizofrenia bukanlah penyakit “gila” yang selama ini awam kenal.
Secara medis, skizofrenia merupakan sebuah gangguan jiwa yang menyebabkan seseorang mengalami distorsi pemikiran, emosi lalu timbul halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku. Ini sangat mempengaruhi keseharian seseorang dalam berinteraksi sosial.
Dalam gerakan isu difabel, Orang Dengan Skizofrenia (ODS) menjadi salah satu kelompok difabel mental psikososial. Para pejuang isu difabel mental menyebutnya Orang Dengan Disabilitas Psikososial (ODDP).
ODS (orang dengan skizofrenia) sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat untuk pulih seperti keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Perhatian dan cinta kasih sehari-hari sangat membantu untuk memperbaiki suasana hati, mengurangi kekambuhan, dan membuat ODS merasa aman. Selain itu dukungan kelompok juga cukup membantu.
Mengapa dukungan kelompok juga penting bagi ODS sebab dari sanalah mereka merasa untuk dihargai. Bertemu dengan sesama ODS, saling bertukar pengalaman baik pengalaman pengobatan atau pengalaman kehidupan sehari-hari menjadikan mereka seperti untuk saling mengingatkan dan memberi semangat. Sesama survivor, meski dengan diagnosa yang berbeda, tetapi ketika mereka hidup di masyarakat yang semestinya inklusif, kemudian ada di satu wadah, bercerita bahwa tidak semua dari mereka bisa diterima. Ada yang terang-terangan alias terbuka dengan status atau identitasnya bahwa ia seorang difabel mental. Namun tak sedikit yang masih tertutup. Atau tidak terang-terangan, meski sudah bersosialisasi kepada tetangga.
Seorang caregiver dari adik yang mengalami skizofrenia, kepada solidernews bercerita bahwa sulit untuk mengajak adiknya bersosialisasi kepada masyarakat sekitar rumahnya. Sebab sang adik pernah mengalami stigma sebagai ODS, pernah mengalami relaps berkali-kali dan dirawat. Meski dengan berbagai cara, dengan menunjukkan kepulihanmya namun masih ada rasa kurang diterima. Dengan berkomunitas adalah jawaban yang tepat, sebab dari mulai berinteraksi dengan kawan-kawannya sesama survivor maka lambat laun akan menumbuhkan semangat bahwa dirinya bisa diterima. Sebab dalam komunitas tidak hanya ada anggota para survivornya saja tetapi ada relawan serta para profesional seperti psikolog dan psikiater.
Seperti yang dikatakan oleh Hendra, seorang survivor yang menganggap bahwa komunitas sangat berguna baginya. Dengan berkomunitas maka ia bisa menambah pertemanan, sama-sama berjuang untuk pemenuhan hak-hak dan bisa melakukan kewajiban sebagai warga negara.
Bagaimana Gen Z Mengenal Komunitas Skizofrenia
Febri Indah Puspitasari adalah salah seorang yang mengaku mewakili Gen Z untuk mau belajar dan terlibat dalam komunitas yang anggotanya difabel mental psikososial yakni Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Solo Raya. Dalam siaran langsung Instagram @kpsisoloraya yang dipandu oleh Ika Hana Pertiwi, Jumat (24/5), lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Batik Surakarta yang berasal dari Tangerang itu mengatakan bahwa awalnya dia diajak berkomunitas oleh dosennya yang merupakan ketua KPSI Solo Raya.
Febri melihat orang-orang dengan disabilitas mental sangat semangat melanjutkan hidup, walaupun stigma negatif melekat pada mereka. Semula ia yang sama sekali belum pernah belajar apalagi memahami tentang skizofrenia berpikir bahwa skizofrenia itu adalah “sakit gila”. Ia merasa beruntung karena dengan berkomunitas lalu bisa berinteraksi kemudian timbullah pandangan baru, perspektif baru baginya yang lebih positif dan baik.
Menyatakan mewakili generasi Z, menurut Febri mengenal tentang kesehatan jiwa itu penting bagi generasinya sebab kehidupan sehari-harinya sangat terkait bagaimana hal itu kemudian menjadi slogan yang terus-menerus “menghantui” seperti “Jakarta itu Keras” artinya bahwa Gen Z dituntut untuk bermental baja, kuat dan beradaptasi untuk selalu mengikuti zaman. Maka kerentanan-kerentanan yang berpotensi menimbulkan masalah kejiwaan harus disadari terlebih dahulu. Menurut persepsinya, banyak anak-anak muda mengalami masalah atau kondisi kejiwaan yang disebabkan oleh masalah percintaan.[]
Reporter: Astuti
Editor : Ajiwan