Views: 9
Solidernews.com – Transportasi online menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk bermobilitas, termasuk bagi difabel. Keputusan mereka untuk lebih memilih transportasi online dibandingkan dengan konvensional didorong oleh berbagai faktor yang meliputi kenyamanan, aksesibilitas, efisiensi, pilihan bayar dengan uang elektronik atau tunai.
Jasa transportasi berbasis internet tersebut dapat diakses melalui aplikasi yang ada di smartphone, hal ini dikarenakan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat.
Selain memberikan beragam manfaat bagi pengguna, layanan transportasi online juga berperan penting terhadap para pengendara atau driver. Sebab, layanan ini bisa membuka lapangan pekerjaan baru yang memberi peluang juga kepada difabel, seperti pada teman Tuli.
Di Indonesia jenis transportasi online mulai muncul dengan beroperasinya Gojek pada tahun 2010, disusul dengan Uber dan Grab pada tahun 2014, Maxim pada tahun 2018, indriver, dan beberapa aplikasi lain. Hingga tahun 2023 saja jumlah penggunanya telah lebih dari 21 Juta, dan akan terus bertambah.
Seberapa besar pengaruh adanya aksi demo transportasi online terhadap mobilitas difabel?
Hubungan kerja antara pengemudi transportasi online dengan pemilik aplikasi lebih dikenal dengan kemitraan, dan besaran tarif layanan pengantarannya diatur sesuai ketentuan pada Pasal 3 Permenkominfo No. 1/Per/M.Kominfo/01/2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial.
Regulasi tersebut telah dirancang untuk menjaga pendapatan mitra pengemudi serta kestabilan permintaan pasar terhadap layanan transportasi online. Namun, masih terjadi saja aksi demontrasi yang dilakukan oleh pengemudi transportasi online.
Para pengendara transportasi online menggelar demo yang bertajuk aksi damai berulang kali. Seperti aksi damai 298, pada Kamis 29 Agustus 2024 yang berlangsung secara serentak di banyak kota besar diantaranya, Jakarta, Bogor, Depok, Tanggrang, Bekasi, Bandung, hingga kota Yogyakarta.
Bukan tanpa alasan, mereka memperjuangkan kenaikan tarif bersih layanan penumpang, regulasi layanan makanan dan barang, bahkan pernah demo dengan permintaan adanya tunjangan hari raya.
Lalu, seberapa besar pengaruh aksi demontrasi transportasi online terhadap mobilitas masyarakat difabel?
Banyak warga difabel yang belum mendapat informasi pra pelaksanaan aksi demo transportasi online. Mereka umumnya melakukan aktivitas mobilitas pagi hari sebelum jam demo dimulai, secara konkrit memang tidak begitu mempengaruhi aktivitas difabel, seperti pelajar atau pekerja shifting pagi. Mereka justru lebih khawatir dengan jam pulang aktivitas mobilitasnya.
Seperti yang disampaikan Adi Nara difabel Netra Low Vision yang setiap mobilitasnya menuju tempat bekerja menggunakan transportasi online. Saat berangkat menuju tempat kerja ia berhasil mendapatkan ojek online seperti hari biasa, tapi pengemudi tidak menggunakan atribut transportasi online.
“Semoga sore demo usai,” katanya.
Senada dengan Adi di kota Yogyakarta, Sekar Arum di Bogor juga baru mengetahui info aksi demo transportasi online setelah berangkat beraktivitas, ia juga berharap agar saat jam pulang akses ojol bisa terlayani kembali.
“Saya juga baru tahu dari Ayah saya kalau ada demo ojol, alhamdulillah tadi pagi di Bogor masih bisa pake ojol,” katanya.
Pun demikian dengan Nawala Aji Pradana difabel Netra Low Vision, siswa kelas 11 di salah satu SMA Negeri di kota Yogyakarta, aksi demo transportasi online masih bisa diatasi dengan tumpangan pada teman yang menggunakan kemdaraan pribadi menuju sekolah.
“Alhamdulillah tidak ada pengaruh. Soalnya saya hari ini tidak pakai ojol, saya ikut bareng temen,” sahut ia.
Kata Nawala jalur-jalur yang digunakan demo oleh pengemudi transportasi online juga bukan jalan yang ia gunakan untuk jam pulang sekolah di siang hari.
Efek lain yang dirasakan oleh Sri Mulyati difabel fisik yang hendak berangkat kerja setelah jam aksi demo dimulai, ia kesulitan mendapatkan ojek online.
“Saya sudah coba order dan menunggu beberapa menit, namun tidak dapat ojol. Dan mencoba aplikasi ojol lain pun tetap sama, tidak ada respon. Alhasil saya terpaksa izin untuk tidak masuk kantor dan bekerja dari rumah,” terang ia.
Sri Mulyani merupakan salah satu pelanggan setia yang hampir untuk setiap mobilitasnya memilih transportasi online.
Alternatif memudahkan mobilitas selain menggunakan layanan transportasi online
Bagi masyarakat difabel yang tidak dapat mengakses kendaraan pribadi tentu sangat bergantung pada layanan tranportasi umum, terlebih pada transportasi online yang bisa antar jemput di lokasi.
Ada cara lain untuk terhindar dari efek demo transportasi online seperti yang sedang terjadi sekarang. Semisal yang dilakukan oleh Hendra difabel Netra, ia mengatasinya dengan menghubungi ojek langganan untuk mobilitasnya.
Masyarakat difabel bisa meminta kepada ojek untuk memfasilitasi akses mobilitas mereka secara profesional. Artinya, difabel menggunakan jasanya seperti jasa transportasi online dengan berbayar satu kali antar jemput atau bulanan.[]
Reporter: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan